Bab 3
Prinsip-prinsip Komunikasi
Seperti Fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip
Komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar-pakar
komunikasi. Mereka juga kadang-kadang menggunakan istilah-istilah lain untuk
merujuk kepada prinsip-prinsip komunikasi.
Prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan
penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi :
Prinsip 1 : Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Ernst Cassirer mengatakan bahwa
keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal
symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu
yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan
sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku
non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Ikon adalah suatu benda fisik (dua
atau tiga dimensi)yang menyerupai apa yang dipresentasikannya.
Indeks adalah tansa yang secara
alamiah mempresentasikan objek lainnya. Sinyal (signal) yang dalam
bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks muncul
berdasarkan antara hubungan sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi.
Ekspresi muka lebih tepat disebut indeks atau isyarat alamiah (natural
gesture).
Lambang mempunyai beberapa sifat :
- Bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang
Penyebutan terhadap lamabang
semata-mata berdasarkan kesepakatan saja. Makanan, dandanan, tempat tinggal,dan
pekerjaan merupakan contoh yang bersifat simbolik.
- Tidak mempunyai makna ; kitalah yang memberi makna
pada lambang
Sebenarnya tidak ada hubungan yang
alami antara lambang dengan referent (objek yang dirujuknya). Sebagian
orang percaya jika angka tertentu membawa keberuntungan atau kesialan, seperti
angka 13 yang diyakini akan membawa kesialan dan angka 8 adalah angka baik.
Phobia angka 13 disebut trisakadaikophobia. Angka juga bersifat simbolik dan
diasosiasikan dengan citra tertentu. Manusia sering lebih mementingkan lambang
daripada hakikat yang dilambangkannya. Menurut S.I. Hayakawa, hewan
memperebutkan makanan dan kepemimpinan, namun mereka tidak seperti
manusia.Manusia yang memperebutkan lambang-lambang demi suatu status social
atau pengakuan dari orang lain.
- Bervariasi
Lambang itu bervariasi dari suatu
budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari suatu konteks
waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang
tersebut karena makna yang diberiakan seseorang atau suatu masyarakat berbeda
dari budaya ke budaya. Akan tetapi, makna yang diberikan kepada suatu lambang
boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu. Misal tahun 1960-an orang berfikir
hanya orang kelas atas yang memiliki mobil, tetapi kini orang menengah bawah
pun bisa memiliki mobil. Meskipun label BMW, Mercedes Benz dan Volvo masih
merupakan lambang kekayaan dan status social, tetapi mobil bukan merupakan
status sosial melainkan sebuah kebutuhan.
Jadi berkat kemampuan menggunakan
lambang, baik dalam penyandian ataupun penyandian-balik, manusia dapat berbagi
pengalaman dan pengetahuan, bukan hanya antara mereka yang sama-sama hadir,
bahkan juga antara mereka yang tinggal berjauhan dan tidak pernah saling
bertemu, atau antara pihak-pihak yang berbeda generasi.
Prinsip 2 : Setiap Perilaku Mempunyai Potensi
Komunikasi
We cannot not communicated,
komunikasi terjasi bila seseorang member makna pada perilaku orang lain atau
perilakunya sendiri. Susah sekali untuk tidak melakukan komunikasi karena
setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan.
Misal, diam dapat diartikan tidak
mengerti tetapi bisa juga diartikan
setuju oleh orang lain. Karena setiap individu meiliki persepsi yang berbeda
terhadap sesuatu yang dinilainya.
Prinsip 3 : Komunikasi Punya Dimensi
Isi dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi
secara verbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang
dikatakan
Dimensi hubungan disandi secara
nonverbal. Dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi dan bagaimana pesan
itu seharusnya ditafsirkan.
Kata yang tidak menyenagkan disertai
kualitas suara yang tidak menyenangkan itu disebut sarkasme, sedangkan
kata-kata tidak menyenangkan dengan nada menyeangkan disebut lelucon(joke).
Dalam komunikasi massa, dimensi isi
merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur
lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
tersebut.
Marshall McLuhan mengatakan the medium
is the message,meskipun pernyataan itu terlalu berebihan (deterministik).
Prinsip 4 : Komunikasi Berlangsung
dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Komunikasi dilakukan
dalam berbagai tingkatan kesengajaan dari yang tidakdisengaja hingga yang
benar-benar direncanakan atau disadari. Membatasi komunikasi sebagai proses
yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrumen. Dalam
berkomunikasi, biasanya kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus
daripada dalam situasi rutin. Misal bagaimana kita menampilkan ekspresi wajah
kita, postur tubuh dan gerak-gerik anggota tubuh yang akan ditampilkannya.
Semua perilaku yang
dilakukan oleh para pelaku komunikasi otomatis menyampaikan pesan. Komunikasi
telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung terlepas dari apakah Anda
menyengaja perilaku tersebut atau tidak. Kadang-kadang komunikasi yang
disengaja dibuat tampak tidak sengaja oleh sebagian orang. Jadi, niat atau
kesengajaan bukanlah syarat mutak bagi seseorang untuk berkomunikasi.
Prinsip 5 : Komunikasi Terjadi dalam
Konteks Ruang dan Waktu
Makna pesan juga
bergantung pada konteks fisisk dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas
cahaya, dan sebagainya), waktu, social,dan psikologis. Kehadiran orang lain,
sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-ornag yang berkomunikasi.
Pengaruh konteks waktu dan konteks social terlihat pada suatu orang yang tidak
pernah tersenyum mendadak menyapa anda dan mentraktir anda makan siang. Suasana
psikologis peserta komunikasi tidak pelak mempengaruhi juga suasana komunikasi.
Jadi seseorang harus memeilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi karena
adakalanya waktu yang dia gunakan kurang efektif,malah cenderung merugikan diri
sendiri. Misal seorang anak mengeluhkan uang sakunya yang sedikit ketika
ayahnya baru pulang dari kantor dan baru saja dimarahin habis-habisan oleh
atasannya hari itu.
Prinsip 6 : Komunikasi Melibatkan
Predikasi Peserta Komunikasi
Komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama.
Artinya,orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang
menerima peasan akan merespons. Prinisip ini dapat diaasumsikan adanya
keteraturan pada perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku
manusia,minimal secara parsial dapat diramalkan. Jika semua perilaku manusia
itu bersifat acak, selalu tanpa diduga,maka hidup kita akan sulit.
Prinsip 7 : Komunikasi Bersifat
Sistemik
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system).
Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transakasi komunikasi itu : Sistem
Internal dan Sistem Eksternal.
Sistem
Internal : seluruh sistem nilai yang dibawa oleh
individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap dalam
berbagai lingkungan sosialnya. Istilah lainnya yang identik dengan sistem
internal ini adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang
pengalaman (field of experience), struktur kognitif (congnitive
structure), pola pikir (thinking patterns), keadaan internal (internal
states), atau sikap (attitude).
Intinya, sistem
internal ini membentuk individu yang unik.
Sistem
Eksternal : terdiri dari unsur-unsur dalam
lingkungan diluar individu. Tetapi karena setiap individu mempunyai sistem
internal yang berbeda, maka setiap orang tidak akan memiliki bidang perseptual
yang sama.
Maka komunikasi
adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan sistem eksternal
tersebut. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi
kita atas lingkungan kita juga mempengaruhi cara kita berperilaku. Lingkungan
dimana para peserta komunikasi itu berada merupakan bagian dari suatu sistem
lain yang lebih besar. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip nomor 5 tadi.
Prinsip 8 : Semakin Mirip Latar
Belakang Sosial-budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya. Kesamaan dalam
hal-hal tertentuakan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada
gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
Makna suatu pesan, baik verbal maupun nonverbal, pada dasarnya terikat budaya.
Prinsip 9 : Komunikasi Bersifat
Nonsekuensial
Sebenarnya komunikasi bersifat dua arah.
Misal dalam rapat sebetulnya komunikasi itu berjalan dua arah, karena
orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya
juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat
perilaku nonverbal mereka.
Beberapa pakar komunikasi mengakui
sifat sirkuler atau dua arah komunikasi, missal Frank Dance, Kincaid dan
Schramm yang mereka sebut model komunikasi antar manusia yang memusat,dan Tubbs
yang menggunakan komunikator 1 dan komunikator 2 untuk kedua pihak yang
berkomunikasi tersebut.
Komunikasi sirkuler ditandai dengan :
- Orang-orang yang berkomunikasi
dianggap setara (mereka mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama).
- Proses komunikasi berjalan timbal
balik (dua arah), tidak lagi ditandai dengan suatu garis lurus bersifat linier
(satu arah).
- Dalam praktiknya, kita tidak lagi
membedakan pesan dengan umpan balik.
- Komunikasi yang terjadi sebenarrnya
jauh lebih rumit. Sebenarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri
sendiri (berpikir) sebagai mekanisme untuk menanggapi pihak lainnya.
Meskipun
sifat sirkuler, unsur-unsur proses komunikasi sebenarnya tidak terpola secara
kaku. Unsur-unsur tersebut tidak berada dalam suatu tatanan yang bersifat
linier, sirkuler, helical atau tatanan lainnya. Oleh karena itu sifat
nonsekuensial aih-alih sirkuler tampaknya lebih tepat digunakan untuk menandai
proses komunikasi.
Prinsip 10 : Komunikasi Bersifat
Prosesua,Dinamis, dan Transaksional
Komunikasi
merupakan proses yang sinambung (continuous). Komunikasi sebagai proses
dapat dianalogikan dengan pernyataan Heraclitus enam abad sebelum Masehi bahwa
“Seseorang menusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali”
Pada saat yang kedua itu bukanlah fenomena yang sama.
Fakta bahwa
kata-kata tidak berubah dalam perjalanan waktu setting membutakan kita terhadap
fakta bahwa realitas sudah berubah. Dunia berubah lebih cepat dari kata-kata.
Jadi dalam kehidupan manusia, tidak pernah saat yang sama datang dua kali.
Komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian menjadi bagian dari sejarah kita.
Dalam proses
komunikasi itu, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa kecil pun
pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal.
Para peserta komunikasi saling berhubungan sehingga kita tidak dapat
mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan yang lainnya.
Semua model
komunikasi sebenarnya merupakan “pemotretan” atas gambaran diam dari proses
tersebut.
Implisit dari
komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para
peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah
pandangan dunia dan perilakunya).
Implisit dalam
proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandian (encoding)
dan penyandian balik (decoding). Meskipun secara teoretis dapat
dipisahkan, sebernarnya terjadi serempak, bukan bergantian.
Pandangan
dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami perubahan
sebagai hasil terjadinya komunikasi.
Jadi, prespektif
transaksional member penekanan pada dua sifat peristiwa komunikasi, yaitu
serentak dan saling mempengaruhi.
Prinsip 11 : Komunikasi bersifat
Irreversible
Suatu perilaku
adalah suatu peristiwa. Oleh karena merupakan peristiwa, perilaku berlangsung
dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Orang Inggris punya ungkapan “To
forgive but not to forget” (kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, tetapi
takkan dating melupakannya). Sifat iireversible ini adalah implikasi
dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Seyogyanya ini menyadarkan
bahwa kita harus berhati-hati untuk menyampaikan pesan orang lain. Curtis et
al,mengatakan bahwa kesan pertamaitu cenderung abadi.
Prinsip 12 : Komunikasi Bukan
Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai masalah
Banyak persoalan
dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi, tetapi komunikasi
bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik
tersebut.
Mungkin persoalan
dan konflik tersebut berkaitan dengan masalah struktural. Agar komunikasi itu
efektif maka kendala struktural harus juga dapat diatasi.
Komunikasi yang
efektif tidak akan terjadi jika ada kesenjangan ekonomi dan diskriminasi.
0 comments:
Post a Comment