BAB
I
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan aktifitas
dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama
lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di
pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang
tidak akan terlibat dalam komunikasi.
Pentingnya komunikasi bagi
manusia tidaklah dapat di pungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi.
Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan
berhasil. Begitu pula sebaliknya, kurang atau tidaknya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan.
Berdasarkan jumlah interaksi yang
terjadi dalam komunikasi, dapat di bedakan menjadi tiga kategori yaitu,
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil dan komunikasi publik.
Dalam makalah ini, kami akan membahas secara detil mengenai komunikasi
interpersonal dalam organisasi.
BAB
II
KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
Berhasil
atau tidaknya suatu organisasi sangat dipengaruhi beberapa faktor, salah
satunya adalah komunikasi interpersonal yang efektif dalam organisasi tersebut.
Sehingga menjadi hal yang sangat penting diketahui oleh seorang pemimpin
mengenai konsep-konsep dasar dari komunikasi agar dapat membantu dalam
mengelola organisasi dengan efektif. Kami akan membahas mengenai pengertian,
klasifikasi, tujuan, aksioma komunikasi interpersonal, kebutuhan komunikasi
interpersonal dalam organisasi, kepercayaan interpersonal dan keterbukaan,
hubungan interpersonal yang efektif serta hubungan power dengan komunikasi
interpersonal.
A.
Pengertian
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan
seorang lainnya. Proses pertukaran informasi dapat berlangsung diantara dua
orang atau lebih, serta dapat langsung diketahui timbal baliknya. Komunikasi
interpersonal sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi intrapersonal dalam
individu. Wenburg dan Wilmat (1973) menyatakan bahwa persepsi individu tidak
dapat dicek oleh orang lain, semua arti atribut pesan ditentukan oleh
masing-masing individu. Persepsi
seseorang memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan pesan.
Dengan
bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, maka persepsi masing-masing
peserta komunikasi akan bertambah pula, sehingga komunikasi tersebut semakin
kompleks. Komunikasi interpersonal berarti membentuk hubungan dengan orang
lain. Hubungan itu dapat diklasifikasi dalam beberapa cara yang akan kami
jabarkan pada sub bab berikutnya.
B.
Klasifikasi
Komunikasi Interpersonal
Redding
(1972) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi reaksi intim,
percakapan sosial, interograsi (pemeriksaan) dan wawancara.
1.
Interaksi
Intim
Komunikasi
dengan teman baik, pasangan yang sudah menikah, anggota famili, dan orang-orang
yang mempunyai ikatan emosional yang kuat termasuk interaksi intim. Kekuatan
dari hubungan menentukan iklim interaksi yang terjadi. Dalam organisasi,
hunungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi informal. Misalnya, hubungan
antara kedua orang teman baik dalam organisasi, yang mempunyai interaksi
personal lebih di luar peranan dan fungsinya dalam organisasi.
2.
Percakapan
Sosial
Percakapan
social adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana dengan
sedikit berbicara. Percakapan biasanya tidak begitu terlibat secara mendalam.
Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam
organisasi. Contohnya : dua orang atau lebih bersama-sama berbicara tentang
minat diluar organisasi seperti family, sport dan isu politik.
3.
Interograsi
atau Pemeriksaan
Interograsi
atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang
meminta atau bahkan menuntut informasi daripada orang lain. Perdebatan dan
pertengkaran secara verbal adalah bentuk interograsi dimana kedua pihak
menuntut satu sama lain, dan control bertukar beberapa saat. Pertengkaran
verbal sering ditandai dengan isu benar atau salah. Debat diatur oleh sejumlah
aturan dan umumnya lebih formal daripada pertengkaran. Misalnya, bila seseorang
karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi untuk kepentingan
pribadinya, karyawan tersebut akan diinterograsi oleh atasannya untuk
mengetahui benar atau tidaknya tuduhan tersebut.
4.
Wawancara
Wawancara
adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam
percakapan yang berupa tanya jawab. Salah seorang mengajukan pertanyaan untuk
mendapatkan informasi dan yang lainnya mendengarkan dengan baik kemudian
memberikan jawaban yang dikehendaki sampai tujuan wawancara tercapai.
C.
Kebutuhan
Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi
Individu
mempunyai kebutuhan sosial yang dipenuhinya melalui komunikasi interpersonal.
William C. Schutz (1966) mengidentifikasikan tiga macam kebutuhan dasar ini,
yaitu kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan diikutsertakan, dan kebutuhan akan
kekuasaan atau kontrol.
1.
Kasih Sayang
Kebutuhan
akan kasih sayang adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan apakah diri kita
disayangi atau disukai oleh orang lain. Orang yang telah memenuhi kebutuhan ini
disebut personal oleh Schutz. Selanjutnya orang yang tidak sanggup memenuhi
kebutuhan ini disebut kurang personal atau terlalu personal.
Orang yang
menghindar dari keterlibatan emosional dikatakan kurang personal. Mereka tidak
membiarkan orang lain dekat dengan mereka. Mereka dapat ramah pada siapa saja,
tetapi keremahannya seringkali hanya di luar saja dan mereka sebenarnya tidak
berteman dengan siapa saja. Mereka mengembangkan persahabatan, tetapi
persahabatannya tidak mencapai tingkat personal.
Individu
yang terlampau personal bertentangan dengan yang kurang personal, orang-orang
ini selalu memerlukan atau membutuhkan
kasih sayang. Mereka sering melakukan hal ekstrem untuk meyakini diri
mereka dari penerimaan orang lain. Mereka akan mencari persetujuan dengan
berkomunikasi secara ekstrem. Mereka merasa cemburu bila orang lain berbicara
kepada temannya, bahkan berusaha menghalangi teman mereka untuk mendapatkan
teman baru, dengan memberikan komentar negatif tentang perspektif teman baru.
Orang-orang yang terlalu personal dalam posisi tanggung jawab dapat menimbulkan
masalah bagi organisasi.
Akan tetapi,
orang-orang yang kurang personal dan terlampau personal perlu dipahami.
Tindakan menghindar tidak akan membantu mereka.
Individu
yang telah memenuhi kebutuhan mereka akan kasih sayang disebut personal. Orang
ini memiliki pemikiran yang lurus dan sanggup menghadapi hampir semua orang
dengan siapa mereka mengadakan kontak. Orang-orang ini disukai, tetapi mereka
tidak menganggap bahwa disukai oleh tiap orang penting untuk kebahagiaan.
2.
Diikutsertakan
Kebutuhan
diikutsertakan berarti kebutuhan untuk merasa berarti dan diperhitungkan.
Menurut Schutz, orang-orang yang tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini
dinamakan kurang sosial atau terlalu sosial.
Orang yang
kurang sosial seringkali adalah orang cerdas yang merasa kesepian, lebih suka
mengerjakan sesuatu sendiri atau dalam kelompok yang sangat besar sehingga
mereka dapat bersembunyi dalam keramaian. Orang-orang ini sulit untuk memberikan sumbangan informasi secara
lisan terhadap seseorang dan umumnya menghindari mengatakan sesuatu karena
takut bahwa mereka akan kurang diperhatikan.
Lawan dari
orang yang kurang sosial adalah individu yang terlampau sosial yang tidak dapat
distop dari keterlibatan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam organisasi,
orang-orang yang suka berbicara ini diinginkan oleh orang lain agar diam
sejenak, mereka dinamakan besar mulut.
Individu
yang telah memuaskan kebutuhan mereka dalam penghargaan ini dinamakan orang
yang sosial. Orang ini sanggup menangani situasi dengan atau tanpa orang lain.
3.
Kontrol
Kontrol
adalah kebutuhan yang timbul karena resa tanggung jawab dan kepemimpinan.
Hampir semua kita mempunyai beberapa kebutuhan mengontrol orang lain atau
lingkungan sekeliling kita, tetapi kekuatan dan cara menyatakan kebutuhan ini
berbeda-beda. Terdapat tiga tipe berbeda:
a.
Abdikrat, beberapa orang yang kepribadiannya sangat
patuh pada orang lain. Mereka tidak percaya atau sedikit percaya pada diri
mereka dan sering menganggap diri mereka tidak sanggup mengerjakan sesuatu.
Individu ini kurang berani mengambil resiko dan umumnya tidak pernah membuat
keputusan mereka sendiri. Orang ini perlu banyak diberi penguatan (reinforcement) agar melihat diri mereka
sebagai manusia yang berguna dan mempunyai kemampuan.
b.
Autokrat, individu yang tidak pernah merasa cukup
mengontrol. Individu ini selalu mencoba mendominasi orang lain. Mereka selalu
ingin mengambil alih pembuatan keputusan dari kelompok, mereka kurang berbicara
bagaimana keputusan itu seharusnya. Orang ini mempunyai kebutuhan yang kuat
akan kekuasaan bila mereka tidak diberikan posisi yang mengontrol atau
kekuasaan dalam organisasi. Seringkali mereka berfikiran sempit dan melihat
hanya dari posisi mereka sebagai sesuatu yang betul atau benar, mempunyai
sedikit rasa menghargai orang lain atau prihatin hanya pada pekerjaan yang dilakukan
dan mengabaikan efeknya pada orang lain.
c.
Demokrat, individu yang kebutuhan kontrolnya
terpuaskan. Orang-orang ini merasa senang apakah mereka mempunyai posisi
kepemimpinan atau tidak. Mereka tidak melebih-lebihkan atau kurang bila
berperanan sebagai pimpinan. Mereka berfikiran luas dan ingin mendengar serta menerima saran orang lain untuk
kemajuan organisasi. Orang-orang democrat sangat cocok untuk tipe kepemimpinan
teori Y. individu ini menyukai dapat menyelesaikan pekerjaan, tetapi tidak
mengorbankan orang lain.
D.
Tujuan
Komunikasi Interpersonal
Tujuan
komunikasi interpersonal tidak perlu disadari pada saat terjadinya pertemuan
dan juga tidak perlu dinyatakan. Tujuan itu boleh disadari dan boleh tidak
disadari serta boleh disengaja atau tidak disengaja. Diantara tujuan-tujuan itu
adalah sebagai berikut:
1.
Menemukan
Diri Sendiri
Komunikasi
interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa
yang kita sukai, atau mengenal diri kita. Adalah sangat menarik dan
mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku kita
sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan
sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Penguatan yang positif membantu kita merasa normal. Melalui komunikasi kita
juga belajar bagaimana menghadapi orang lain, apakah kekuatan dan kelemahan kita
serta siapakah yang menyukai dan tidak menyukai kita.
2.
Menemukan
Dunia Luar
Kepercayaan,
kenyataan, sikap dan nilai-nilai kita dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan
interpersonal daripada oleh media atau pendidikan formal. Banyak informasi yang
kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal. Hal itu menjadikan kita
memahami lebih baik dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain.
3.
Membentuk
dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Dari waktu
ke waktu, kita menggunakan komunikasi interpersonal untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi
kesepian dan depresi, menjadikan kita sanggup berbagi kesenangan serta
menjadikan kita merasa lebih positif tentang diri kita.
4.
Berubah
Sikap dan Tingkah Laku
Dari waktu
ke waktu, kita menggunakan komunikasi interpersonal untuk mengubah sikap dan
tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita dapat menginginkan
orang lain memilih cara tertentu seperti membeli barang tertentu, melihat film,
memasuki bidang tertentu. Kita banyak menggunakan waktu untuk terlibat dalam
posisi interpersonal. Kita lebih sering membujuk melalui komunikasi
interpersonal daripada komunikasi media massa.
5.
Untuk
Bermain dan Kesenangan
Bermain
mencakup semua aktifitas yang mempunyai tujuan utama mencari kesenangan.
Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita lucu merupakan pembicaraan
untuk menghabiskan waktu. Walaupun kelihatannya kegiatan ini tidak berarti
tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan komunikasi
interpersonal semacam itu, dapat memberikan keseimbangan penting dalam pikiran
yang membutuhkan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6.
Untuk Membantu
Selain
ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi
interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya,
kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal
kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta,
berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil, dan
memberikan hal yang menyenangkan kepada anak yang sedang menangis. Keberhasilan
memberikan bantuan bergantung pada pengetahuan dan keterampilan komunikasi
interpersonal.
E.
Aksioma
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
interpersonal pada hakikatnya adalah komunikasi yang bersifat transaksi. Ada
enam aksioma yang bersifat transaksi:
1.
Komunikasi
Tidak Terhindarkan
2.
Komunikasi Tidak
Dapat Diulang (Irreversible)
3.
Komunikasi
Mempunyai Dimensi Isi dan Hubungan
4.
Komunikasi
Mempunyai Proses Penyesuaian
5.
Hubungan
Ditentukan oleh Pemberian Tanda
6.
Interaksi
Dipandang sebagai Sesuatu yang Simetris
F.
Kepercayaan
Interpersonal dan Keterbukaan
Hubungan
antara atasan dan bawahan merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Agar
hubungan ini berhasil harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan
bawahan. Haney (1973) menemukan bahwa makin tinggi kepercayaan, cenderung
membuat motivasi kerja makin tinggi. Menurut Haney, terdapat dua siklus yaitu
yang bersifat konstruktif dan destruktif. Dalam siklus konstruktif, kinerja
yang tinggi disebabkan oleh kepercayaan yang tinggi dan siklus yang destruktif
terjadi keadaan yang sebaliknya.
Bila bawahan
merasa bahwa atasan mereka tidak percaya pada mereka, mereka akan merespon
dengan sedikit kebencian dan kurang kerelaan. Haney merekomendasikan dua cara
untuk memecahkan siklus destruktif. Salah satu adalah inisiatif bawahan dan
inisiatif atasan. Tanpa kerjasama kedua pihak, tidak mungkin memecahkan siklus
destruktif. Didalam organisasi, sistem penghargaan dapat berubah sehingga orang
dihargai karena keterbukaan dirinya, paling kurang mereka meyakini bahwa mereka
tidak akan dihukum. Penyelesaian ini terletak pada hubungan yang dibuat,
sehingga membuat orang merasa bahwa mereka tidak akan dihukum karena
keterbukaannya.
G.
Hubungan
Interpersonal yang Efektif
Menurut
Roger, hubungan interpersonal yang efektif apabila kedua pihak memenuhi kondisi
berikut:
1.
Bertemu satu
sama lain secara personal.
2.
Empati
secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami
satu sama lain secera berarti.
3.
Menghargai
satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan.
4.
Menghayati
pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati
satu sama lain.
5.
Merasa bahwa
saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung serta mengurangi
kecendrungan gangguan arti.
6.
Memperlihatkan
tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang
lain.
H.
Hubungan
Kekuasaan (Power) dengan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi dipengaruhi
oleh persepsi kekuasaan kita dalam berhubungan dengan orang lain dan persepsi
kekuasaan orang lain dalam hubungannya dengan kita. Dalam tiap interaksi
komunikasi ada keunikan kebutuhan tertentu yang bersifat fisik, psikologis dan
sosial yang satu hubungan tergantung pada persepsi hubungan kekuasaan di antara
kedua pihak yang berkomunikasi.
French dan
Roven membedakan lima tipe kekuasaan (power)
yaitu reward power, legitimate power,
referent power, skill power dan coercive
power.
1.
Reward Power
Kekuasaan
yang diperoleh atas dasar pemberian hadiah atau reward kepada orang lain. Misalnya seseorang atasan meminta
bawahannya melakukan sesuatu atas dasar kerelaannya, dan bawahan melakukannya
karena percaya pada kemampuan atasan memberikan hadiah. Pemimpin dapat menjadi
lebih efektif dengan menyediakan hadiah bagi bawahan dan membuat hadiah
bergantung pada pencapaian tujuan tertentu dari bawahan. Agar reward power efektif, harus dipersepsi
sebagai sesuatu yang berharga oleh orang yang menerimanya. Juga orang yang
memberikannya dipersepsi mempunyai kesanggupan memberikan.
2.
Coersive Power
Kekuasaan
yang bersifat paksaan, melibatkan kemampuan mengontrol yaitu kemampuan
menggunakan hukuman oleh pengirim pesan jika penerima pesan tidak menuruti
suatu permintaan. Penggunaan hukuman yang terus menerus mempunyai dampak yang
negative pada daya tarik atasan.
Untuk
terhindar dari hukuman, bawahan mungkin memutuskan untuk meninggalkan
organisasi. Pimpinan yang menggunakan sanksi yang bersifat negative menghendaki
lebih banyak pengawasan atau penyelidikan yang lebih cermat mengenai bawahan,
sehingga banyak menggunakan waktunya untuk melihat kesalahan yang dilakukan
karyawan.
3.
Legitimate Power
Kekuasaan
berdasar hokum yang dinyatakan dari norma-norma atau nilai-nilai yang ada dalam
organisasi, memberikan hak kepada individu atau kelompok untuk menentukan
tingkah laku tertentu. Orang yang memegang posisi tertentu dalam struktur
organisasi atau institusi sosial, diberikan hak untuk menentukan tingkah laku
orang lain.
4.
Referent Power
Referent Power berhubungan dengan keinginan bawahan untuk
berhubungan secara dekat atau menyukai atasan. Keinginan ini pada tingkat tidak
disadari atau tidak dikenal oleh atasan atau bawahan. Memiliki referent power dalam organisasi dapat
berdampak positif maupun negatif. Atasan yang mempunyai referent power dan berhasil mendapatkan bawahan bekerja secara
efektif dengan meminta mereka melakukannya mungkin meminta naik pangkat karena
keberhasilannya.
5.
Skill Power
Seseorang
yang dipersepsi mempunyai pengetahuan atau keahlian dalam bidang tertentu
dikatakan mempunyai power keahlian. Power keahlian ini terbatas dengan keahlian
seseorang dan mempunyai sedikit area dan tidak mencakup area orang lain.
Supervisor akan berkurang pengaruhnya pada bawahannya apabila ia menunjukkan
tanda kurang mampu dalam bidangnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Semua pesan
diciptakan bermula dari diri kita. Kita
bereaksi menurut perbedaan personal kita terhadap pesan di sekeliling kita.
Inilah yang membuat komunikasi merupakan kejadian yang bersifat personal,
karena tidak dapat dipisahkan dari interaksi kita dengan orang lain.
2.
Komunikasi
interpersonal biasanya dimotivasi oleh kombinasi bermacam-macam faktor, serta
tidak mempunyai satu efek, melainkan kombinasi beberapa efek atau hasil.
3.
Tipe
kekuasaan tertentu tidaklah bekerja pada isolasi situasi yang diberikan.
Kekuasaan tidak didistribusikan sama dalam hierarki organisasi. Beberapa
individu mempunyai lebih banyak kekuasaan, karena kekuasaan bukanlah atribut individual,
tetapi hasil suatu persepsi. Hubungan interpersonal dalam organisasi banyak
dipengaruhi oleh persepsi kita mengenai kekuasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Haney, W. V. Communication and Organizational Behavior: Text and Cases, Homewood
Illinois : Irwin, 1973
Schutz, W. C. “The Interpersonal Underworld”. Science Behavior Book, 1966.
Redding, W. Charles. Communication Whitin the Organization. New York: Industrial
Communication Council, Inc, 1972
Wenburg J., dan W. Wilmot. The Personal Communication Process. New
York: Wiley, 1973.
0 comments:
Post a Comment