SISTEM KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
3.1 SENSASI
Tahap paling awal dalam penerimaan
informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat
pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi adalah
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal,
simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat
indra, “Benyamin B. Wolman”. Sensasi juga merupakan fungsi alat indra dalam
menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indra, manusia
dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat
indralah manusia memperoleh pengatahuan dan semua kemampuan untuk
berinteraksidengan dunianya. Tanpa alat indra manusia sama, bahkan mungkin
lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga mengindra cahaya dan
humiditas, “Lefrancois”. Kita dapat mengelompokkannya pada tiga macam indra
penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari
dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri (internal).
Informasi dari luar diindra oleh eksteroseptor. Informasi dari dalam diindra
oleh interoseptor. Selain itu, gerakan tubuh kita sendiri diindra oleh
proprioseptor. Apa saja yang menyentuh alat indra – dari dalam dan dari luar –
disebut stimuli. Saat ini Anda sedang membaca tulisan ini (stimuli eksternal),
padahal pikiran Anda sedang diganggu oleh perjanjian utang yang habis waktu
hari ini (stimuli internal)anda serentak menerima dua macam stimuli. Alat
penerima Anda segera mengubah stimuli ini menjadi energi syaraf untuk
disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat
indra Anda, stimuli harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimuli disebut
ambang mutlak. Ketajaman sensasi juga ditentukan oleh faktor-faktor personal.
Perbedaan dapat disebabakan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya,
di samping kapasitas alat indra yang berbeda.
3.2 PERSEPSI
Persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi.
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari
persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori
(Desiderato, 1976:129). Persepsi seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor
personal dan faktor situasional. David Krech dan S.
Crtuchfield menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural.
Faktor lainnya yang sangat mempengaruhi persepsi:
a. Perhatian (Attention)
Perhatian adalah proses mental stimuli atau
rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah, menurut Kenneth E. Andersen. Perhatian terjadi bila kita
mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra kita, dan mengesampingkan
masukan-masukan melalui alat indra yang lain.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh
faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut
sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian
(attention getter).
Stimuli diperhatikan karena mempunyai
sifat-sifat yang menonjol, antara lain:
Gerakan. Seperti organisme yang lain,
manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
Intensitas Stimuli. Kita akan memperhatikan
stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.
Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang
luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian.
Perulangan. Hal-hal yang disajikan
berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian.
Faktor Internal Penaruh Perhatian
Contoh faktor yang mempengaruhi perhatian
kita:
Faktor- faktor Biologis. Dalam keadaan lapar
semua pusat perhatiannya adalah makanan.
Faktor-faktor Sosiopsikologis. Motif
sosiogenesis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita
perhatikan.
Kenneth E. Anderson menyimpulkan
dalil-dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli
komunikasi.
- Perhatian itu merupakan proses yang aktif
dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.
- Kita cenderung memperhatikan hal-hal
tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri kita.
- Kita menaruh perhatian kepada hal-hal
tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan, dan kepentingan
kita.
- Kebiasaan sangat penting dalam menentukan
apa yang menarik perhatian.
- Dalam situasi tertentu kita secara
sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terapan stimuli tertentu
yang ingin kita abaikan.
- Konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi
persepsi kita.
- Perhatian tergantung pada kesiapan mental
kita.
- Tenaga-tenaga motivasional sanngat
penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
- Intensitas perhatian tidak konstan.
- Dalam hal stimuli yang menerima
perhatian, perhatian juga tidak konstan.
- Usaha untuk mencurahkan perhatian sering
tidak menguntungkan.
- Kita mampu menaruh perhatian pada
berbagai stimuli sacara serentak.
- Perubahan atau variasi sangat penting
dalam menarik dan memeperhatikan perhatian.
b. Faktor-Faktor Fungsional yang Menentukan
Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai
faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetapi karekteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu.
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil Persepsi bersifat selektif secara
fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam
persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
Kerangka Rujukan (Frame of Reference)
Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi
persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi,
kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang
diterimanya. Menurut McDavid dan Harari, para psikolog menganggap konsep
kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual
dari peristiwa yang dialami.
c. Faktor-Faktor Struktural yang Menentukan
Persepsi
Krech dan Crutchfield merumuskan dalilnya
lagi yang kedua, yaitu Medan
perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita
mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya walaupun stimuli yang kita
terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang
konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. Dalil ketiga dari Krech
dan Crutchfield adalah Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan
pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu
dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan
sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang
berupa asimilasi atau kontras. Karena manusia selalu memandang stimuli dalam
konteksnya, dalam strukturnya, maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada
rangkaian stimuli. Struktur ini diperoleh dengan jalan mengelompokkan
berdasarkan kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan menyatakan bahwa
stimuli yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok. Dalil
keempat dari Krech dan Crutchfield adalah Objek atau peristiwa yang berdekatan
dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai
bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat
struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau
balok. Pada persepsi sosial, pengelompokkan tidak murni struktural; sebab apa
yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu, tidaklah dianggap
sama atau berdekatan oleh individu yang lain. Kebudayaan juga berperan dalam
melihat kesamaan. Pengelompokkan kultural erat kaitannya dengan label; dan yang
kita beri label yang sama cenderung dipersepsi sama. Dalam komunikasi, dalil
kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan
kredibilitasnya. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli
ditanggapi sebagai bagian dari stuktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang
berdekatan juga dianggap berkaitan atau mempunyai hubungan sebab dan akibat.
3.3 MEMORI
Dalam komunikasi intrapersonal, memori
memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir.
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme
sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk
membimbing perilakunya. Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap saat
pula stimuli itu direkam secara sadar atau tidak sadar.
Memori melewati tiga proses:
Perekaman. Perekaman adalah pencatatan
informasi melalui reseptor indra dan sirkit saraf internal.
Penyimpanan. Penimpanan adalah menentukan
berapa lam informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana.
Penyimpanan bisa aktif atau pasif.
Pemanggilan. Pemanggilan adalah menggunakan
informasi yang tersimpan.
Jenis-jenis memori:
- Pengingatan (Recall) adalah proses aktif
untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara kata demi kata, tanpa
petunjuk yang jelas.
- Pengenalan (Recognition) adalah agar
sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta; lebih mudah mengenalnya kembali.
- Belajar Lagi (Learning) adalah menguasai
kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.
- Redintegrasi (Redintegration) adalah
merekonstruksi seluruh masa lalu dari sat petunjuk memori kecil.
Mekanisme memori
1. Teori Aus (Disuse Theory).
Menurut teori ini, memori hilang atau
memudar karena waktu. Sperti otot memori kita akan kuat, bila diatih terus-menerus.
2. Teori Interferensi (Interference
Theory).
Menurut teori ini, memori merupakan meja
lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu.
Interferensi adalah menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau
mengaburkannya. Terjadinya pengurangan memori disebut inhibisi retroaktif
(hambatan ke belakang). Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita,
ini disebut inhibisi proaktif ( hambatan ke depan). Masih ada satu hambatan
lagi – walaupun tidak tepat masuk teori interfernsi. Ini disebut hambatan
motivasional. Amnesia adalah lupa sebagian atau seluruh memori bisa terjadi
karena gangguan fisik atau psikologi; karena kerusakan otak atau neurosis.
3. Teori Pengolahan Informasi (Information
Processing Theory).
Teori ini menyatakan bahwa informasi
mula-mula disimpan pada sensory storage, kemuadian masuk short-term memory
(STM); lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory
(LTM). Sensory storage lebih merupakan perseptual dari pada memoeri. Ada dua
macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan
memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif.
Untuk mengingatkan kemampuan short-term
memory kelompoknya disebut chunk. Bila informasi ini berhasil dipertahankan pada
STM, ia akan masuk LTM. Inilah yang umumnya kita kenal sebagai ingatan. LTM
meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup.
Seperti disebut di atas, kita dapat memasukkan informasi dari STM ke LTM dengan
chunking, rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan
mengulang-ngulangnya), clustering (mengelompokkan dalam konsep-konsep), method
of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).
3.4 BERPIKIR
Apakah Berpikir Itu?
Menurut Floyd L. Ruch, berpikir adalah
manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan
lambang-lambang sehinga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.
Jelas berpikir melibatkan penggunaan lambang, visual, atau grafis. Berpikir
kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan,
memecahkan persoalan, dan menghasilkan yang baru.
Bagaimana Orang Berpikir?
Secara garis besar ada dua macam berpikir,
yang pertama berpikir autisik yaitu melarikan diri dari kenyataan, dan melihat
hidup sebagai gambar-gambar fantasis, seperti melamun, fantasi, menghayal,
wishful thingking. Yang kedua berpikir realistik ialah berpikir dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Menurut Floyd L. Ruch menyebut tiga macam
berpikir realistik, yaitu deduktif, induktif, evaluatif. Berpikir deduktif
adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan
pernyataan umum disebut silogisme. Berpikir induktif sebaliknya, dimulai dari
hal-hal khusus dan kemudian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan
generalisasi. Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya,
tepat atau tidaknya suatu gagasan.
Menetapkan Keputusan
Salah satu fungsi berpikir adalah
menetapkan keputusan. Tanda-tanda umum mengambil keputusan: (1) keputusan merupakan
hasil berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan
pilihan dari berbagai alternatif; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan
nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. Faktor
persoalan amat menentukan apa yang diputuskan, antara lain: (1) kognisi artinya
kulitas dan kuantitas yang dimiliki; (2) motif amat mempengaruhi pengambilan
keputusan; (3) sikap juga faktor penentu lainnya.
Memecahkan Persoalan
Proses memecahkan persoalan berlangsung
melalui lima tahap:
1. terjadi peristiwa ketika perilaku yang
biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu.
2. anda mencoba menggali memori Anda unuk
mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa yang lalu.
3. pada tahap ini Anda mencoba seluruh
kemungkinan pemecahan yang pernah Anda ingat atau yang dapat Anda pikirkan.
Semua Anda coba, ini disebut penyelesain mekanis
4. anda mulai menggunakan lambang-lambang
verbal atau grafis untuk mengatasi masalah.
5. tiba-tiba terlintas dalam pikiran Anda
suatu pemecahan. Kilasan pemecahan masalah ini disebut Aha Erlebnis atau
insight solution.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses
Pemecahan Masalah, sama pentingnya dengan faktor-faktor sosiopsikologis,
seperti (1) Motivasi, (2) Kepercayaan dan Sikap yang Salah, (3) Kebiasaan, (4)
Emosi.
Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga
syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau
yang secara statistik sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup.
Syarat kedua kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis.
Ketiga kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal,
menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin. Guilford membedakan antara
berpikir kreatif dan tak kreatif dengan konsep berpikir konvergen dan divergen.
Berpikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan; divergen, dengan
kreativitas. Berpikir divergen dapat juga diukur dengan fluency, flexibility,
dan originality. George Lakoff dan Mark Johnson menjelaskan bagaimana pemikiran
kreatif ini berhasil memperluas cakrawala pemiiran. Berpikir kreatif adalah
berpikir analogis-metaforis.
Proses Berpikir Kreatif:
1. orientasi: masalah dirumuskan, dan
aspek-aspek masalah diidentifikasikan.
2. preparasi: pikiran berusaha mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
3. inkubasi: pikiran beristirahat sebentar,
ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses
pemecahan masalah berjalan terus dalam jiwa bawah sadar kita.
4. iluminasi: masa inkubasi berakhir ketika
pemikir memperoleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah.
Ini menimbulkan Aha Erlebnis.
5. verifikasi: tahap terakhir untuk menguji
dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.
Faktor-faktor yang Mempemgaruhi Berpikir
Kreatif:
Berpikir kreatif tumbuh subur bila
ditunjang oleh faktor personal dan situasional. Ada beberapa faktor yang secara
umum menandai orang-orang kreatif:
1. kemampuan kognitif: termasuk di sini
kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru yang
berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
2. sikap yang terbuka: orang kreatif
mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal; ia memiliki
minat yang beragam dan luas.
3. sikap yang bebas, otonom, dan percaya
pada diri sendiri. Orang kreatif tidak suka ‘digiring’; ingin menyampaikan
dirinya semau dan semampunya; ia tidak terikat pada konvensi-konvensi sosial.
Selain faktor-faktor lingkungan
psikososial, nenerapa peneliti menunjukkan juga adanya faktor-faktor
situasional lainnya. Maltzman (1960) menunjukkan faktor peneguhan dari
lingkungan; Dutton (1970) menyebut, antara lain, tersedianya hal-hal istimewa
bagi manusia kreatif; dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam
menumbuhkan kreativitas.
1 comments:
terima kasih, artikel nya sangat membantu buat pembelajaran...
( 16222500114 )
jangan lupa kunjungi blog kami di https://www.atmaluhur.ac.id
Post a Comment