Powered by Blogger.
RSS

Feature di Media Massa II



MATA KULIAH DASAR-DASAR 
PENULISAN NASKAH PUBLIC RELATIONS
Feature di Media Massa II

Seperti disebutkan sebelumnya, ada seribu satu pilihan untuk uraian atraktif yang dibuat sebagai pembuka feature. Contoh-contoh yang diperlihatkan ini adalah sebagian dari model paragraph pembuka feature yang pernah dan juga kerap digunakan orang. Di luar itu terbuka berbagai kemungkinan lain yang juga menarik dan itu sangat tergantung pada ketrampilan penulis dalam menemukan pendekatan yang menawan perhatian pembaca.

Dalam menulis lead ada beberapa pantangan yang perlu diperhatikan. Ada beberapa jenis lead yang sebaiknya tidak dipakai karena ia sama sekali tidak menarik buat pembaca ( ia dikategorikan tidak menarik, lewat suatu survey yang pernah dilakukan di Amerika Serikat). Lead bernada pertanyaan, bernada filosofis, dan lead yang terasa sombong, tidak disukai oleh pembaca pada umumnya.

a. Lead pertanyaan
Feature ditulis dengan tujuan bercerita kepada pembaca. Oleh karena itu jangan sodorkan pertanyaan kepada khalayak di awal tulisan. Pertanyaan tidak akan mengundang orang untuk membaca karena pertanyaan selalu mengharapkan orang untuk menjawab. Contoh:

….Pernahkah anda membayangkan indahnya alam Parapat dengan hamparan air danau Toba yang jernih dan bersih?

(Bagi orang yang pernah mengunjungi Parapat dan melihat danau Toba, daya tarik lead ini tidak ada sama sekali. Diantara pembaca yang belum pernah mengunjungi Parapat dan melihat danau Toba, ada beberapa banyakkah yang sedang dalam keinginan yang kuat untuk datang ke sana sehingga tertarik membaca lead ini?)

Walau begitu, ada pengecualian. Lead bernada pertanyaan dapat saja dibuat, asalkan pertanyaan itu tengah ditunggu oleh khalayak luas. Contohnya seperti berikut ini.

….Dapatkah Zidane dan kawan-kawan menaklukkan “pasukan samba” Brasil dan mempersembahkan piala Dunia bagi rakyat Perancis malam ini?.

(Lead seperti diatas dapat dipilih untuk news feature yang mencoba melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, atau prospek untuk pertandingan final sepakbola Piala Dunia 1998 – Brasil vs Perancis – yang dimuat dalam suratkabar, pada hari sebelum berlangsungnya pertandingan. Pertanyaan “siapakah yang akan menang” tengah hidup dalam pikiran khalayak luas, dan jawaban tentang itu yakni pertandingan tersebut, sedang mereka tunggu. Pada saat seperti itu lead pertanyaan dapat memiliki kekuatan dalam merebut perhatian pembaca. Di luar keadaan yang seperti itu hampir tak ada lead pertanynaan yang dapat disebut atraktif bagi pembaca).

b. Lead bernada filosofis
Jangan awali tulisan dengan uraian yang semua pernyataannya dapat disambut pembaca dengan anggukan artinya, masalah yang diuraikan itu adalah masalah yang sudah sangat diketahui orang, atau masalah yang memang seharusnya demikian adanya. Lead dengan nada seperti itu juga tidak lagi menarik buat khalayak. Contohnya seperti berikut ini.

….Indonesia adalah negeri kepulauan yang kaya akan kesenian dan tradisi daerah yang senantiasa menarik bagi para pelancong asing.

(Telah terlalu banyak orang yang tahu tentang ini, dan sudah terlalu sering pernyataan seperti itu diulang. Oleh karena, sebagai lead, pernyataan tersebut jadi tumpul).

….Generasi muda adalah pemilik masa depan, generasi yang akan menentukan bagaimana corak dan kehidupan bangsa ini kelak kemudian hari.

(Sejak Adam dan Hawa turun ke dunia, generasi mudalah yang menjadi pemilik masa depan. Itu memang demikian adanya. Jadi, ia tak menarik lagi untuk pembuka cerita).

c. Lead pongah/sombong
Hindarilah kesan sombong pada paragraph pertama, karena ia dapat membuat pembaca patah selera, bahkan antipati, seperti contoh berikut ini.
…..Minggu lalu wartawan anda menyempatkan diri tinggal lima hari di Karawang, menyaksikan penduduk yang kekurangan pangan.

(“Menyempatkan diri” menyaksikan orang kelaparan, adalah kata-kata yang tidak simpatik dan dapat membuat orang tidak suka)

Memilih lead adalah sebagian kecil dari persoalan menulis, tetapi ia merupakan pekerjaan pertama dalam membuat tulisan yang akan menentukan bagaimana uraian selanjutnya berjalan. Di situ kreatifitas sangat diperlukan, dan salah satu yang dapat menolong penulis untuk pekerjaan itu adalah pengalaman membaca yang cukup banyak. Lead bagaikan etalase untuk toko. Jika etalase itu tidak ditata dengan menawan, daya tariknya dalam mengundang orang yang lalu lalang untuk masuk akan sangat rendah. Sebaliknya, kalau etalase itu dibuat atraktif, ada kemungkinan orang yang sebetulnya belum punya minat untuk berbelanja terundang untuk melihat, dan – boleh jadi – dia berbelanja.

Bahasa Feature mirip bahasa cerita pendek – Feature sangat mengutamakan kejelasan dan kelancaran bahasa. Bahasa yang dipergunakan hendaklah bahasa popular. Ia harus dibuat dengan rasa bahasa yang baik, pendekatan yang efektif, pemakaian istilah yang tepat, dan dengan mempertimbangklan irama kalimat. Ia tidak perlu dibuat terlalu berbunga-bunga, karena keindahan bahasa jurnalistik banyak ditentukan oleh tempo kalimat dan kekuatan pilihan kata. Bahasa feature mirip dengan bahasa cerita pendek.

Angle feature tunggal – Dalam memaparkan masalah, feature selalu memilih satu sudut pandang. Makin sempit masalahnya, makin baik. Dalam perumpamaan dikatakan, berbicaralah tentang piring porselen, jangan berbicara tentang barang pecah belah. Feature melihat salah satu segi untuk suatu masalah. Segi yang lain untuk masalah yang sama selayaknya dibicarakan dalam feature yang lain pula.

Panjang tulisan -- 500 – 750 kata.
Sejak majalah berita memberikan pelayanan pemberitaan kepada masyarakat, penulisan interpretative (baiuk dalam bentuk indepth report maupun dalam bentuk feature) menjadi jenis artikel yang tidak asing lagi bagi pembaca. Itu terutama ditandai oleh terbitnya majalah TIME pada tahun 1923 yang menonjolkan corak penulisan yang interpretative tersebut.

Hanya saja, majalah berita banyak memberikan perhatian (diisi dengan) news feature. Pada majalah-majalah khusus – misalnya majalah remaja, kesehatan, olahraga, teknologi, maupun majalah wanita – feature hadir dalam variasi yang lebih banyak. Suratkabar, selain menyajikan news feature, juga memberikan perhatian pada berbagai kenis feature yang lain.

Berdasarkan sifat isinya, feature dapat digolongkan menjadi beberapa kenis, sebagia berikut:

1. Bright – Adalah tulisan pendek (bukan berita) dengan unsure human interest yang menonjol dari suatu kejadian.masalah. Ia dapat ditulis sangat pendek: antara 100 s/d 200 kata. Isi rubrik “Indonesiana” di majalah TEMPO, adalah contoh Bright. Contoh berikut ini juga bright (perhatikan lead yang dipakai dan bahasa yang dipergunakan).

…Malu bertanya, sesat di jalan, malas belajar, ilmu tak dapat, begitu kata pepatah lama. Tapi, hari yang penuh dengan kekerasan di Jakarta, mengajarkan kepada Nikin, rajin menjarah, barang tak dapat.
Ketika kerusuhan yang disertai penjarahan, pengrusakan dan pembakaran pecah di Glodok, Jakarta, Jumat (15/5) lalu, Nikin aktif ambil bagian. Pemulung berusia 24 tahun yang sehari-harinay berkeliling dengan gerobaknya ini, kebetulan berada di sekitar Glodok Plaza pada hari bersejarah itu.
Seperti dikejutkan air bah yang dating tiba-tiba, Nikin, terkesima menyaksiukan ratusan orang mendobrak dan masauk pusat pertokoan itu, Sejenak dia hanya jadi penonton. Dia melihat orang-orang “berbelanja”, bebas memilih barang, dan mendapatkannya tanpa harus membayar sepeserpun.
Nalurinya segera tergerak untuk ikut “memulung” barang-barang mewah yang bebas dibawa tanpa risiko berurusan dengan polisi. Secepat kilat dia berlari masuk. Hah, sebuah pesawaty televisi, entah ukuran berapa inch digondolnya. Secepat kilat pula dia kembali ke gerobaknya dan menaruh barang itu di dalamnya.
Tapi aksinya belum berakhir. Satu kesempatan lagi masih ada, mungkin itu yang terlintas di dalam pikirannya. Segera dia ambil keputusan, masuk lagi, dan juga sukses seperti yang tadi dia lakukan. Kali ini dia mendapat sebuah CPU komputer, tanpa monitor dan tanpa keyboard. Nikin mungkin tidak mengerti barang apa yang dia ambil. Namun untuk apa itu dipikirkan. Ditaruhnya CPU itu di dalam gerobaknya dengan cepat, di samping televisi tadi, dan secepat itu pula dia masuk lagi buat “memulung” jarahan berikutnya.
Tetapi kali ini perjuangan nya lebih berat. Manusia begitu banyak, lari berbondong-bondong, bertabrakan satu dengan yang lain. “Stock barang” tinggal sedikit, tapi Nikin mencoba untuk berjuang. Api mulai berkobar dan kepanikan mulai terasa. Di saat dia berpacu dengan kecepatan si jago merah dia sambar sebuah kotak karton. Ukurannya kecil saja, dan ringan pula, sehingga tidak membuat dia kesulitan berlari menyelamatkan diri. Dia lolos, dan tiba kembali di tempat dia memarkir gerobaknya tadi. Tapi sang gerobak bersama pesawat televisi serta benda aneh yang tidak dia ketahui tadi (CPU komputer), tidak ada lagi di sana karena sudah dijarah penjarah yang lain. Nikin mungkin merasa dengkulnya lemas waktu itu. 
Dia lihat semua orang dalam keramaian itu dan dia sidik berbagai penjuru. Hasilnya nihil. Ketika dia tiba di tempat yang lebih aman, di dekat seorang pria berdasi yang dengan wajah tak percaya menyaksikan drama yang tengah berlangsung itu, Nikin membuka kotak karton yang dibawanya. Isinya aneh. Dia tidak mengerti apa yang dia peroleh.
Dengan sebuah keberanian dia dekati lelaki berdasi tadi, dan bertanya, “Oom, ini apa sih?”, datar tanpa ekspresi, pria itu menjawab, “Hh, kamu dapat mouse pad”.
Di dalam kotak itu hanya tertinggal tiga mouse pad, dan Nikin tetap tak tahu apa dan untuk apa lembaran karet di kotak itu, karena sesal sedang megnusik perasaannya. 
Dia mempersalahkan dirinya sendiri, kenapa televisi dan benda asing itu tadi dia tinggalkan. Kecewakah dia? Mungkin. Boleh jadi juga Nikin sedih kehilangan “kawan seperjuangannya”, gerobak kayu yang satu setengah tahun menemaninya memulung barang buangan di Jakarta Kota.


2. Profile -- Profile atau sketsa pribadi adalah ceritra tentang seorang tokoh, baik menyangkut karirnya, pandangan, riwwayat hidup pendek, dan sebagainya. 
Contoh untuk itu mudah ditemukan di berbagai media cetak. Isi rubrik “Pokok dan Tokoh” majalah TEMPO, MAUPUN ISI RUBRIK “Nama dan Peristiwa di KOMPAS adalah sketsa pribadi atau profile yang dimaksud itu.

3. Pengalaman pribadi – Feature pengalaman pribadi adalah cerita yang isinya pengalaman yang dirasakan sendiri oleh penulis. Pengalaman yang layak untuk dijadikan feature seperti ini hendaknya pengalaman yang tidak bersifat “biasa-biasa” saja., walaupun tidak perlu pula merupakan pengalaman yang sungguh luar biasa.

4. Feature yang memperkenalkan sesuatu – Feature yang memperkenalkan sesuatu adalah artikel pendek yang ditulis untuk tujuan memperkenalkan sesuatu (bukan manusia) kepada pembaca, misalnya institusi baru, atau produk baru (kamera, pesawat tempur, software komputer dan sebagainya). Bagi orang-orang yang bekerja sebagai Public Relations jenis tulisan ini banyak gunanya. Apalagi jika harus menulis advertorial yang hendak mempromosikan sesuatu. Yang perlu diperhatikan dalam menulis ialah, feature tersebut harus kuat dalam deskripsi yang menunjukkan apa dan bagaimana sesuatu yang diperkenalkan itu, termasuk misalnya keunggulan-keunggulannya.

5. Feature yang mengajarkan sesuatu – Featrure seperti ini adalah tulisan yang memaparkan hal-hal berupa persiapan, peralatan, dan tindakan yang harus dilakukan untuk mengerjakan (termasuk membuat sesuatu. Misalnya bagaimana memberikan pertolongan pertama bagi penderita eltor (muntah berak), bagaimana melayani anak-anak yang sangat cerewet bertanya karena rasa ingin tahunya terlalu tinggi dan sebagainya.

6. Artikel ilmiah popular – Feature jenis ini adalah tulisan yang menceritakan suatu masalah dengan mengambil referensi dari sumber-sumber ilmiah: buku, hasil penelitian, dan bahkan dari bidang pengetahuan social dapat dipilih untuk tulisan ilmiah popular. Gerhana matahari, kelainan pada musim, tentang komputer daqpt ditulis secara popular dengan menggunakan sumbr-sumber ilmiah sebagai sandaran. Tawuran pelajar mislnya, dapat diterangkan dengan menggunakan referensi psikologi dan bahkan kriminologi.

7. Feature sejarah – Feature jenis ini adalah kisah pendek yang mengungkapkan kembali peristiwa bersejarah yang “jauh” dari ingatan pembaca pada suatu saat, tapi tanpa disertai analisis histories. Ia betul-betul hanya berupa pengungkapan kembali catatan-catatan sejarah, tanpa interpretasi dan pendapat penulisnya. Tema-tema seperti proklamasi kemerdekaan, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Konferensi Meja Bundar, bagimana awal mulanya RRI berdiri, bagaimana TVRI dipersiapkan, pengunduran diri Bung Hatta sebagai Wakil Presiden 1956, peristiwa pada 30 September 1965 malam dan sebagainnya, dapat diangkat menajadi feature sejarah.

8. News feature -- Seperti dikemukakan pada bagian terdahulu, news feature berjalan mengiringi news yang actual pada suatu waktu. Hard news melaporkan kejadian yang muncul dan berkembang dalam mayarakat pada suatu saat. News feature mencoba membuka background masalahnya agar pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang how dan why kejadian ataupun masalah itu. Dengan kata lain, news feature menyodorkan fakta yang membuat orang megnerti duduk perkara suatu berita. Perhatikan contoh berikut ini:

….Pada awal Januari 1984 terjadi kudeta di Nigeria yang dilancarkan oleh Mayor Jenderal Mohammed Buhari, menggulingkan presiden Shebu Shagari. Sudahlah pasti peristiwa itu dilaporkan oleh hard news dengan segera. Pada hari-hari selanjutnya, hard news yang menceritakan perkembangan mutakhir sesudah kudeta itu beberapa kali muncul berturut-turut. Tetapi hard news hanya bercerita sekadarnya, dengan fakta dangkal seputar peristiwa kudeta itu. Media massa merasa perlu memberikan penjelasan kepada pembacanya tentang sesuatu “di balik” kudeta itu, yakni ikhwal perkembangan demokrasi di negara-negara Afrika, serta bagaimana pembangunan yang katanya untuk mengisi kemerdekaan berlangsung di sana. 
Semuanya itu “diterangkan” oleh news feature berikut ini, yang muncul dalam media massa dengan dicetuskan oleh kudeta di Nigeria terebut. Peristiwa kudeta itu sendiri, atau berita hard news tentang kudeta terebut menjadi peg (pasak yang menguatkan aktualitas masalah atau bias juga disebut sebagai cantolan) bagi news feature tersebut. Inilah yang dimaksud dengan news feature “berjalan mengiringi” news yang actual pada suatu waktu dan memberikan penjelasan kepada khalayak dengan menjawab why dan how secara lebih rinci. Perhatikan contoh berikut ini.

…..Pabrik roti semi otomatis di Dar es Salam, Tanzania, kerap kali ketiadaan terigu sehingga harus berhenti berproduksi. Ini hanyalah satu diantara banyak soal yang dapat menjadi lambing kehancauran ekonomi negeri-negeri Arika, benua Negro yang mengukir riwayat politik dan demokrasinya dengan warna serba hitam.
Tokoh yang lebih bersikap demokratis Shebu Shagari, 58 dari Nigeria, tergusur dari kursi kepresidenannya oleh kudeta militer “pembuka tahun 1984” yang dilancarkan Mayor Jenderal Mohammed Buhari, 41. Dengan alasan menyelamatkan Nigeria dari kehancuaran total, Buhari menambah jumlah negeri Afrika yang kini berada dalam genggaman rezim militer menjadi 17. Di sampingnya masih ada 17 negara lagi yang pemerintahannya dikendalikan partai tunggal. Sekarang Cuma tujuh dari 41 negara Afrika yang memberikan hak hidup bagi partai oposisi.
Mungkin karena itu orang megnatakan, cita-cita demokrasi Afrika terpenjara dalam berbagai peristiwa rebut-merebut kekuasaan di beberapa negara yang terjadi susul-menyusul. Dalam seperempat abad belakangan ini. Lebih dari 70 kepala pemerintahan di 29 negeri Afrika terjungkir dari kursinya, terbunuh ataupun terusir dalam kudeta.
Negeri-negeri yang megnhadapi kesulitan ini memperoleh kemerdekaannya sepanjang 1950-an dan 1960-an setelah dijajah bangsa-bangsa Eropa Barat. Tap[I beberapa dasawarsa sesudah ramainya teriakan “Uhuru” – pekik kemerdekaan dalam bahasa Swahili – para pemimpin di benua hitam itu menyaksikan kenyataan bahwa retorika anti kolnialisme sama sekali tidak memecahkan kesulitan hidup rakyat mereka, secar pol;it is maupun ekonomis. “Pada mulanya, kami optimis”, kata bekas Presiden Senegal, Leopold Senghor, 77, kepada wartawan TIME belum lama ini. “Sekarang”, katanya lagi, “kami sering jadi pesimistis”. Senghor yang memimpin Senegal sejak 1960 sampai 1980, pernah masuk nominasi untuk memenangkan Hadiah Nobel. Dialah salah seorang dari tiga pemimpin Afrika – dua lainnya adalah bekas Presiden Kamerun Ahmaduo Ahidjo, dan tokoh militer Nigeria, Jenderal Olusegun Obasanjo – yang melepaskan kedudukkannya secara sukarela.
Penduduk di sebelah selatan gurun Sahara itu ini bertambah dengan cepat – angka pertumbuhan 2,9% oer tahun, tertinggi di dunia – membarengi kesulitan ekonomi yang melilit mereka. Dalam tahun tahun 1960, secara keseluruhan penduduk negeri ini hanya 210 juta jiwa, sekarang tercatat 393 juta jiwa. Untuk membawa mereka keluar dari kesulitan ekonomi, tampaknya belum ada pilihan lain, kecuali bantuan luar negeri. Tapi bantuan ini pun merisaukan. Setiap tahun bantuan itu diperkirakan mencapai US$100 miliar. Rakyat Afrika terpaksa meminta penjadwalan kembali hutang-hutang itu dengan alas an negara nyaris bangkrut.
Namun penyakit yang diidap Afrika bukan hanya masalah ekonomi, soal pengunsi dan kelayuakan hidup ratusan juta rakyat. Para pengamat menyebut, birokrasi yang tidak efisien dan korup turut memperbesar beban yang dipikul. Tahun lalu, Predien Zaire, Mobutu Sese Seko, dituduh bekas menteri luar negerinya menggelapkan uang negara US$1 miliar. Menurut perkiraan, malah Mobutu memiliki kekayaan hampir US$4 miliar, yang sebagian besar ditanamnya di bank Swiss.
Dalam soal penggunaan dana secara tak wajar ini, Mobutu tidak sendirian. Jean-Badel Bokassa, di Afrika Tengah, 1976, menobatkan dirinya menjadi kaisar dengan upacara akbar yang menelas biaya US$29 juta. Duya juta dolar habis untuk mahkota emasnya yang bertaburkan intan berlian. Hampir dua tahun sesudah itu, Bokassa terpelanting pula dari singgasananya. Shagari di Nigeria adalah pegnhambur dana yang lain, yang membangun ibukota, Abuja dengan biaya yang direncanakan mencapai US$16 miliar, ketika ribuan rakyatnya hidup di slum, di bawah batas kelayakan.
Pada awal kemerdekaan dulu, banyak pemimpin Afrika terpukau oleh system sosialis. Tetapi system sosialis Marxis oleh para pengamat Barat dilihat sebagai model yangtak banyak membawa sukses. Ghana, negeri yang kaya akan sumber alam dibawah Jerry Rawling, 36, kini menghadapi kenyataan eknomi yang kian sulit. Begitu juga dengan Julius Nyerere, dari Tanzania – salah seorang pemimpin Afrika yang memulai pembangunan dari sector ekonomi – pada akhirnya pun megnhadapi situasi butuk dengan merosotnya ekspor hasil perkebunan 40% dibadingkan dengan tahun 1970.
Adakah jalan buat Afrika? Leopold Senghor, kini melihat kerjasama Afrika, Asia dan negeri Pasifik sebagai suatu pilihan untuk memecahkan kesulitan ekonomi. Namun politik demokrasi senantiasa rawan, dan menurut negarawan Afrika terpandang ini, kudeta yang terjadi silih berganti tidaklah bias diabaikan. “Kami”, kata Senghor, “terlalu penurut, membiarkan diri kami di bawah pengaruh Amerika Serikat, Soviet, bahkan Inggeris serta Perancis” …...

Dengan mamahami feature lewat karakter tulisan ini, kita dapat mengatakan feature – sama dengan berita – selalu memberikan perhatian pada fakta yang sifatnya penting bagi publik (mengandung kepentingan umum) ataupun fakta yang bersifat menarik bagi khalayak. Hanya saja wartawan atau penulis feature, dalam menyiapkan bahan diharapkan berperan mirip dengan researcher.

Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum menulis feature, sebagaimana sudah diuraikan di muka, adalah mengumpulkan dokumentasi yang dapat membantu penulis dalam memperoleh fakta, Studi dokumentasi juga dipergunakan sebagai bekal untuk langkah berikutnya, yakni wawancara (menentukan butir-butir yang harus dicari jawabannya dalam wawancara). 
Pada saat wawancara dilakukan, observasi juga harus dilaksanakan. Hasil dari ketiga kegiatan inilah – studi dokumentasi, wawancara, observasi – yang ditulis menjadi feature.
Banyak orang yang berpikir bahwa bahan yang dikumpulkan hanyalah sebanyak yang ditulis dalam feature itu sendiri. Pandangan keliru. Seorang penulis memerlukan bahan yang jauh lebih banyak dari yang sekadar yang harus dia tulis.
Pelajari semua bahan itu dengan seksama dan tentukan kerangka masalahnya. Buatlah outline, agar organisasi fakta dan penggambaran masalah menjadi lebih jelas. Rumuskan kerangka masalah itu secara sederhana dalam selembar kertas, dan tulislah masalah terebut sesuai dengan struktur yang ada dalam outline itu.
Tidak seharusnya semua bahan yang didapat itu dituangkan dalam tulisan. Ada bagian-bagian yang harus diambil, dan banyak bagian yang perlu disisihkan. Seleksi ini sangat ditentukan oleh angle yang dipilih untuk feature yang disiapkan itu.

Pikirkan rumusan paragraph pertama (lead atau intro) yang efektif dalam merebut perhatian pembaca seperti yang sudah diuraikan di muka. Hindari “lead trlarang”.Paragraf kedua harus dimulai dengan uraian yang “tersabung” secara baik dengan paragraph pertama (lead) dan paragraph demi paragraph haruslah tersambung erat dengan paragraph sebelum dan sesudahnya.
Jangan lupa, hindari uraian yang terulang.
Kata-kata yang tidak bermakna,misalnya “membawa kesan tersendiri”, “dan lain-lain” serta kata yang mirip dengan itu tidak ada gunanya diutlis. Pakailah bahasa secara cermat dan jelas, sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik.Jangan terlalu banyak berpikir tentang gaya, tapi utamakan isi.Kalau isi sudah baik, pada langkah kedua, boleh dipikirkan style penulisan.
Bagaimanapun kekuatan feature tidak semata-mata pada gaya penulisan.Gaya (style) hanyalah salah satu dari unsure penguat feature tersebut.Kekuatan feature ditentukan oleh beberapa factor:
1. Kelengkapan fakta yang dapat menjelaskan persoalan.
2. Jedlasnya jalinan atau hubungan satu fakta dengan fakta yang lain, yang tersaji baik dari kalimat ke kalimat, dari paragraph ke paragraph, yang memungkinkan pembaca menemukan jalan pemikiran yang jelas.
3. Kejelasan dan ketepatan bahasa yang dipakai.
4. Menariknya gaya (style) penyajian/penulisan yang dipilih.

“Warna” memang penting dalam feature. Perbandingan yang tepat, anekdot, deskripsi yang jelas adalah hal-hal yang dapat dipakai sebagai “penyedap” uraian. Buatlah variasi – selang-seling – antara paraphrase dengan kutipan, dan antara kutipan langsung dengan kutipan tidak langsung. Perhatikan irama tulisan yang ditimbulkan pemakaian kata, dan yang ditimbulkan oleh panjang pendeknya kalimat. Pengungkapan fakta harus akurat.
Tugas penulis feature adalah membeberkan fakta dengan harapan, pembaca dapat menarik intrpreasi dari situ. Jangan menulis feature dengan memaksakan opini. Jika ingin menonjolkan opini anda tidak perlu menulis feature, tetapi tulislah opinion article. Hindari subyektivitas yang berlebihan yang tidak didukung oleh fakta.
Feature dapat diakhiri dengan menyodorkan semacam kesimpulan kepada pembaca. Tapi ia juga dapat ditutup tanpa memberikan kesimpulan sama sekali, dan biarkan pembaca selesai hanya dengan mengetahui fakta, serta bebaskan mereka dalam memberikan interpretainya masing-masing.
Feature yang kaya dan bagus dalam kelengkapan fakta tapi terasaji dalam urutan yang tidak runtut, akan membingungkan pembaca, atau sulit dimengerti. Feature yang bagus dalam kelengkapan fakta, tersaji dalam urutan yang runtut, jelas, dan tepat untuk bahasa yang dipakai, bias terasa kering jika miskin dalam style. Tapi feature yang hanya “bermodalkan” style dan kurang akan dukungan fakta, adalah sebuah kesia-siaan.
Untuk menjadi penulis feature yang baik diperlukan upaya yang serius. Pada diri seorang penulis feature dituntut bebrapa syarat:
1. Memiliki imajinasi kuat dalam membaca masalah ataupun peristiwa yang memungkinkan dia menemukan kisah yang “kena” di hati publik.
2. Punya keteraturan dalam berpikir
3. Punya kemampuan untuk research.
4. Memiliki ketrampilan (cerdik) dalam menentukan pola tulisan atau struktur, sehingga laporan itu jelas dan memikat.
5. Pandai berbahasa baik dan benar, serta kreatif menggunakan kata dan menyusun kalimat.
6. Memiliki kemampuan observasi yang tajam
7. Punya pengetahuan umum yang luas
8. Ia memerlukan dukungan perpustakaan dan dokumentasi yang baik (lengkap).
9. I penulis feature, sebagaimana seharusnya jurnalis, haruslah jujur. Dia tidak boleh mengatakan sesuatu lebih atau kurang dari kenyataan yang sebenarnya.

Ada anjuran yang mengatakan, jika Anda ingin jadi penulis yang baik, membacalah terus, menulislah terus dan berpikirlah terus.

Catatan:
Uraian pada bagian ini ini seluruhnya bernafaskan jurnalistik. Contoh-contoh yang disajikan adalah contoh yang diangkat dari pemberitaan media massa yang tidak berasal dari press release. Sengaja uraian ini dibuat demikian agar pengenalan kalian akan jurnalisme menjadi lebih baik, dalam kalau itu tercapai akan memudahkan jalan kalian dan orang-orang public relations dalam menyiapkan bahan siaran pers. Dengan memahami konsepsi serta teknik penulisan jurnalistik, akan lebih mduah bagi orang hubungan masyarakat/ public relations melayani pers dengan informasi yang perlu disampaikan dan pada saat yang sama memanfaatkan jasa media massa untuk kepentinganh public relations yang menjadi urusannya.
Setelah mengenal dan menguasai cara jurnalis, orang hubungan masyarakat/public relations tinggal menentukan, apa yang hendak ditulis dalam bentuk apa ia disajikan dan media mana yang akan dipilih. Kunci keberhasilan untuk pekerjaan ini antara lain adalah, pahami fungsi anda dengan baik, jalankan peran secara bersungguh-sungguh, serta berpikir dan bekerjalah dengan kreatif.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment