TEORI – TEORI KOMUNIKASI PADA TAHAP AWAL
Menurut Effendy (2003) teori dan model komunikasi yang tampil pada tahun awal
sekitar dekade 1940-an dan 1950-an adalah sebagi berikut :
1. Lasswell’s Model (Model Lasswell)
Teori komunikasi yang dianggap paling awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa
cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab
pertanyaan : Who says in which channel to whom with what effect (Siapa
mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi
pertanyaan paradigmatik : Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi
yaitu Communicator (komunikator), Message (pesan), Media (media), Receiver
(komunikan/penerima), dan Effeck (efek).
Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut :
The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan)
The correlation of the parts of society in responding to the environment
(korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan).
The transmission of the social heritage from one generation to the next
(transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).
2. S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari
psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu
manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku,
kognisi afeksi dan konasi.
Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur
dalam model ini adalah ;
Pesan (stimulus, S)
Komunikan (organism, O)
Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika
stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland,
Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga
variabel penting yaitu : (a) perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau
mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang
melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk
mengubah sikap.
3. S-M-C-R model (Model S-M-C-R)
Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah : S singkatan dari Source
yang berarti sumber atau komunikator ; M singkatan dari Message yang berarti
pesan ; C singkatan dari Channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R
singkatan dari Receiver yang berarti penerima atau komunikan.
Khusus mengenai istilah Channel yang disingkat C pada rumus S-M-C-R itu yang
berarti saluran atau media, komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung
dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Media sebagai saluran primer adalah
lambang, misalnya bahasa, kial (gesture), gambar atau warna, yaitu
lambang-lambang yang dieprgunakan khusus dalam komunikasi tatap muka
face-to-face communication), sedangkan media sekunder adalah media yang
berwujud, baik media massa, misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun
media nir-massa, misalnya, surat, telepon atau poster. Jadi, komunikator pada
komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu media saja, misalnya bahasa,
sedangkan pada komunikasi bemedia seorang komunikator, misalnya wartawan, penyiar
atau reporter menggunakan dua media, yakni media primer dan media sekunder,
jelasnya bahasa dan sarana yang ia operasikan.
4. The Mathematical Theory of Communication (Teori Matematika Komuikasi)
Teori matematikal ini acapkali disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena
teori komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari
gagasan Claude E. Shannon dan Warren Eaver. Shannon pada tahun 1948
mengetengahkan teori matematik dalam komunikasi permesinan (engineering
communication), yang kemudian bersama Warren pada tahun 1949 diterapkan pada
proses komunikasi manusia (human communication).
Sumber informasi (information source) memproduksi sebuah (message) untuk
dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan,
musik, gambar, dan lain-lain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi
isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran
(channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancara kepada penerima
(receiver). Dalam percakapan sumber informasi adalah benak (brain) pemancar
adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah
udara.
5. The Osgood and Schramm Circular Model (Model sirkular Osgood dan Schramm)
Jika model Shannon dan Weaver merupakan proses linier, model Osggod dan Schramm
dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya adalah
apabila Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran
yang menghubungkan pengirim (sender) dan penerima (receiver) atau dengan
perkataan lain komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood menitikberatkan
pembahasannya pad perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi.
Shannon dan Weaver membedakan source dengan transmitter dan antara receiver
dengan distination. Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman
(transmiting) dan pada sisi pemnerimaan (receiving ) dari proses.
Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkannya
dua pihak berperilaku sama, yaitu encoding atau menajdi, decoding atau menjadi
balik, dan interpreting atau menafsirkan.
6. Dance’Helical Model (Model Helical Dance)
Model komunkasi helical ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari model
sirkular dari Osggod dan Schramm. Ketika membandingkan model komunikasi linier
dan sirkular, Dance mengatakan bahwa dewasa ini kebanyakan orang menganggap
bahwa pendekatan sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses
komunikasi.
Heliks (helix), yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan
perhatian kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang
dikomunikasikan kini akan mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang datang
menyusul. Dance menggarisbawahi sifat dinamik dari komunikasi
Proses kounikasi, seperti halnya semua proses sosial, terdiri dari unsur-unsur,
hubungan-hubungan dan lingkungan-lingkungan yang terus menerus berubah. Heliks
menggambarkan bagaimana aspek-aspek dri proses berubah dari waktu ke waktu.
Dalam percakapan ,misalnya bidang kognitif secara tetap membesar pada mereka
yang terlibat. Para aktor komunikasi secara sinambung memperoleh informasi
mengenai topik termasa tentang pandangan orang lain, pengetahuan dan
sebagainya.
7. Newcomb’ABX Model (Model ABX Newcomb)
Pendekatan komunikasi yang berdasarkan pada pendekatan seorang pakar psikolog
sosial berkaitan dengan interaksi manusia. Dalam bentuk yang paling sederhana
dari kegiatan komunikasi seseorang A menyampaikan informasi kepada orang lain B
mengenai sesuatu X. Model ini menyatakan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B
dan terhadap X adalah saling bergantung dan ketiganya membentuk sistem yang
meliputi empat orientasi.
Seperti dikutip Effendy (2003) menurut Severin dan Tankard (1992) pada model
newcomb ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif dimana orang-orang
mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya.
8. The Theory of Cognitive Dissonance (Teori Disonansi Kognitif)
Istilah disonansi kognitif dari teori yang ditampilkan Festinger ini berarti
ketidaksesuain antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi
pada diri seseorang. Orang yang mengalami disonansi akan beruapaya mencari
dalih untuk mengurangi disonansinya. Pada umunya orang berperilaku ajeg atau
konsisten dengan apa yang diketahuinya. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sering
pula seseorang berperilaku tidak konsisten seperti itu. Jika seseorang
mempunyai informasi atau opini yang tidak menuju ke arah menjadi perilaku, maka
informasi atau opini itu akan menimbulkan disonansi dengan perilaku.
9. Innoculation Theory (Teori Inokulasi)
Teori inokulasi atau teori suntikan yang pada mulanya ditampilkan oleh Mcguire
ini mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang terserang penyakit
cacar, polio disuntik. Diberi vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan
tubuhnya. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak memiliki informasi
mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia
akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk. Suatu cara untuk membuatnya
agar tidak mudah kena pengaruh adalah ”menyuntiknya” dengan argumentasi balasan
(counterarguments).
10. The Bullet Theory of Communication (Teori Peluru)
Teori peluru ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh
para teoritis komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory
yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum suntik.
•Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis;
Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan
bibir kalau lisan, atau dengan tangan kalau tulisan.
Penangkapan pesan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata,
atau indera-indera lainnya. Adakalanya komunikasi tersebar dalam jumlah relatif
banyak, sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, dalam
situasi ini dinamakan komunikasi massa.
Teori Komunikasi Relasional
Gregory Bateson melalui Teori Komunikasi Relasional menyebutkan bahwa
komunikasi sebagai interaksi menciptakan struktur suatu hubungan.9 Komunikasi
berfungsi mengukuhkan, mempertahankan, atau mengubah hubungan-hubungan. Bateson
mengemukan dua proposisi yang mendasari teorinya. Yang pertama adalah pesan
mendua. Setiap komunikasi yang bersifat relasional membawa dua pesan, yakni
pesan “report” dan pesan “command”. Pesan “report” menyangkut substansi atau
isi komunikasi, sedangkan pesan “command” menyangkut pernyataan mengenai
hubungan. Fatwa sesat dan menyesatkan yang dikeluarkan MUI merupakan pesan
“report” kepada Ahmadiyah, sedangkan pernyataan untuk tidak terpengaruh atau
mengikuti ajaran kelompok ini merupakan sebuah “pesan command”.
Proposisi kedua Bateson adalah hubungan-hubungan yang dicirikan oleh
komplementaris atau simetris. Dalam hubungan komplementer, satu bentuk perilaku
diikuti bentuk anonimnya. Misalnya perilaku dominan dijawab dengan kepatuhan.
Sedangkan dalam hubungan simetri, perilaku seseorang diikuti perilaku sama.
Dominan dengan dominant, patuh dengan patuh, marah dengan marah, dan lain-lain.
Sikap penentangan Ahmadiyah terhadap fatwa sesat MUI menunjukkan perilaku
simetris kelompok tersebut.
Biologi komunikasi dalam pembelajaran
Ilmu Biologi mempelajari fenomena hayati alam (organisme hidup) semesta.
Manusia merupakan salah satu ragam organisme hidup yang ada di alam semesta.
Cabang ilmu biologi yang mempelajari bagian-bagian tubuh manusia antara lain:
fisiologi, neurologi, neurofisiologi, dan lain-lain. Jadi, manusia adalah salah
satu bidang obyek yang dipelajari oleh biologi. Pada sudut pandang ilmu
komunikasi, pendekatan biologi mencoba mengangkat faktor-faktor biologis pada
diri manusia komunikan untuk mempelajari perilaku komunikasinya.
Dari penjelasan dua bidang pendekatan ini, jelas bahwa keduanya menjadikan
manusia komunikan sebagai fokus mendekatan dalam sudut pandang ilmu komunikasi.
Dengan demikian, masih menurut penjelasan dua bidang di atas, kita dapat
menyusun elemen-elemen pembeda antara pendekatan biologi dan psikologi dalam
ilmu komunikasi. Pendekatan biologi ilmu komunikasi memulai studinya
aspek-aspek hayati pada diri manusia misalnya, kondisi otak, telinga, mata, dan
mulut (lida dan bibir untuk komunikasi verbal). Sedangkan pendekatan psikologi
memulai dengan studi terhadap perilaku individu manusia. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan dena berikut:
Fokus jenis pendekatan aspek
(persamaan) (Perbedaan) (Perbedaan aspek dalam Komunikasi)
MODEL-MODEL KOMUNIKASI
Posted by
Ipin Phienout
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment