Powered by Blogger.
RSS

Dominasi Barat Terhadap Media


BAB I
PENDAHULUAN
  
Dizaman yang serba canggih sekarang ini, banyak sekali informasi yang dapat kita akses dengan sangat mudahnya. Tidak perlu harus menunggu sampai esok hari seperti halnya informasi dari koran. Cukup dengan duduk di rumah dengan televisi ataupun komputer berkoneksi internet dihaapan kita, kita sudah bisa mendapat informasi-informasi yang aktual baik dari dalam maupun luar negeri.
Tetapi tentunya kia sebagai seorang manusia yang berpendidikan harus berhati-hati dan mampu menyaring berbagai macam informasi yang kita terima. Hal itu dikarenakan  tidak semua informasi yang kita terima, baik dari televisi, media cetak, internet, ataupun dari radio itu adalah baik. 
Gencarnya pemberitaan terhadap suatu peristiwa tertentu pastinya ada suatu kepentingan yang terselubung di dalamnya. Entah itu motif politik, ekonomi, hankam, dan lain sebagainya. Karena tidak mungkin suatu media massa memberitakan suatu peristiwa tanpa ada maksud, baik itu maksud yang berhubungan dengan kelembagaan media itu sendiri maupun maksud yang berhubungan dengan pihak-pihak tertentu.
Dalam makalah kami yang singkat ini, akan sedikit memaparkan mengapa media massa di dunia ini tumpangi oleh kepentingan-kepentingan tertentu oleh beberapa pihak yang mempunyai tujuan tertentu pula. Dalam hal ini, kami akan membatasi media massa yang didominasi oleh bangsa Barat yang sebagian besar masyarakatnya adalah kaum Yahudi.
  
BAB II
PEMBAHASAN


A.     PERKEMBANGAN MEDIA MASSA DI BARAT
Kalau melihat sejarah perkembangan peradaban manusia, paling tidak kita akan menemukan tiga fase penting yang telah dan sedang berproses di dalamnya. Tiga fase tersebut adalah revolusi pertanian, revolusi industri serta revolusi komunikasi. Masing-masing fase memiliki peran di dalam meningkatkan derajat kemanusiaan khususnya di dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta dinamikanya. Sebagian besar teoretisi sosial berpendapat bahwa era revolusi sosial dan revolusi industri saat ini telah berakhir dan manusia sedang memasuki babak baru peradaban, yaitu era post-industrial yang ditandai dengan semakin meningkatnya arus informasi dan komunikasi, oleh karenanya fase ini dikenal juga dengan sebutan era revolusi komunikasi atau zaman informasi.
Dimulai pada akhir abad ke-20, tepatnya antara tahun 1970-an dan tahun 1980-an, manusia telah berhasil menemukan berbagai  teknologi baru di bidang komunikasi dan informasi, terutama dengan ditemukannya kabel serat optik dan satelit komunikasi. Semenjak saat itu, terjadi perubahan yang sangat fundamental di dalam tatanan masyarakat dunia dengan memasuki era globalisasi baru, yang ditandai oleh dominasi tunggal Amerika Serikat di dalam tatanan global paska runtuhnya Uni Soviet setelah tidak kuasa menahan dahsyatnya hantaman zaman baru informasi.
Hancurnya Uni Soviet menandai kemenangan sebuah peradaban dalam hal ini adalah kemenangan kapitalisme liberalisme atas peradaban sosialis komunis. Sebagai peradaban yang keluar menjadi pemenang dalam sebuah pertarungan global, Amerika akan memiliki karakter konservatif (status quo), artinya dia akan mempertahankan dominasinya atas kekusasaan peradaban serta tidak akan membiarkan peradaban lain untuk merebut posisi tersebut. Oleh karena itu di dalam teori kekuasaan disebutkan, ada dua instrumen yang akan digunakan oleh pihak penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya, yaitu instrumen ideologi (halus) dan instrumen represif (paksaan/keras).
Instrumen refresif bersifat militeristik, dengan menggunaan paksaan dan kekerasan secara fisik yang sudah menjadi ciri khas dari intrumen yang satu ini. penggunaan instrumen ini oleh Amerika bukan rahasia umum lagi, invasi Amerika ke Vietnam, Somalia, Irak, Afganistan dan campur tangan militernya di dalam perang Korea adalah bukti nyata represifitas Amerika di dalam mempertahankan dominasi peradabannya. Di sisi lain Amerika, juga menggunakan instrumen ideologi. Instrumen ini memiliki sifat halus dan sulit untuk dideteksi oleh kesadaran manusia karena wilayah kerjanya terdapat di dalam alam bawah sadar manusia, korban dari instrumen ini tidak akan merasakan kesakitan bahkan sebaliknya korbannya akan merasa senang dan menikmatinya.
Kekuatan instrumen ideologis semakin tak terbendung seiring dengan masuknya zaman informasi di dalam kancah peradaban manusia. Teknologi komunikasi dan informasi melipatgandakan kemampuan instrumen ideologi di dalam melakukan kontrol terhadap pola berfikir dan pola perilaku menusia untuk sesuai dengan tatanan global yang diciptakan oleh Barat. Maka muncul istilah imperialisme kultural atau penjajahan kebudayaan yang merupakan bentuk determinasi (pendiktean) Barat terhadap kultur masyarakat dunia.
Seiring dengan misi bangsa Barat untuk dapat menguasai dunia ini, maka bangsa Barat berusaha mempengaruhi dunia lewat media massa-nya. Dengan menggunakan media massa yang sangat kuat pengaruhnya di dunia ini, mereka menciptakan keadaan sesuka hati mereka, atau dengan kata lain melegalkan tindakan mereka sendiri yang mungkin bagi sebagian besar masyarakat dunia dirasa kurang etis.
Beragam media massa pun mereka buat berskala internasional, baik yang media massa  cetak maupun elektronik, seperti misalnya stasiun televisi CNN, BBC, majalah The Times, New York Times, dan lain sebagainya. Media massa tersebut tentu memberitakan hal-hal yang berkepentingan dengan pihak-pihak yang ada di dalamnya.
B.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISI MEDIA MASSA
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi bangsa Barat menguasai sebagian besar media massa di dunia ini, beberapa diantaranya adalah;
1.      Politik
Melalui peran media pers, tak dapat dipungkiri media ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dari bangsa barat. Salah satunya politik. Hal ini sangat berkaitan erat dengan propaganda. Bangsa barat melalui persnya akan selalu berusaha nampak bersih dimata dunia untuk mendapatkan citra yang baik sehingga kepentingan-kepentingan tertentu dapat dicapai dengan mudahnya.
Pers Barat telah menjadi mesin politik untuk menyuarakan kepentingan Barat dengan membangun opini positif tentang kapitalisme, sebaliknya membuat citra negatif terhadap mereka yang dianggap merupakan potensi ancaman bagi Barat.
Contohnya pers di Amerika Serikat telah menjadi alat legalisasi terhadap serangan Amerika Serikat di Irak. Saat itu pers memberitakan tanpa sikap kritis presentasi Colin Powel di PBB. Saat itu Powel dengan bantuan photo satelit dengan percaya diri menunjukkan gambar-gambar yang dia sebuat sebagai tempat senjata pemusnah masal Irak. Pers Amerika pun mengutip Powel tanpa mengecek kebenaran informasi itu. Pers berhasil membangun opini seakan-akan Irak memang sah untuk diserangkan . Namun bagaimana realitanya ? Hingga kini Amerika Serikat tidak pernah menemukan senjata pemusnah masal di Irak.
Dominasi pers Barat tidak bisa dilepaskan dari dominasi politik dan ekonomi Barat. Tanpa ada kebijakan politik yang memutuskan dominasi Barat, pers Barat akan terus menerus menyerang Islam tanpa ada kekuatan yang seimbang

2.      Ekonomi
Faktor ekonomi pun turut menjadi salah satu alasan penyebab bangsa barat mendominasi media pers. Seperti dalam rangka meningkatkan ekonomi negara, maka dapat dilakukan melalui pencintraan yang baik pada negara tersebut dalam dunia pers, agar dapat menarik negara-negara lain untuk bekerjasama dengan negara tersebut.
Tak dapat dipungkiri pula dengan tingginya faktor ekonomi suatu negera, maka dapat pula menjadi salah satu pendukung tingkat kekuatan media persnya, karena negara tersebut akan dengan mudahnya menyokong kekuatan media persnya. Sehingga tujuan-tujuan tertentunya dapat tercapai.

3.      Agama
Menurut beberapa informasi yang beredar di internet, terbukti bahwa di balik media pers barat terdapat sebuah dinding yang berkamuflase, dan dinding itu merupakan dinding zionisme. Zionisme sendiri merupakan kaum Yahudi, dan mereka secara langsung telah mensubsidi media pers bangsa barat. Nampak di mata bangsa Barat bahwa Islam adalah agama teoris, agama yang radikal dan sebagainya. Maka faktor dari agama ini juga cukup mempengaruhi penyebab dominasi dunia barat karena segi agama juga telah menkonstribusikan penyebab dominasi barat terhadap media. Pers menegaskan permusuhan dan kebencian Barat terhadap Islam dan dimanifestasikan dalam media massa mereka.
Setidaknya ada beberapa cara yang digunakan pers Barat untuk menyebarkan berita-berita (news) dan opini/ide (views) yang mengeliminasi Islam. Yang pertama adalah tasykik, yaitu suatu upaya untuk menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum Muslimin terhadap agamanya. Ujung-ujungnya, hal itu sanggup meruntuhkan keyakinan umat Islam dalam mempercayai Islam yang berlandaskan al-Qur'an dan Sunnah. Kemudian cara yang kedua adalah tasywih, yakni upaya untuk menghilangkan kebanggaan kaum Muslimin terhadap Islam dengan cara memberikan gambaran Islam secara buruk. Islam itu sadis, kejam, dan mengajarkan terorisme. Hal ini akan membuat kaum muslimin rendah diri dan pesimis atas agamanya sendiri. Berikutnya yang ketiga adalah tadzwib, yaitu upaya pelarutan budaya dan pemikiran dari kaum Muslimin, sehingga tak ada jarak antara pemikiran dan budaya Islam dengan pemikiran dan budaya bukan Islam, tidak jelas mana hitam yang bathil dan mana putih yang haq, semuanya “diabu-abukan”. Hal ini yang mendasari menancapnya pluralisme dan sinkretisme di benak kaum Muslimin. Dan yang keempat adalah taghrib,  yakni upaya untuk mengeringkan nilai-nilai Islam dari jiwa kaum Muslimin dan mengisinya dengan nilai-nilai barat yang hedonis, salibis-zionis hingga atheis. Empat senjata inilah yang terus ditikamkan oleh pers Barat ke tubuh kaum Muslimin.
  
C.      BENTUK DOMINASI BARAT TERHADAP MEDIA
“Siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia

Ungkapan ini dapat dibenarkan, karena secara objektif bidang apa pun di dunia ini hampir tidak ada yang mampu melepaskan dirinya dari informasi. Jika itu diterapkan dalam diskurus Islam, sebenarnya Islam itu adalah informasi. Wahyu adalah informasi, yaitu informasi tentang Allah, alam, manusia, dunia, akhirat, dan seterusnya. Al-Qur’an juga mengandung banyak informasi. Ada informasi tentang mikrokosmos; ada pula informasi tentang dunia makrokosmos. Di dalamnya juga terkandung informasi sains, sejarah, kedokteran, hukum, ekonomi, politik, dan sebagainya. Salah satu cara untuk memperoleh informasi adalah dengan komunikasi.
Media Barat dan media di Asia Pasifik  punya cita rasa yang berbeda dalam memilih angle pemberitaan dan agenda liputannya. Media di Asia Pasifik cenderung mengarah kepada pemberitaan yang sejuk, damai dan menyebarkan persahabatan ke seluruh penjuru dunia. Sedangkan media Barat yang dipengaruhi Yahudi penuh prasangka dan siasat. Media Barat selalu membesar-besarkan hal-hal kecil di negara berkembang seperti Iran dan Indonesia, sementara mereka mengabaikan persoalan dan isu besar seperti yang terjadi di Palestina dan di Amerika Serikat sendiri.

1.      Dominasi Yahudi atas Kantor Berita Internasional
Dapat dikatakan bahwa kantor-kantor berita sangat menentukan lancar atau tidaknya sebuah informasi. Karena itu, program kerja pemimpin-pemimpin Zionis bersumber pada satu tekad, yakni menguasai kantor-kantor berita agar setiap berita yang datang dapat mereka sensor sebelum sampai ke tangan publik. Bukti konkritnya, pendiri kantor berita terbesar di dunia, Reuter, adalah Julius Reuter, seorang Yahudi yang lahir pada tahun 1816. Sementara itu, di Amerika terdapat lima buah harian yang pada tahun 1848 berkongsi mendirikan kantor berita Associated Press dan pada tahun 1900 menguasai sebagian besar surat kabar dan majalah Amerika. Pada 1907 Shcribs dan Howard mendirikan kantor berita Shcribs Howard United Press yang dua tahun kemudian disusul dengan pendirian International News Service oleh William Herset pada tahun 1909. Kedua kantor berita yang disebutkan terakhir itu bergabung dalam The United Press International pada tahun 1958. Di Perancis, seorang Yahudi warga Havas mendirikan Kantor Berita Havas pada tahun 1835 yang kemudian berubah menjadi kantor berita resmi Perancis.
2.      Penguasaan Yahudi atas Media Massa Internasional
a.       Di Inggris
Media cetak Inggris identik dengan majalah terbesarnya, The Times, yang pertama kali terbit pada tahun 1788. Melalui prakarsa Rothschild, warga Yahudi Inggris, Zionis internasional menanam investasi besar-besaran agar The Times dapat sepenuhnya mereka kuasai, terutama bidang keredaksiannya. Majalah tersebut menjadi majalah Zionis tulen setelah dibeli miliuner Yahudi Australia, Robert Murdoch. Selain menguasai The Times dan The Sunday Times, Murdoch pun menguasai tiga majalah Inggris lainnya, yaitu Sun, majalah vulgar yang beroplah lebih dari 3,7 juta eksemplar per minggu, News of the World, majalah vulgar yang beroplah 4 juta eksemplar per minggu; serta City Magazine.
Media massa Inggris yang juga didominasi Yahudi, diantaranya, adalah The Daily Express, The News Chronicle, The Daily Mail, The Daily Herald, The Manchester Gardian, John Paul, Yorkshire Post, Evening News, The Observer, Sunday Refere, Sunday Express, Sunday Chronicle, The Sunday Bible, The Graphic, dan lain sebagainya. Pendataan tahun 1981 menunjukkan bahwa 15 buah perusahaan pers Inggris yang berada dalam penguasaan Zionis, setiap harinya, mendistribusikan sekitar 33 juta eksemplar koran dan majalah, baik untuk konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Oplah sebanyak itu sama dengan separuh lebih dari jumlah penduduk Inggris yang pada saat itu berjumlah kurang lebih 58 juta jiwa.
b.      Di Amerika Serikat
Dalam setiap harinya, di Amerika Serikat terbit 1.759 jenis surat kabar yang dibaca oleh sekitar 61 juta orang, di samping 668 jenis mingguan lainnya. Jumlah sebesar itu didistribusikan ke seluruh pelosok Amerika dan luar negeri oleh sekitar 1.700 buah distributor. New York Times yang terbit sejak tahun 1841, menduduki posisi paling bergengsi. Padahal, sejak tahun 1896, surat kabar tersebut dikuasai warga Yahudi, Adolf Osh, yang berhasil "menyelamatkan" surat kabar tersebut dari krisis ekonomi. Konsumen surat kabar itu adalah jajaran pejabat penting Amerika Serikat yang berkompeten menggariskan arah dan strategi politik Amerika Serikat. Karenanya, surat kabar yang menurut data tahun 1981 beroplah sekitar 630 ribu eksemplar itu sangat besar pengaruhnya terhadap kebijaksanaan pemerintahan Amerika Serikat.
Di samping itu, Yahudi pun total menguasai surat kabar The Daily News, The New York Post yang menurut data tahun 1981 beroplah sekitar 740 ribu eksemplar, dan Sun Time milik William Hersett yang beristrikan Marion Devis, wanita Yahudi. Selain surat kabar, Yahudi pun menguasai Good House Keeping, majalah keluarga paling populer di Amerika. Dalam bidang seni, majalah seni dan film Vanity Fairpun tidak luput dari jangkauan Zionis. Majalah tersebut pernah memuat tanda tangan dan pernyataan 171 insan film yang mendukung kampanye calon-calon anggota kongres Amerika simpatisan Yahudi lewat bantuan material dan spiritual.
Dominasi Yahudi untuk majalah Time, yang menurut data tahun 1981 setiap minggunya beroplah 4,5 juta eksemplar ini, disalurkan lewat pemiliknya, John Mair serta puluhan warga Yahudi yang disebarkan di setiap biro dan seksi. Tidak ketinggalan, Robert Murdoch pun mengembangkan sayapnya ke Amerika lewat pemilikan The New York Post serta majalah Star dan New York Magazine.
Perhatian Yahudi pun diarahkan pada surat kabar bisnis dan ekonomi, misalnya lewat penyimpanan saham di Business Week, majalah yang mempengaruhi para pengusaha dan pakar-pakar moneter dunia. Di Chicago, Yahudi berhasil menguasai harian terkenal Chicago Sun Times yang menurut data tahun 1981 mencapai oplah lebih dari 670 ribu eksemplar, dan di Arizona mereka berhasil menguasai Arizona News. Di bidang sains, Zionis berhasil menguasai majalah ilmiah National Geographic yang menurut data tahun 1981 mencapai oplah 11 juta eksemplar.
c.       Di Perancis
Imigran Yahudi di Perancis yang tidak lebih dari 700 ribu jiwa berhasil menanamkan pengaruh Zionis pada sebagian besar aktivitas politik dan ekonomi Perancis, terutama melalui media massa yang mereka kuasai. Majalah The Express pun mereka gunakan untuk sarana propaganda menentang presiden terdahulu, Valery Giscard Destan. Salah satu nomor terbitannya sempat menggegerkan pentas politik dunia ketika cover majalah tersebut memajang gambar Presiden Destan dalam mimik muka yang gembur dan mengekspresikan kelemahan sekaligus kepikunan. Sedangkan di hadapannya berdiri Francois Mitterrand yang digambarkan dalam profil yang penuh vitalitas. llustrasi tersebut dimaksudkan untuk menggeser kedudukan Destan karena Perancis memerlukan pemimpin yang penuh vitalitas seperti Mitterrand.
Dominasi Yahudi tidak hanya terbatas pada surat kabar politik, tetapi juga merambah harian dan mingguan sosial, ekonomi, dan seni. Majalah "Keluarga Buruh" adalah salah satu contoh yang memuat sudut pandang Yahudi dalam masalah ketenagakerjaan. Surat kabar Franck Sewar pun telah terbuka untuk ide-ide Zionis.
Dalam perkembangannya, Yahudi semakin memperketat kontrol dan dominasinya atas media cetak dunia agar dengan mudah mereka memuat program memasyarakatkan dekadensi moral, prostitusi, dan kebobrokan lainnya. Hal yang penting lagi, mereka memperalat media massa sebagai pengarah politik untuk mengejar target keji mereka sehingga informasi-informasi yang berhubungan dengan Islam dapat mereka sumbat. Kenyataan sekarang menunjukkan bahwa masyarakat dunia telah kecanduan menerima media massa yang disebarkan Yahudi yang mengeksploitasi artis-artis Hollywood. Sementara, jika disodori berita-berita yang menyangkut Islam, media massa tersebut akan bungkam dan pura-pura tidak tahu walaupun ratusan, bahkan ribuan, kaum muslimin tengah dibantai.
Contoh aktual adalah menyangkut tragedi di Palestine dan Lebanon. Walaupun umat Islam di Palestine siang malam dikejar dan dibantai atau masyarakat pendudukan Israel di Lebanon, Palestina, Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat Sungai Yordan, serta Gurun Sinai tengah dianiaya, kita tidak akan melihat berita tersebut menjadi berita utama; yang ada hanya catatan kecil di kotak kolom pinggiran.
  
D.     EFEK DOMINASI BARAT TERHADAP ISI MEDIA BAGI MASYARAKAT DUNIA
Gencarnya bangsa Yahudi memberitaan hal-hal yang yang memojokkan kaum Muslimin dan mengagung-agungkan bangsa mereka, mengakibatkan timbulnya pencitraan yang seringkali tidak sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya. Banyak masyarakat dunia dibutakan oleh pemberitaan yang menyimpang dan hanya demi kepentingan bangsa Yahudi itu sendiri. Berita-berita yang sekiranya tidak berkepentingan dengan kepentingan bangsa Yahudi ataupun yang merugikan bangsa mereka, maka berita itu tidak akan dipublikasikan kepada masyarakat luas. Sebaliknya, berita-berita yang sekiranya menguntungkan bagi bangsa mereka ataupun berita yang dapat memojokkan kaum Muslim, pasti akan dipublikasikan dan dibesar-besarkan seolah-olah itu adalah suatu peristiwa yang besar dan patut mendapat perhatian dari dunia, seperti kasus pemberitaan adanya senjata pemusnah massal sehingga Amerika bisa dengan legal dan sangat leluasa menggempur beberapa negara di Timur Tengah tanpa ada yang bisa menghalang-halanginya.
Selain untuk merubah pandangan dunia terhadap suatu peristiwa tertentu, akibat dari pemberitaan yang didominasi oleh bangsa Barat juga berpengaruh terhadap permkembangan dan pembentukan moral anak-anak di dunia. Hal itu disebabkan karena apa yang mereka publikasikan adalah hal-hal yang mereka anggap wajar dan lumrah di kalangan bangsa mereka sendiri. Walaupun mereka tahu apabila peristiwa itu dipublikasikan akan menyebabkan hal-hal yang buruk, mereka tetap saja tidak pduli karena memang itulah salah satu misinya, membuat mereka menjadi semakin kuat atas semua bangsa-bangsa yang lain. Seperti misalnya penayangan acara gulat WWF yang membuat anak-anak bertindak liar dan kasar, ataupun terbitnya majalah PlayBoy yang sangat-sangat merusak moral bangsa.
Kesemuanya itu tidak lepas dari kepetingan bangsa Yahudi untuk menguasai dunia dan menundukan kaum Muslimin, mereka tidak rela kalau Yahudi berada di bawah kaum Muslim.
  
E.      SOLUSI
Yaitu dengan adanya literasi media dan pemberdayaan khalayak:
1.      Literasi media
Yaitu sebuah kegiatan pendidikan literasi media minimal secara fungsional untuk melahirkan daya kritis khalayak terhadap media. Daya kritis tersebut akan diperlukan untuk membangkitkan keberdayaan khalayak untuk tidak terjebak dalam permainan representasi media massa. Khalayak yang berdaya itu pada gilirannya akan mampu mengubah atau memperbaiki praktik  representasi yang dilakukan media massa. Literasi Media juga diharapkan mampu mendorong media massa untuk bekerja berdasarkan kerangka kerja khalayaknya, bukan kerangka kerja media yang kerap memperdayakan, bukan memberdayakan kahalayaknya.
Literasi media akan membangkitkan kesadaran pada diri khalayak bahwa media tidaklah menyampaikan segala sesuatu apa adanya. Melainkan disampaikan dengan mengikuti hukum-hukum yang berlaku dalam dunia media massa. Media massa melakukan mediasi atas realitas sehingga realitas bukan saja lebih menarik tapi juga lebih indah atau lebih dramatis dari realitas yang sesungguhnya. Itulah representasi yang dilakukan media massa, yang prosesnya sangat banyak dipengaruhi kepentingan ideologis, kekuasaan politik atau ekonomi.

2.      Pemberdayaan khalayak
Tujuan pemberdayaan adalah membuat orang-orang bisa memperbaiki posisinya di tengah masyarakat. Ikhtiar pemberdayaan pun umumnya dilakukan oleh para aktivis kemasyarakatan pada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak diuntungkan oleh sistem sosial dominan yang dikembangkan dengan pendekatan modernisasi yang amat berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Konsep pemberdayaan yang dikembangkan secara sederhana bisa dirumuskan sebagai pemberian daya (power) kepada mereka yang tak berdaya (powerless).
Dengan pemberdayaan khalayak itu, maka posisi khalayak ditarik kembali untuk berada di tengah-tengah proses komunikasi. Khalayak bukan sekedar figuran belaka dari proses yang peran utamanya dipegang komunikator, pesan, dan media. Khalayak diajak untuk membongkar apa yang ada di balik pesan yang disampaikan komunikator melalui media. Ketulusan, kesungguhan, dan demi kemaslahatan khalayak yang selalu menjadi asumsi setiap tindak komunikasi dipertanyakan kebenarannya. Ideologi-ideologi dibalik pesan komunikasi dibongkar dan dipertanyakan.
Khalayak tidak lagi menjadi partisipan yang pasif dalam proses komunikasi, melainkan menjadi partisipan aktif proses komunikasi yang berlangsung dalam sistem sosialnya. Dengan menjadi khalayak yang berdaya akan terbuka kemungkinan untuk menjadi partisipan aktif tersebut mulai dari menafsirkan pesan komunikasi secara kritis, menyadari bahwa isi media sesungguhnya merupakan konstruksi dan media bukan sekedar merefleksikan kenyataan melainkan mempresentasikan kenyataan.

BAB III
PENUTUP


Bangsa Barat yang sebagian besar didominasi oleh kaum Yahudi, adalah orang-orang yang cerdas. Banyak hasil karya mereka yang kemudian menjadi tonggak dari berlangsungnya peradaban di dunia ini, seperti misalnya listrik, bola lampu, dan lain sebagainya. Karena sifat mereka yang cerdas, mereka merasa punya hak lebih atas dunia ini. Mereka pun mencoba menguasainya sejak zaman Israel.
Dengan datangnya Islam, mereka pun merasa terusik karena ternyata Islam jauh lebih maju. Merekapun melakukan segala cara untuk dapat menaklukan Islam dan membuat dunia tunduk kepada mereka.
Di zaman yang serba canggih sekarang ini, bangsa Yahudi semakin gencar melakukan serangan-serangan terhadap dunia yang tidak sepaham dengan mereka, khususnya kaum Muslim. Berbagai cara digunakan, mulai dari cara ideologi (halus) sampai cara represif (paksaan/keras). Secara paksaan mereka menggunakan senjata untuk menaklukan musuhnya. Kemudian secara halus, mereka menggunakan media massa untuk mempengaruhi dunia supaya siapa yang tidak sepaham dengan mereka dapat terpengaruh dan mengangap mereka benar.
Terakhir, kita sebagai umat Muslim, jangan sampai termakan dengan isu-isu yang dilontarka oleh media-media massa bangsa Barat. Jika memang benar ada pemberitaan, maka cross chek-lah terlebih dahulu, supaya kita tidak buta terhadap informasi ataupun hanya melihat dengan satu sisi saja.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment