PEMIKIRAN-PEMIKIRAN FILSAFAT KOMUNIKASI
1.
Pemikiran Richard Lanigan
Karyanya yang berjudul “Communication Models in
Philosophy, Review and Commentary” membahas secara khusus “analisis filsafati
mengenai komunikasi”.
Mengatakan; bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya
dikategorikan menjadi sub-bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat
diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
- Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?)
- Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?)
- Apakah aku yakin ? (Am I sure ?)
- Apakah aku benar ? (Am I right ?)
Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan
sistematis studi terhadap :
- Metafisika;
- Epistemologi;
- Aksiologi; dan
- Logika
Metafisika; adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori
tentang realita. Hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan
dengan hal-hal sbb :
1) Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual
dengan realita dalam alam semesta;
2) Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;
3) Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada
perilaku manusia.
Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip
pendapat Jujun S Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa
metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat
pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran.
Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :
- Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam
bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti
kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera.
Metafisika disebut juga Ontologi.
- Ada sebagai yang iLLahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak
bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (iLLahi berarti yang tidak dapat
ditangkap oleh panca indera).
Epistemologi; merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal,
sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that
investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).
Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih
fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran
dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi.
Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan
yang matang dan mapan, sistematik dan logis.
Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi :
- Kerangka pemikiran yang logis;
- Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka
pemikiran;
- Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara
faktual.
Jujun S Suriasumantri, mengemukakan akronim metode ilmiah yang
dikenal sebagai logicohypotetico verifikasi, kerangka pemikiran yang logis
mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan penjelasannya mengenai suatu
gejala bersifat rasional.
Lanigan, mengatakan bahwa dalam prosesnya yang progresif dari
kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak
pada salah satu atau lebih teori kebenaran.
Dikenal empat teori kebenaran, sebagai berikut :
1) Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan
itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2) Teori korespondensi; suatu pernyataan adalah benar jikalau materi
yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan itu.
3) Teori pragmatik; suatu pernyataan dianggap benar apabila
pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi
kehidupan manusia.
Aksiologi; asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan
yang secara epistemologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang
filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama.
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu
kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya
atau mengekspresikanny
Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu
mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan
dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak.
Logika; berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode
penalaran secara benar. Logika sangat penting dalam komunikasi, karena
pemikiran harus dikomunikasikan, sebagai hasil dari proses berpikir logis.
2.
Pemikiran Stephen LittleJOHN
Materi – 7 : Heri Erlangga
Penelaahan terhadap teori dan proses komunikasi dengan membagi menjadi
tiga tahap dan empat tema :
A.
Tahap Metatheoritical;
Meta mempunyai beberapa pengertian :
- Berubah dalam posisi (changed in position);
- Di seberang, di luar atau melebihi (beyond);
- Di luar pengertian dan pengalaman manusia
(trancending);
- Lebih tinggi (higher);
Teori menurut Wibur Schramm adalah “suatu perangkat
pernyataan yang saling berkaitan pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan
daripadanya proposisi dapat dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada
landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai tingkah laku”.
B.
Tahap Hipotetikal;
Adalah tahap teori di mana tampak gambaran realitas dan
pembinaan kerangka kerja pengetahuan.
C.
Tahap Deskriptif;
Tahap ini meliputi pernyataan-pernyataan aktual mengenai
kegiatan dan penemuan-penemuan yang berkaitan dengannya.
Empat Tema dimaksud adalah :
A.
Tema Epistemology (pertanyaan
mengenai pengetahuan);
Adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,
metode dan batasan pengetahuan manusia.
LittleJOHN mengajukan pertanyaan : Dengan proses
bagaimana timbulnya pengetahuan ? terdapat empat posisi :
1. Mentalisme atau rasionalisme yang menyatakan bahwa
pengetahuan timbul dari kekuatan pikiran manusia. Posisi ini menempatkan pada
penalaran manusia.
2. Empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan muncul
dalam persepsi. Melihat dunia apa yang sedang terjadi.
3. Konstruksivisme yang menyatakan bahwa orang
menciptakan pengetahuan agar berfungsi secara pragmatis dalam kehidupannya.
Percaya bahwa fenomena di dunia dapat dikonsepsikan dengan berbagai cara,
dimana pengetahuan berperan penting untuk merekayasa dunia.
4. Konstruksivisme sosial mengajarkan bahwa pengetahuan
merupakan produk interaksi simbolik dalam kelompok sosial. Realitas
dikonstruksikan secara sosial sebagai produk kehidupan kelompok dan kehidupan
budaya.
B.
Tema Ontology (pertanyaan
mengenai eksistensi);
Ontology adalah cabang filsafat mengenai sifat wujud
(nature of being) atau sifat fenomena yang ingin kita ketahui, dalam sosiologi
berkaitan dengan sifat interaksi sosial.
Dalam teori komunikasi tampak berbagai posisi ontologis,
tetapi dapat dikelompokan menjadi dua posisi yang saling berlawanan :
1.
Teori Aksional (actional
theory);
Bahwa orang menciptakan makna, mereka mempunyai tujuan,
mereka menentukan pilihan nyata. Berpijak pada landasan teleologis yang menyatakan
bahwa orang mengambil keputusan yang dirancang untuk mencapai tujuan.
2.
Teori Non-aksional (nonactional
theory);
Bahwa perilaku pada dasarnya ditentukan oleh dan
responsive terhadap tekanan-tekanan yang lalu. Tradisi ini dalil-dalil tertutup
biasanya dipandang tepat, interpretasi aktif seseorang dilihat dengan sebelah
mata.
C.
Tema Perspective (pertanyaan
mengenai focus);
Suatu teori terdapat pada fokusnya. Perspektif
berkorelasi dengan epistemology dan ontology disebabkan bagaimana teoritisi
memandang pengetahuan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perspektif teori.
Teori komunikasi menyajikan perspektif khusus darimana prosesnya dapat
dipandang.
Suatu perspektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara
mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perspektif ini memandu seorang
teoritikus dalam memilih apa yang akan dijadikan fokus dan apa yang akan
ditinggalkan, bagaimana menerangkan prosesnya, dan bagaimana mengkonseptualisasikan
apa yang diamati.
Empat jenis yang dinilainya memadai dalam pembahasan
perspektif, yaitu :
1.
Perspektif Behavioristik
(behavioristic perspective);
Timbul dari psikologi mazhab perilaku atau behavioral,
menekankan pada rangsangan dan tanggapan (stimulus dan response) yang cenderung
menekankan pada cara bahwa orang dipengaruhi oleh pesan.
2.
Perspektif Transmisional
(transmissional perspective);
Memandang komunikasi sebagai pengiriman informasi dari
sumber kepada penerima, menggunakan gerakan model linier dari suatu lokasi ke
lokasi lain. Menekankan pada media komunikasi, waktu dan unsur-unsur
konsekuensial.
3.
Perspektif Interaksional
(interactional perspective);
Mengakui bahwa para pelaku komunikasi secara timbal
balik menanggapi satu sama lain. Umpan balik dan efek bersama merupakan kunci
konsep.
4.
Perspektif Transaksional
(Transactional perspective);
Menekankan kegiatan saling beri. Memandang komunikasi
sesuatu di mana pesertanya terlibat secara aktif, menekankan konteks, proses
dan fungsi. Komunikasi dipandang situasional dan sebagai proses dinamis yang
memenuhi fungsi-fungsi individual dan social
D. Tema Axiology (pertanyaan mengenai nilai).
Cabang Filsafat yang mengkaji nilai-nilai. Bagi pakar
komunikasi, ada tiga persoalan aksiologis :
1.
Apakah Teori Bebas Nilai ?
Ilmu klasik menganggap teori dan penelitian bebas nilai.
Ilmu pengetahuan bersifat netral, berupaya memperoleh fakta sebagaimana tampak
dalam dunia nyata.
Jika ada pendirian ilmu pengetahuan tidak bebas nilai,
karena karya peneliti dipandu oleh suatu kepentingan dalam cara-cara tertentu
dalam melaksanakan penyelidikan.
Beberapa cendikiawan berpendapat bahwa teori tidak
pernah bebas nilai dalam metode dan substansinya. Para ilmuwan memilih apa yang
akan dipelajari, dan pemilihan itu dipengaruhi oleh nilai-nilai baik personal
maupun institusional.
2. Sejauh mana pengaruh praktek penyelidikan terhadap
obyek yang dipelajari ?
Titik pandang ilmiah menunjukan bahwa para ilmuwan
melakukan pengamatan secara hati-hati, tetapi tanpa interferensi dengan tetap
memelihara kemurnian pengamatan. Beberapa kritisi tetap berpendapat bahwa teori
dan pengetahuan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.
2.
Sejauh mana ilmu berupaya
mencapai perubahan sosial ?
Apakah para ilmuwan akan tetap objektif atau akan
berupaya membantu perubahan sosial dengan cara-cara yang positif ? Peranan
ilmuwan adalah menghasilkan ilmu, sarjana bertanggungjawab berkewajiban mengembangkan
perubahan yang positif.
Jadi secara keseluruhan, persoalan aksiologis ini terdapat
dua posisi umum, yaitu :
1. Ilmu yang sadar nilai (value-conscious) mengakui
pentingnya nilai bagi penelitian dan teori secara bersama berupaya untuk
mengarahkan nilai-nilai kepada tujuan positif.
2. Ilmu yang bernilai netral (value-neutral) percaya
bahwa ilmu menjauhkan diri dari nilai-nilai, dan bahwa para cendikiawan mengontrol
efek nilai-nilai.
3.
Pemikiran Whitney R. Mundt
Materi – 8 : Heri Erlangga
Berbeda dengan pemikiran yang lain, dalam karyanya
”Global Media Philosophies” menjelaskan keterpautan pemerintah dengan
jurnalistik di mana keseimbangan kekuatan selalu bergeser. Pertanyaannya,
dimana garis pemisah antara kebebasan dan pengawasan ?
Menurut MUNDT ;
Menurut MUNDT ;
-
Dalam teori authoritarian pers
adalah pelayan negara.
Peranannya tidak usah dipertanyakan, karena merupakan
filsafat kekuasaan mutlak dari pemerintah suatu kerajaan.
Perintisnya adalah Hobbes, Hegel dan Machiavelli.
Negara-negara contohnya adalah Iran, Paraguay dan
Nigeria.
-
Teori libertarian, media tidak
bisa tunduk kepada pemerintah, tetapi harus bebas otonom, bebas untuk
menyatakan ideanya tanpa rasa takut diintervensi pemerintah.
Perintisnya adalah Locke, Milton dan Adam Smith.
Negara-negara contohnya adalah AS, Jepang dan Jerman
Barat.
-
Teori Social Responsibility,
merupakan modifikasi atau perkembangan dari teori libertarian, tetapi berbeda
dengan akarnya; fungsi pers adalah sebagai media untuk mendiskusikan konflik.
Perbedaan lainnya ialah pers tanggungjawab sosial diawasi oleh opini komunitas,
kegiatan konsumen dan etika profesional.
Beberapa negara cenderung menganut teori ini, termasuk
AS.
- Teori Soviet Communist dikatakan bahwa pers Uni Soviet
melayani partai yang sedang berkuasa dan dimiliki oleh negara.
Orang-orang soviet mengatakan bahwa persnya bebas untuk
menyatakan kebenaran, sedangkan pers dengan apa yang dinamakan sistem liberal
dikontrol oleh kepentingan bisnis.
Dalam kaitannya dengan Filsafat PERS, Lowenstein tetap
berpegang pada istilah authoritarian dan libertarian.
Jelasnya dibawah ini adalah tipologi Lowenstein.
Kepemilikian PERS :
1. Kepemilikan Pribadi – Dimiliki oleh perorangan atau
lembaga non-pemerintah; dibiayai terutama oleh periklanan ddan langganan.
2. Kepemilikan Partai Politik – Dimiliki oleh partai
politik, disubsidi oleh partai atau anggota partai.
3.
Kepemilikan Pemerintah –
Dimiliki oleh pemerintah atau partai pemerintah yang dominan, disubsidi terutama
oleh dana pemerintah.
Filsafat PERS :
1. Otoritarian – Dengan lisensi dan sensor pemerintah
untuk menekan kritik dan dengan demikian memelihara kekuasaan kaum elite.
2. Sosial-otoritarian – Dimiliki oleh pemerintah atau
partai pemerintah untuk melengkapi pers guna mencapai tujuan ekonomi nasional
dan tujuan filsafati.
3. Libertarian – Ketiadaan pengawasan pemerintah
(kecuali undang-undang tentang fitnah dan cabul), untuk menjamin pemasaran
gagasan secara bebas (free market place of ideas) dan pengoperasian proses
tegakkan diri (selfrighting process).
4. Sosial Libertarian – Pengawasan pemerintah secara
minimal untuk menyumbat saluran-saluran komunikasi dan untuk menjamin semangat
operasional dari filsafat libertarian.
5. Sosial Sentralis – Kepemilikan pemerintah atau
lembaga umum dengan saluran komunikasi terbatas untuk menjamin semangat operasional
dan filsafat libertarian.
4.
Nilai Logika, Etika dan
Estetika dalam Komunikasi
Bagan Hubungan Logika, Etika dan Estetika :
Dasar Tujuan Nilai Hasil
LOGIKA Pikiran Kebenaran Benar/Salah IPTEK
FILSAFAT ETIKA Kehendak Kecocokan Baik/Buruk Keserasian
ESTETIKA Perasaan Keindahan Indah/Jelek Kesenian
Penjelasan mengenai nilai inti yang tercakup oleh
filsafat komunikasi adalah, sebagai berikut :
1) Logika;
Logika berkaitan dengan penelaahan terhadap asas-asas
dan metode penalaran secara benar (deals with the study of the principles and
methods of correct reasoning). Bahwa logika teramat penting dalam proses
komunikasi, jelas karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang
lain, dan yang dikomunikasikan itu harus merupakan putusan sebagai hasil dari
proses berpikir logis (yang berarti mengadakan seleksi diantara fakta dan
opini, untuk kemudian menyusunnya menjadi suatu kesatuan yang utuh, tidak bertentangan
dengan satu sama lain).
M. Sommer dalam bukunya “Logika” mengatakan bahwa kalau
seseorang hendak bicara atau menulis dengan tepat, ia harus memperhatikan
hukum-hukum gramatika. Dan jika hendak berpikir tepat, harus memperhatikan
hukum-hukum logika.
Logika oleh Summer didefinisikan sebagai “ilmu
pengetahuan tentang karya-karya akal budi untuk melakukan pembimbingan menuju
kebenaran”.
Sabtu, 29 September
2007
Evasi Komunikasi
Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai 2 sifat :
1. Hambatan Obyektif; Gangguan dan halangan terhadap jalannya
komunikasi yang tidak disengaja, dibuat oleh pihak lain, tapi mungkin
disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.
Misal: Gangguan cuaca, gangguan lalu-lintas.
Hambatan Objektif juga bisa disebabkan :
l Kemampuan komunikasi yang kurang baik;
l Approach/Pendekatan penyajian kurang baik;
l Timing tidak cocok;
l Penggunaan media yang keliru.
2. Hambatan Subyektif;
yang sengaja dibuat oleh orang lain. Disebabkan karena adanya :
l Pertentangan kepentingan;
l Prejudice;
l Tamak;
l Iri hati;
l Apatisme, dsb.
EVASION OF COMMUNICATION :
l “Gejala mencemooh dan mengelakan suatu komunikasi untuk
mendeskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi”.
l Mencacatkan Pesan Komunikasi (Message
made invalid); Kebiasaan mencacatkan pesan komunikasi dengan
menambah-nambah pesan yang negatif.
l Mengubah Kerangka Referensi (Changing
frame of reference),Kebiasaan mengubah kerangka referensi menunjukkan
seseorang yang menanggapi komunikasi dengan diukur oleh kerangka referensi
sendiri.
Faktor-Faktor
Penunjang Komunikasi Efektif
Mengapa Komunikasi Kita
Pelajari dan Teliti ?
Jawabannya :
Karena Kita Ingin
Mengetahui Bagaimana Efek Suatu Jenis Komunikasi kepada Seseorang.
WILBUR Schramm, menampilkan apa yang disebut “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang
harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan
yang kita kehendaki, dengan memperhatikan :
a) Pesan harus dirancang dan
disampaikan sehingga menarik.
b) Pesan harus menggunakan
lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara komunikator dan komunikan,
sehingga dimengerti.
c) Pesan harus membangkitkan
kebutuhan pribadi komunikan.
d) Pesan harus menyarankan suatu
jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan.
1. FAKTOR KOMPONEN
KOMUNIKAN
a. Para Ahli Komunikasi meneliti sedalam-dalamnya tujuan Komunikan
b. Mengapa “Know Your Audience” merupakan
ketentuan utama dalam komunikasi
Sebabnya ialah karena
penting mengetahui :
-Timing yang tepat untuk suatu
pesan;
-Bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti;
-Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif;
-Jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan.
Komunikan dapat dan akan menerima sebuah pesan hanya kalau terdapat
empat kondisi berikut ini :
· Dapat dan Benar-benar Mengerti
Pesan Komunikasi;
· Pada Saat Mengambil Keputusan,
Sadar Sesuai dengan Tujuannya;
· Pada Saat Mengambil Keputusan,
Sadar Keputusannya Bersangkutan dengan Kepentingan Pribadinya;
· Mampu menepatinya baik secara
mental maupun fisik.
2. FAKTOR KOMPONEN
KOMUNIKATOR
Dua Faktor Penting pada diri Komunikator:
· Kepercayaan pada Komunikator
(Source Credibility);
Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar.
Kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh
kepercayaan dari komunikan. Kepercayaan ditentukan oleh Keahliannya dan dapat
dipercaya. Karena kepercayaan yang besar dapat merubah sikap.
nDaya Tarik Komunikator
(Source Attractiveness);
Hasrat seseorang untuk menyamakan dirinya dengan komunikator.
Komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila berhasil memikat perhatian
komunikan. Sehingga akan mempunyai kemampuan melakukan perubahan sikap melalui
mekanisme daya tarik. Komunikan menyenangi komunikator, apabila merasa adanya
kesamaan khususnya kesamaan ideologi yang lebih penting daripada kesamaan
demografi.
Seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya. Kalau
menyesuaikan komunikasinya dengan “the
image” dari komunikan, yaitu :
nMemahami kepentingannya;
-Kebutuhannya;
-Kecakapannya;
-Pengalamannya;
-Kemampuan berpikirnya;
-Kesulitannya; dsb
Singkatnya, Komunikator harus dapat menjaga kesemestaan alam mental
yang terdapat pada komunikan.
Prof. Hartley, menyebutnya “the
image of other”.
3. HAMBATAN KOMUNIKASI
Ahli Komunikasi menyatakan; tidaklah mungkin seseorang melakukan
komunikasi yang sebenarnya efektif, karena ada banyak hambatan yang harus
menjadi perhatian, antara lain :
a. Gangguan
- Mekanik (Mechanical channel
noise); Gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang
bersifat fisik.
- Semantik (Semantic noise);
Gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi
rusak. Karena melalui penggunaan bahasa.
Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang
sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama
mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan, terjadi
salah pengertian Denotatif (arti yang
sebenarnya dari kamus yang diterima secara umum) dan Konotatif (arti yang bersifat emosional latar belakang dan
pengalaman seseorang).
b. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan
membuat seorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang
akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya.
c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu yang sesuai
benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Intensitasnya akan berbeda
atas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi.
d. Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan rintangan atau hambatan berat bagi
kegiatan komunikasi.
Proses Komunikasi
Bagaimana tekniknya agar komunikasi yang dilancarkan seseorang
komunikator berlangsung efektif, dalam prosesnya dapat ditinjau dari dua
perspektif :
•Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis;
Dalam perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan,
terjadinya suatu proses komunikasi (isi pesan berupa pikiran dan lambang
umumnya bahasa).
Walter Lippman menyebut isi pesan “picture in our head”, sedangkan Walter Hagemann menamakannya “das Bewustseininhalte”. Proses ‘mengemas’ atau ‘membungkus’ pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator, yang
dinamakan ‘encoding’. Sedangkan
proses dalam diri komunikan disebut ‘decoding’
(seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan).
•Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis;
Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau
“melemparkan” dengan bibir kalau lisan, atau dengan tangan kalau tulisan.
Penangkapan pesan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau
indera mata, atau indera-indera lainnya. Adakalanya komunikasi tersebar dalam
jumlah relatif banyak, sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau
sarana, dalam situasi ini dinamakan komunikasi massa.
Komunikasi..Pengertian
dan Hakikatnya
Dewasa ini Ilmu Komunikasi dianggap sangat penting, Mengapa…???
•Sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi
kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi….
Karena Apa…?
Dengan Alasan, bahwa :
•Ilmu Komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu
mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku,
antarbangsa, dan antarras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni
bumi.
•Pentingnya studi komunikasi karena permasalahan-permasalahan yang
timbul akibat komunikasi (akibat perbedaan-perbedaan diantara manusia yang
banyak dalam pikirannya, perasaannya, kebutuhannya, keinginannya, sifatnya,
tabiatnya, pandangan hidupnya, kepercayaannya, aspirasinya, dsb.
Hakikat Komunikasi, adalah :
•Proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai
alat penyalurnya.
Tegasnya;
•Komunikasi berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan, jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek:
–Pertama, Isi Pesan (the content of the massage);
–Kedua, Lambang (symbol);
–Konkritnya Isi Pesan itu adalah Pikiran atau Perasaan, Lambang
adalah Bahasa.
Semakin peliknya antar manusia dan semakin pentingnya studi terhadap
komunikasi, disebabkan Teknologi (khususnya teknologi komunikasi yang semakin
canggih).
Mengapa harus serius untuk
dipelajari, Karena;
•Jika seseorang ‘Salah
Komunikasinya’ (miscommunication), maka orang yang dijadikan sasaran
mengalami;
•‘Salah Persepsi’ (misperception), yang gilirannya;
•‘Salah Interpretasi’ (misinterpretation), berikutnya;
•‘Salah Pengertian’ (misunderstanding). Dalam hal
tertentu menimbulkan;
•‘Salah Perilaku (misbehavior), dapat dibayangkan
apabila komunikasinya berlangsung skala nasional atau internasional, bisa
fatal.
Apa sebenarnya Komunikasi
itu ?
· Secara etimologis dari perkataan
latin “communicatio”, istilah ini bersumber dari perkataan “communis” artinya
‘sama’, maksudnya ‘sama makna atau sama arti’. Jadi komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator
dan diterima oleh komunikan.
· Jika terjadi kesamaan makna antar
kedua aktor komunikasi, maka komunikasi tidak terjadi, rumusan lain ‘situasi
tidak komunikatif’.
Hakikat Filsafat
Komunikasi
FILSAFAT KOMUNIKASI adalah “SUATU DISIPLIN YANG MENELAAH PEMAHAMAN
SECARA FUNDAMENTAL, METODOLOGIS, SISTEMATIS, ANALITIS KRITIS, DAN HOLISTIS
TEORI DARI PROSES KOMUNIKASI YANG MELIPUTI SEGALA DIMENSI”, Menurut :
·
Bidangnya;
·
Sifatnya;
·
Tatanannya;
·
Tujuannya;
·
Fungsinya;
·
Tekniknya; dan
·
Metodenya
Tujuan Komunikasi :
a. Mengubah Sikap (to change the attitude)
b. Mengubah Opinin (to change the opinion)
c. Mengubah Perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah Masyarakat (to
change the society)
Fungsi Komunikasi :
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to
influence)
Teknik Komunikasi :
a. Komunikasi Informatif
b. Komunikasi Persuasif
c. Komunikasi Pervasif
d.Komunikasi Koersif
e. Komunikasi Instruktif
Etika, Nilai dan Norma
Dua Macam Etika yang
Berkaitan Dengan Nilai dan Norma :
Pertama, Etika Deskriptif;
Berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola
prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai.
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai
nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi
dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan
penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang
dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan
manusia bertindak secara etis.
Kedua, Etika Normatif;
Berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia, atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang
bernilai dalam hidup ini.
Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah
laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk
bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia
untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.
Bedanya dari kedua macam
etika :
Etika Deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
perilaku atau sikap yang mau diambil.
Sedangkan Etika Normatif
memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan
yang akan diputuskan.
Jadi dapat dikatakan bahwa etika memberi manusia orientasi bagaimana
ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini.
l Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang mau kita lakukan dalam situasi tertentu dalam hidup kita
sehari-hari.
l Etika membantu kita untuk membuat pilihan, pilihan nilai yang
terjelma dalam sikap dan perilaku kita yang sangat mewarnai dan menentukan
makna kehidupan kita.
0 comments:
Post a Comment