HISTORIS
PERKEMBANGAN FILSAFAT DI INDIA, CINA, ISLAM DAN BARAT
Manusia, masyarakat, kebudayaan, dan
alam sekitar memiliki hubungan yang erat. Keempatnya yang telah menyusun dan
mengisi sejarah filsafat dengan masing-masing karakteristik yang dibawanya.
Berdasar keempat hal tersebut juga, pada umumnya para filsuf sepakat untuk
membagi sejarah filsafat menjadi empat tradisi besar, yakni India, Cina, Islam
dan Barat.
- Filsafat India
Filsafat india berpangkal pada keyakinan bahwa ada
kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan
kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya
dunia tidak dialami sebagai tempat keterasingan, sebagai penjara. Seorang anak
di India harus belajar bahwa ia karib dengan semua benda, dengan dunia
sekelilingnya, bahwa ia harus menyambut air yang mengalir dalam sungai, tanah
subur yang memberi
makna, dan matahari yang terbit. Orang India tidak belajar untuk menguasai
bumi, melainkan untuk berteman dengan dunia ( Darji Darmodiharjo dan Shidarta,2004:27-37)
a.
Zaman
Weda (2000-600 SM)
Bangsa Arya masuk India dari utara, sekitar 1500 SM.
Literature suci mereka disebut weda. Bagian terpenting dari weda untuk filsafat India adalah Upanishad, yang sepanjang sejarah India akan
merupakan sumber yang sangat kaya untuk inspirasi dan pembaruan. Suatu tema
yang menonjol dalam upanisad adalah ajaran tentang hubungan Atman dan Brahmana.
Atman adalah segi subjektif dari kenyataan, diri manusia. Brahmana adalah segi objektif , makro
kosmos,alam semesta. Upanisad
mengajar bahwa manusia mencapai keselamatan (makso,multi) kalau ia menyadari identitas Atman dan Brahmana.
b.
Zaman
Skeptisisme (200SM-300 M)
Sekitar tahun 600 SM mulai suatu reaksi, baik
terhadap ritualisme imam-imam maupun terhadap spekulasi berhubungan dengan
korban para rahib. Para imam mengajar ketaatan pada huruf kitab suci, tetapi
ketaatan ini mengganggu kebaktian kepada dewa-dewa. Para rahib mengajar suatu “metafisika”
yang juga tidak sampai ke hati orang biasa. Reaksi datang dalam banyak bentuk.
Yang terpenting adalah Buddhisme ,
ajaran dari pangeran Gautama Budha, yang memberi pedoman praktis untuk menacapai
keselamatan: bagaimana manusia mengurai penderitaan, bagaimana manusia mencapai
terang budi.
c.
Zaman
Puranis (300-1200 M)
Setelah tahun 300, Buddhisme mulai lenyap dari
India. Buddhisme sekarang lebih penting di Negara-negara tetangga dari pada di
India sendiri. Pemikiran India pada abad pertengahannya dikuasai oleh spekulasi
teologis, terutama mengenai inkarnasi dewa-dewa . banyak contoh cerita tentang
inkarnasi dewa-dewa terdapat dalam dua epos besar, Mahabrata dan Ramayana.
d.
Zaman Muslim
Dua nama menonjol dalam periode muslim, yaitu nama
pengarang syair Kabir, yang mencoba untuk memperkembangkan suatu agama
universal, dan Guru Nanak (pendiri aliran Sikh), yang mencoba menyerasai Islam
dan Hinduisme.
e.
Zaman
Modern (setelah 1757 M)
Nama-nama terpenting
dalam periode ini adalah Raja Ram
Mohan Roy (1772-1833) yang mengajar monoteisme berdasarkan Upanisad dan suatu
moral berdasarkan khotbah di bukit dari Injil, Vivekananda (1863-1902) yang
mengajar bahwa semua agama benar, tapi bahwa agama Hindu paling cocok untuk
India: Gandhi (1869-1948), dan Rabindranath Tagore (1861-1941), pengarang syair
dan pemikir religious yang membuka pintu untuk ide-ide dari luar.
- Filsafat Cina
Ada tiga tema pokok sepanjang sejarah filsafat Cina,
yakni harmoni, toleransi dan perikemanusiaan. Pemikiran Cina lebih
antroposentris (menempatkan manusia sebagai pusat kajian) dari pada filsafat India dan Barat.
Manusialah yang
selalu merupakan pusat filsafat China. Filsafat Cina dibagi
menjadi empatperiode, yaitu :
a.
Zaman
Klasik (600-200 SM)
Menutut tardisi, periode ini ditandai oleh seratus
sekolah filsafat: seratus sekolah semuanya mempunyai ajaran yang berbeda.
Sekolah-sekolah terpenting zaman klasik adalah:
·
Kunfusianisme
Kunfusius
(bentuk Latin dari nama Kong-Fu-Tse, “gurudari suku kung”)hidup antara 551 dan
497 SM. Ia mengajar bahwa Tao (“jalan” sebagai prinsip utama dari kenyataan )
adalah “jalan manusia:. Artinya manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao
luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik.keutamaan merupakan jalan yang
dibutuhkan. Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan 9”yen”) yang
merupakan model untuk semua orang, secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan
mereka berbeda.
·
Taoisme
Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (“guru tua”)yang
hidup sekitar 550SM. Lao Tse melawan Konfusius. Menurut Lao Tse, bukan jalan
manusia melainkan jakan alam-lah yang merupakan tao. Tao menurut Lao Tse adalah
prinsip kenyataan objektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak, dan
takternama. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisika, sedangkan ajaran konfusius
lebih-lebih etika. Puncak metafisika taoisme adalah kesadaran bahwa kita tidak
tahu apa-apa tentang tao.
·
Moisme
Didirikan oleh Mo Tse, antara 4500-400 SM. Filsafat
Moisme sangat pragmatis, langsung terarah kepada yang berguna. Segala sesuatu
yang tidak berguna dianggap jahat. Bahwa perang itu jahat serta menghambat
kemakmuran umum tidak sukar untuk dimengerti.
·
Fa
Chai
Fa chai atau “sekolah hukum”, cukup berbeda dari
semua aliran klasik lain. Sekolah hukum
tidak berpikir tentang manusia, surga
atau dunia, melainkan soal-soal praktis dan politik.
b.
Zaman
Neo-Taoisme dan Buddhisme
Konsep Tao mendapat arti baru,Tao sekarang dibandingkan
dengan “nirwana” dari ajaran Budha, yaitu”transendensi di seberang segala nama
dan konsep”, “diseberang adanya”.
c.
Zaman
Neo-Konfusianisme (1000-1900 M)
Dari tahun 100 M, konfusianisme klasik kembali
menjadi ajaran filsafat terpenting. Buddhisme ternyata memuat unsure-unsur yang
bertentangan dengan corak berfikir cina.
d.
Zaman
Modern (setelah 1900 M)
Pada zaman ini pengaruh filsafat Barat cukup besar.
Aliran filsafat yang terkenal adalah pregmatisme, jenis filsafat yang lahir di
Amerika Serikat. Sejak tahun 1950, filsafat Cina dikuasai pemikiran Marx,
Lenin, dan Mao Tse Tung.
- Filsafat Islam
Dalam sejarah pemikiran
Islam, teologi Rasional dipelopori kaum Mu’tazilah, ciir-ciri dari teologi
rasional ini adalah keyakinan akan kedudukan akal yang tinggi, kebebasan
manusia dalam berfikir serta berbuat dan adanya hukum alam ciptaan Tuhan, yang
membawa pada perkembangan Islam, bukan hanya filsafat, tetapi juga sains, pada
masa abad VIII dan XIII.
Filsuf Besar pertama yang dikenal adalah
al-Kindi,(796-873 M), ia dengan tegas mengatakan bahwa antara filsafat dan
agama tak ada pertentangan. Filsafat, ia artikan sebagai pembahasan tentang
yang benar . agama dalam hal ini juga menjelaskan yang benar. Maka,
kedua-duanya membahas yang benar. Selanjutnya, filsafat dalam pembahasannya
memakai akal dan agama , dan dalam penjelasan tentang yang benar juga memakai
argumen-argumen rasional.
Memurnikan tauhid memang masalah penting dalam
teologi dan filsafat Islam. Dalam hal ini,al-Farabi (870-950 M) memberi konsep
yang lebih murni lagi.
Sebagai lawan dari Teologi Rasional Mu’tazilah,
teologi Asy’ariah bercorak tradisional,mereka beranggapan bahwa akal mempunyai
kedudukan rendah.
- Filsafat Barat
a)
Zaman
Kuno
Filsafat barat kuno dimulai dari filsafat pra-Sokrates
di Yunani. Pytagoras (500 SM) yang mengajar di Italia Selatan, adalah orang
yang pertama menamai diri “filsuf”. Sekolah
pytagoras sangat penting untuk perkembangan matematik. Ajaran falsafahnya
mengatakan antara lain bahwa segala sesuatu terdiri dari
“bilangan-bilangan”:struktur dasar kenyataan itu “ritme”.
Dua nama lain yang penting dalam periode ini adalah
Herakleotis dan Parmenides. Herakleotis mengajarkan bahwa segala sesuatu
“mengalir”, segala sesuatu berubah terus-menerus seperti air dalam sungai.
Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru memang tidak berubah. Segala
sesuatu yang betul-betul ada, itu kesatuan mutlak yang abadi dan tak
terbagikan.
b. Puncak Zaman Klasik: Sokrates, Plato, dan
Aristoteles
Puncak filsafat Yunani dicapai pada Sokrates, Plato,
Aristoteles. Sokrates (±470-400 SM), guru Plato mengajar bahwa akal budi harus
menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Sokrates sendiri tidak menulis
apa-apa. Pikiran-pikirannya hanya hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui
tulisan-tulisan dari cukup banyak pemikir yunani lain, terutama melalui karya
Plato. Plato (428-348 SM) menggambarkan sokrates sebagai seorang alim yang
mengajar bagaimana manusia dapat bahagia berkat pengetahuan tentang apa yang
baik.
Diantara ajaran Sokrates adalah metode dialektika,
yakni metode pencarian kebenaran secara ilmiah melalui bercakap-cakap atau
berdialog. Menurut
Plato dunia yang kelihatan hanya merupakan bayangan dari dunia yang
sungguh-sungguh, yaitu dunia ide-ide. Filsafat Plato merupakan perdamaian
antara ajaran Parmenidesdan ajaran Herakleitos. Dalam dunia ide-ide segala
sesuatu abadi, dalam dunia kelihatan, dunia kita tudak sempurna, segala sesuatu
mengalami perubahan. Filsafat Plato lebih bersifat khayal dari pada suatu
system pengetahuan, sangat dalam dan sangat luas, meliputi logika, epistemoligi, antropologi, teologi, etika, politik, ontology,
filsafat alam dan estetika.
Aristoteles (384-322 SM), guru Iskandar Agung,
adalah murid Plato.
Tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan Plato.filsafat. Aristoteles sangat
sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali,
seperti penemuannya tentang metode induksi, yakni proses menyimpulkan dari
pengetahuan yang bersifat khusus ke pengetahuan yang bersifat umum.
Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika,
psikologi, dan ilmu alam.
c. Zaman Patristik
Patristik
(dari kata latin “patres”, “Bapa-bapa gereja). Ajaran falsafi-teologis dari bapa-bapa
gereja menunjukan pengaruh plotinos. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa
iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Mereka berhasil
membela ajarn-ajaran Kristiani terhadap tuduhan dari pemikir-pemikir kafir.
d. Zaman
Skolastik
Sekitar tahun 1000 M peranan Platinos diambil alih
oleh Aristoteles. Aristoteles kembali terkenal kembali melalui beberapa filsuf
Islam dan Yunani, terutama melalui Avicena (Ibn Sina,980-1037), Avveroes (Ibn
Rushd, 1126-1198), dan Maimonides (1135-1204). Pengruh Aristoteles
lama-kelamaan begitu besar sehingga ia disebut “ Sang Filsuf”, sedangkan
Avveroes disebut “Sana Komentator”. Disebut skolastik
(dari kata latin “scholasticus”, “guru”). Karna dalam periode ini filsafat
diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu
kurikulum yang tetap dan bersifat internasional.
e.
Zaman
Modern
·
Zaman
Renaissance
Jembatan antara abad pertengahan dan zaman modern
disebut “renaissance” (zaman kelahiran kembali). Kesusasteraan, seni, dan
filsafat mencapai inspirasi mereka dalam warisan yunani-Romawi. Filsuf-filsuf
terkenal adalah Niccollo Machiaveli(1469-1527), Thomas Hobbes(1588-1697) Thomas
More (1478-1535), dan Francis Bacon (1561-1626).
Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam masa ini
adalah “antroposentris”-nya. Pusat perhatian pemikiran tidak lagi kosmos
melainkan manusia. Mulai sekarang manusialah yang dianggap sebagai titik focus
dari kenyataa.
·
Zaman
Pencerahan
Abad kedelapan belas memperlihatkan perkembangan
yang baru lagi, pada masa ini lahir Filsuf-filsuf besar di Inggris seperti John
Locke (1632-1704), John Berkeley (1684 -1753), dan David Hume (1711-1776). Diperancis Jean
JacqueRousseau (1712-1778)dan di Jerman Immanuel kant (1724-1804), yang
menciptakan suatu sintesis dari rasionalisme dan empirisme dan yang dianggap
sebagai filsuf terpenting dari zaman modern
·
Zaman
Romantik
Filsuf-filsuf besar pada masa ini adalh J. Fichte
(1762-1814), F. Schelling dan G.W.F.Hegel. Aliran yang diwakili oleh ketiga
filsuf ini disebut “idealisme”. Dengan
idealisme di sini dimaksudkan
bahwa mereka mempriotitaskan ide-ide.
·
Masa
kini
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas terkenal
dengan aliran-aliran yang besar, yaitu rasionalisme,
empirisme, dan idealisme. Filsafat Barat pada abad kesembilan belas dan keduapuluh
kelihatan terpecah-pecah. Macam-macam aliran baru muncul, dan aliran-aliran ini
sering terikat pada hanya satu Negara atau satu lingkungan bahasa.
Sumber : Mufid,Muhammad.Eetika dan Filsafat Komunikasi.2009.Jakarta:Kencana
Penanda Media Group
0 comments:
Post a Comment