1.
Sensasi
Tahap paling awal dalam penerimaan
informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat
pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi adalah
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal,
simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat
indra, “Benyamin B. Wolman”. Sensasi juga merupakan fungsi alat indra dalam
menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indra, manusia
dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat
indralah manusia memperoleh pengatahuan dan semua kemampuan untuk
berinteraksidengan dunianya. Tanpa alat indra manusia sama, bahkan mungkin
lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga mengindra cahaya dan
humiditas, “Lefrancois”. Kita dapat mengelompokkannya pada tiga macam indra
penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari
dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri (internal).
Informasi dari luar diindra oleh eksteroseptor. Informasi dari dalam diindra
oleh interoseptor. Selain itu, gerakan tubuh kita sendiri diindra oleh
proprioseptor. Apa saja yang menyentuh alat indra – dari dalam dan dari luar –
disebut stimuli. Saat ini Anda sedang membaca tulisan ini (stimuli eksternal),
padahal pikiran Anda sedang diganggu oleh perjanjian utang yang habis waktu
hari ini (stimuli internal)anda serentak menerima dua macam stimuli. Alat
penerima Anda segera mengubah stimuli ini menjadi energi syaraf untuk
disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat
indra Anda, stimuli harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimuli disebut
ambang mutlak. Ketajaman sensasi juga ditentukan oleh faktor-faktor personal.
Perbedaan dapat disebabakan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya,
di samping kapasitas alat indra yang berbeda.
2.
Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
indrawi. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian
dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya
melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori
(Desiderato, 1976:129). Persepsi seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor
personal dan faktor situasional. David Krech dan S.
Crtuchfield menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural.
Faktor lainnya yang sangat mempengaruhi persepsi:
a.
Perhatian (Attention)
Perhatian adalah proses mental stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah,
menurut Kenneth E. Andersen. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan
diri pada salah satu alat indra kita, dan mengesampingkan masukan-masukan
melalui alat indra yang lain.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor
situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai
determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention
getter).
Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang
menonjol, antara lain:
Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada
objek-objek yang bergerak.
Intensitas Stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli
yang lain.
Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik
perhatian.
Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila
disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian.
Faktor Internal Penaruh Perhatian
Contoh faktor yang mempengaruhi perhatian kita:
Faktor- faktor
Biologis. Dalam keadaan lapar semua pusat
perhatiannya adalah makanan.
Faktor-faktor
Sosiopsikologis. Motif sosiogenesis, sikap,
kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan.
Kenneth E. Anderson menyimpulkan dalil-dalil tentang
perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
ü Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasif
dan refleksif.
ü Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting,
menonjol, atau melibatkan diri kita.
ü Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan
kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita.
ü Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik
perhatian.
ü Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku
kita untuk menghindari terapan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan.
ü Konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.
ü Perhatian tergantung pada kesiapan mental kita.
ü Tenaga-tenaga motivasional sanngat penting dalam menentukan
perhatian dan persepsi.
ü Intensitas perhatian tidak konstan.
ü Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak
konstan.
ü Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan.
ü Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli sacara serentak.
ü Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan
memeperhatikan perhatian.
b.
Faktor-Faktor Fungsional yang
Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman
masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai
faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetapi karekteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu.
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil Persepsi bersifat selektif secara
fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam
persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
persepsi.
Kerangka Rujukan (Frame of Reference)
Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka
rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya.
Menurut McDavid dan Harari, para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan
ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual dari peristiwa yang
dialami.
c.
Faktor-Faktor Struktural yang
Menentukan Persepsi
Krech dan Crutchfield merumuskan dalilnya lagi yang
kedua, yaitu Medan
perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita
mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya walaupun stimuli yang kita
terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang
konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. Dalil ketiga dari Krech
dan Crutchfield adalah Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur
ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu
dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan
sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang
berupa asimilasi atau kontras. Karena manusia selalu memandang stimuli dalam
konteksnya, dalam strukturnya, maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada
rangkaian stimuli. Struktur ini diperoleh dengan jalan mengelompokkan
berdasarkan kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan menyatakan bahwa
stimuli yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok. Dalil
keempat dari Krech dan Crutchfield adalah Objek atau peristiwa yang berdekatan
dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi
sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat
struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau
balok. Pada persepsi sosial, pengelompokkan tidak murni struktural; sebab apa
yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu, tidaklah dianggap
sama atau berdekatan oleh individu yang lain. Kebudayaan juga berperan dalam
melihat kesamaan. Pengelompokkan kultural erat kaitannya dengan label; dan yang
kita beri label yang sama cenderung dipersepsi sama. Dalam komunikasi, dalil
kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan
kredibilitasnya. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli
ditanggapi sebagai bagian dari stuktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang
berdekatan juga dianggap berkaitan atau mempunyai hubungan sebab dan akibat.
3.
Memori
Dalam komunikasi intrapersonal,
memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun
berpikir. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya
untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap
saat pula stimuli itu direkam secara sadar atau tidak sadar.
Memori melewati tiga proses:
Perekaman. Perekaman adalah pencatatan informasi melalui
reseptor indra dan sirkit saraf internal.
Penyimpanan. Penimpanan adalah menentukan berapa lam
informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan
bisa aktif atau pasif.
Pemanggilan. Pemanggilan adalah menggunakan informasi
yang tersimpan.
a.
Jenis-jenis memori:
ü Pengingatan (Recall) adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi
secara kata demi kata, tanpa petunjuk yang jelas.
ü Pengenalan (Recognition) adalah agar sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta; lebih
mudah mengenalnya kembali.
ü Belajar Lagi (Learning) adalah menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh
termasuk pekerjaan memori.
ü Redintegrasi
(Redintegration) adalah merekonstruksi seluruh masa
lalu dari sat petunjuk memori kecil.
b.
Mekanisme memori
ü Teori Aus (Disuse Theory).
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena
waktu. Sperti otot memori kita akan kuat, bila diatih terus-menerus.
ü Teori Interferensi
(Interference Theory).
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau
kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Interferensi
adalah menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya.
Terjadinya pengurangan memori disebut inhibisi retroaktif (hambatan ke
belakang). Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita, ini disebut
inhibisi proaktif ( hambatan ke depan). Masih ada satu hambatan lagi – walaupun
tidak tepat masuk teori interfernsi. Ini disebut hambatan motivasional. Amnesia
adalah lupa sebagian atau seluruh memori bisa terjadi karena gangguan fisik
atau psikologi; karena kerusakan otak atau neurosis.
ü Teori Pengolahan Informasi
(Information Processing Theory).
Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan
pada sensory storage, kemuadian masuk short-term memory (STM); lalu dilupakan
atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM). Sensory storage
lebih merupakan perseptual dari pada memoeri. Ada dua macam memori: memori ikonis untuk
materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang
masuk secara auditif.
Untuk mengingatkan kemampuan short-term memory
kelompoknya disebut chunk. Bila informasi ini berhasil dipertahankan pada STM,
ia akan masuk LTM. Inilah yang umumnya kita kenal sebagai ingatan. LTM meliputi
periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup. Seperti
disebut di atas, kita dapat memasukkan informasi dari STM ke LTM dengan
chunking, rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan
mengulang-ngulangnya), clustering (mengelompokkan dalam konsep-konsep), method
of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).
4.
Berpikir
a.
Apakah Berpikir Itu?
Menurut Floyd L. Ruch, berpikir adalah manipulasi atau
organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehinga
tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. Jelas berpikir melibatkan
penggunaan lambang, visual, atau grafis. Berpikir kita lakukan untuk memahami
realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan
menghasilkan yang baru.
b.
Bagaimana Orang Berpikir?
Secara garis besar ada dua macam berpikir, yang pertama
berpikir autisik yaitu melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai
gambar-gambar fantasis, seperti melamun, fantasi, menghayal, wishful thingking.
Yang kedua berpikir realistik ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri
dengan dunia nyata. Menurut Floyd L. Ruch menyebut tiga macam berpikir
realistik, yaitu deduktif, induktif, evaluatif.
Berpikir deduktif adalah mengambil
kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum disebut
silogisme.
Berpikir induktif sebaliknya, dimulai
dari hal-hal khusus dan kemudian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan
generalisasi.
Berpikir evaluatif ialah berpikir
kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan.
c.
Menetapkan Keputusan (Decision
Making)
Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan.
Tanda-tanda umum mengambil keputusan: (1) keputusan merupakan hasil berpikir,
hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai
alternatif; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun
pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. Faktor persoalan amat
menentukan apa yang diputuskan, antara lain: (1) kognisi artinya kulitas dan
kuantitas yang dimiliki; (2) motif amat mempengaruhi pengambilan keputusan; (3)
sikap juga faktor penentu lainnya.
d.
Memecahkan Persoalan (Problem
Solving)
Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap:
ü Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena
sebab-sebab tertentu.
ü Anda mencoba menggali memori Anda unuk mengetahui cara-cara apa saja
yang efektif pada masa yang lalu.
ü Pada tahap ini Anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang
pernah Anda ingat atau yang dapat Anda pikirkan. Semua Anda coba, ini disebut
penyelesain mekanis
ü Anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk
mengatasi masalah.
ü Tiba-tiba terlintas dalam pikiran Anda suatu pemecahan. Kilasan
pemecahan masalah ini disebut Aha Erlebnis atau insight solution.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Proses Pemecahan Masalah, sama
pentingnya dengan faktor-faktor sosiopsikologis, seperti (1) Motivasi, (2)
Kepercayaan dan Sikap yang Salah, (3) Kebiasaan, (4) Emosi.
e.
Berpikir Kreatif (Cretive
Thinking)
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama,
kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara
statistik sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup. Syarat kedua
kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga kreativitas
merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan
mengembangkannya sebaik mungkin. Guilford
membedakan antara berpikir kreatif dan tak kreatif dengan konsep berpikir
konvergen dan divergen. Berpikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan;
divergen, dengan kreativitas. Berpikir divergen dapat juga diukur dengan
fluency, flexibility, dan originality. George Lakoff dan Mark Johnson
menjelaskan bagaimana pemikiran kreatif ini berhasil memperluas cakrawala
pemiiran. Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-metaforis.
Proses Berpikir
Kreatif:
ü Orientasi: Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasikan.
ü Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
relevan dengan masalah.
ü Inkubasi: Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan
dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berjalan terus
dalam jiwa bawah sadar kita.
ü Iluminasi: Masa inkubasi berakhir ketika pemikir memperoleh semacam ilham,
serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.
ü Verifikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan
masalah yang diajukan pada tahap keempat.
Faktor-faktor yang
Mempemgaruhi Berpikir Kreatif:
Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor
personal dan situasional. Ada
beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif:
ü Kemampuan kognitif: Termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan
gagasan-gagasan baru yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
ü Sikap yang terbuka: Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan
eksternal; ia memiliki minat yang beragam dan luas.
ü Sikap yang bebas, otonom,
dan percaya pada diri sendiri. Orang kreatif tidak
suka ‘digiring’; ingin menyampaikan dirinya semau dan semampunya; ia tidak
terikat pada konvensi-konvensi sosial.
Selain faktor-faktor lingkungan psikososial, nenerapa
peneliti menunjukkan juga adanya faktor-faktor situasional lainnya. Maltzman
(1960) menunjukkan faktor peneguhan dari lingkungan; Dutton (1970) menyebut,
antara lain, tersedianya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif; dan Silvano
Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas.
0 comments:
Post a Comment