Powered by Blogger.
RSS

Observasi Bringharjo


BAB I
PENDAHULUAN

Suatu negara memang tidak pernah lepas dari kebudayaan. Karena kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa yang dihasilkan dari sekumpulan manusia. Kebudayaan juga mencerminkan perilaku atau norma dari seseorang manusia. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
Kebudayaan di Indonesia sangatlah banyak. Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau dan di setiap bagian dari pulau tersebut memiliki kebudayaan-kebudayaan yang beragam. Indonesia memang negara multikultur yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Dan negara lain tidak memiliki kultur yang lebih banyak dari Indonesia.
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para antropolog dan para intelektual untuk mengetahui budaya-budaya yang terdapat di Indonesia. Pendaftaran kebudayaan pun juga sudah dilakukan pemerintah kepada badan PBB agar kasus-kasus pengklaiman budaya dari negara lain tidak terjadi lagi. Karena kita tidak mau budaya kita diakui oleh negara lain maka kita sebagai warga negara Indonesia harus tahu dan mencintai budaya kita sendiri.
Kebudayaan di suatu daerah itu berbeda-beda. Di suatu daerah satu dengan daerah lainnya memiliki kebudayaannya masing-masing dan memilik ciri khas sendiri-sendiri. Tak terkecuali di Yogyakarta, yang terkenal dengan sebutan Kota Budaya. Memang di sini memiliki budaya yang masih kental. Lebih-lebih dengan terdapatnya Taman Budaya di kawasan Malioboro yang memang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang terdapat di Yogyakarta.
Studi fenomenologi dan etnografi akan membantu kita dalam sebuah penelitian budaya. Para antropolog juga menggunakan metode yang sama ketika mereka akan melakukan sebuah penelitian tentang suatu budaya di daerah tertentu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Fenomenologi
Fenomenologi adalah bnetuk pemahaman terhadap realitas. Obyek ilmu tidak terbatas pada yang visual melainkan juga meliputi pendekata holistik : persepsi - pemikiran - kemuan atau hasrat.
Pendekatan fenomenologi memiliki dua jenis :
1.      Form of the things that people have mind
Dalam penelitian fenomenologi, aspek subyektif dari perilaku budaya lebih ditekankan.
2.      Perceiving and dealing with circumstances
Kaum fenomenologis percaya bahwa tindakan manusia mempunyai berbagai macam makna bagi pelakunya, serta bagi orang lain.

B. Metode Penelitian dan Penulisan
1.   Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata  pahainomenon (gejala/fenomena). Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya.  Sedangkan pengertian fenomena dalam Studi Fenomenologi sendiri adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman. Dalam bukunya Neues Organon (1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata.
Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami. G.W.F. Hegel dan Edmund Husserl adalah dua tokoh penting dalam pengembangan pendekatan filosofis ini.
Lebih mengutamakan atau mepercayakan pelaku kebudayaan sebagai pemilik makna kebudayaan, dibanding peneliti. Mempercayaai adanya dunia moral lokal seperti pengtahuan lokal mereksa, ekologi budaya. Menciptakan simpati, empati pelaku kebudayaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Naratif yaitu menulis studi etnografi secara naratif.
Terkait Fenomenologi sebagai metode penelitian, berikut adalah uraiannya:
a.    Fokus Penelitian Fenomenologi
1)      Textural description: apa yang dialami subjek penelitian tentang sebuah fenomena.
2)      Structural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya.

b.    Teknik Pengumpulan Data Fenomenologi
1)      Teknik “utama” pengumpulan data: wawancara mendalam dengan subjek penelitian.
2)      Kelengkapan data dapat diperdalam dengan: observasi partisipan, penulusuran dokumen, dan lain-lain.
c.    Tahap-Tahap enelitian Fenomenologi
1)      Pra-penelitian
2)      Menetapkan subjek penelitian dan fenomena yang akan diteliti.
3)      Menyusun pertanyaan penelitian pokok penelitian.

d.    Proses Penelitian Fenomenologi
1)      Melakukan wawancara dengan subjek penelitian dan merekamnya.

e.    Analisis Data Fenomenologi
1)      Mentranskripsikan rekaman hasil wawancara ke dalam tulisan.
2)      Bracketing (epoche): membaca seluruh data (deskripsi) tanpa prakonsepsi.
3)      Tahap Horizonalization: menginventarisasi pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik.
4)      Tahap Cluster of Meaning: rincian pernyataan penting itu diformulasikan ke dalam makna, dan dikelompokkan ke dalam tema-tema tertentu. (Textural description, Structural description)
5)      Tahap deskripsi esensi: mengintegrasikan tema-tema ke dalam deskripsi naratif.

2.  Etnografi
Dalam bukunya Metode Etnografi, James P. Spradley mengemukakan bahwa etnografi merupakan pekerjaaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Adapun tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Pandangan Spradley ini berdasarkan pendapat Bronislaw Malinowski yang memandang bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.
Mengacu pada pemahaman itu, Spradley kemudian mengatakan bahwa etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, akan tetapi lebih jauh lagi yakni etnografi juga belajar dari masyarakat.
Lebih jauh, Spradley mengungkapkan bahwa makna-makna yang bisa diamati oleh peneliti etnografi terbagi kedalam dua wilayah yakni makna yang terekspresikan dan makna disembunyikan. Makna yang terekspresikan secara langsung dapat diamati lewat bahasa, sedangkan yang tersembunyi bisa diamati melalui kata-kata secara tidak langsung dan juga melalui perilaku dari sumber yang diamati.
Dalam pengertiannya, Metode Etnografi menurut Suwardi Endaswara merupakan penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Artinya, dalam penelitan ini peran peneliti hanya sebagai pencatat dan atau pengamat dari sebuah peristiwa yang berlangsung tanpa campur tangan peneliti untuk mengarahkan peristiwa tersebut.

Metode etnografi yang digunakan penulis dalam oservasi ini adalah.
OBSERVER AS PARTICIPANT
Peneliti terlibat dalam suatu peristiwa yang berlangsung dan kemudian mengambil jarak terhadap apa yang sedang terjadi.

a.    Profil Narasumber
Nama         : Pardi
Umur         : 53 tahun
Alamat      : Purwodiningratan
Profesi       : Tukang Becak

b.    Etnografi Naratif

Bapak Pardi yang berumur 53 tahun ini berprofesi sebagai tukang becak. Dalam menjalani profesi ini beliau tergabung dalam paguyuban becak Pendopo Bringharjo. Sebuang paguyuban yang menaungi tukang becak di kawasan pasar Bringharjo.
Tempat mangkal beliau berada di sebelah barat pasar Bringharjo. Berbeda dengan tukang becak di sekitar pasar yang mayoritas hanya menunggu penumpang di becaknya, beliau dalam mencari penumpang menerapkan system jempul bola atau menghapiri calon penumpangnya. Karena tempat mangkalnya yang berada di sebelah barat pasar yang berhadapan langsung dengan kawasan Malioboro maka calon penumpangnya mayuritas adalah wisatawan.
Dalam mencari penumpang sendiri beliau memberi paket tujuan wisata pula seperti ke tempat oleh-oleh antara lain Dagadu Jogja, Bakpia Pathuk, Mirota Batik dan lain-lain, selain itu tujuan lainnya antara lain ke Kraton dan Tamansari. Harga yang beliau tawarkan sendiri berkisar antara 5-10 ribu rupiah.
Ternyata kalau beliau mendapat penumpang yang ingin mencari oleh-oleh dan tujuannya seperti yang beliau tawarkan tadi selain mendapat bayaran dari penumpang beliau juga mendapatkan tips dari took-toko tersebut. Tips yang beliau dapatkan bisa lebih besar dari pada ongkos beliau dalam mengantar penumpang tersebut.
Toko kaos khas Jogja, Dagadu, rata-rata mengajukan besaran angka 25 persen dari total uang yang dibelanjakan. Besaran angka yang sama juga terdapat di toko-toko yang menjual batik. Sementara outlet-outlet bakpia memberikan tips yang sedikit beragam, antara 3-4 ribu rupiah per dus. Dari sinilah beliau bisa mendapatkan penghasilan tambagan selain dari ongkos narik becaknya.


BAB III
PENUTUP

Kebudayaan di suatu daerah itu berbeda-beda. Di suatu daerah satu dengan daerah lainnya memiliki kebudayaannya masing-masing dan memilik ciri khas sendiri-sendiri. Tak terkecuali di Yogyakarta, yang terkenal dengan sebutan Kota Budaya. Memang di sini memiliki budaya yang masih kental. Lebih-lebih dengan terdapatnya Taman Budaya di kawasan Malioboro yang memang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang terdapat di Yogyakarta. Selain itu juga pihak Kraton Yogyakarta juga masih eksis sampai sekarang yang masih melestarikan budaya Jawa.

Pasar Bringharjo sebagai pasar tradisional yang masih memiliki kebudayaan yang masih dilestarikan. Tak terkecuali pada seorang tukang becak yang memiliki cirri khas tersendiri dan berbeda dengan tukang becak di lingkungan lain dalam mencari penumpang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment