(26/10) Bertempat di Ruang Audio Visual Gd. Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta, PR.COMM sebagai salah satu kelompok profesi Public Relations di Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UAJY, bekerjasama dengan Asia Public Relations Firm (AsiaPR) serta Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi (HMPS Kom) UAJY menyelenggarakan diskusi Bedah Buku “Political Branding and Public Relations” karya Silih Agung Wasesa dengan mengangkat tema “Menuju Politik yang Sehat, Hemat dan Bermartabat”.
Tiga narasumber yang hadir yaitu Silih Agung Wasesa, S.Psi., M.Si., penulis buku Political Branding and Public Relations sekaligus Managing Partner AsiaPR, Chang Wendryanto, SH., selaku anggota DPRD Kota Yogyakarta dari fraksi PDI Perjuangan serta Ike Devi Sulistyaningtyas, S. Sos., M. Si dosen Ilmu Komunikasi UAJY. Diskusi yang berlangsung selama 2,5 jam dari pukul 09.30 hingga 12.00 dihadiri oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga serta PERHUMAS MUDA Yogyakarta.
Dalam diskusi tersebut, Silih Agung Wasesa menjelaskan bahwa Politisi perlu sadar bahwa strategi utama dalam kampanye politik tidak harus dilakukan dengan aktivitas above the line, melalui iklan politik. Saat ini masyarakat sudah mampu memilih calon pemimpinnya secara cerdas sehingga pendekatan branding sudah harus dilakukan oleh politisi kita. Politisi ibarat simbol dari sebuah brand politik, itulah mengapa pengelolaan citra politik juga dilakukan sama seperti pengelolaan citra sebuah brand dan pencitraan bukan sekedar merebut simpati publik namun lebih kepada bagaimana mengkomunikasikan ide dan oemikiran melalui tools yang tepat. Sehingga dengan adanya political branding bisa menghemat modal politik yang harus dikeluarkan oleh calon dalam kampanye politik, bahkan lebih dari 75% dana kampanye.
Menurut politisi,Chang Wendryanto mengemukakan bahwa sebagai politisi pencitraan sangatlah penting. Visi dan misi partai merupakan sebuah pencitraan, jika suatu teori itu bisa diterapkan akan sangat bagus untuk strategi kampanye. Dalam menghidupi politik ada 3 hal yaitu Buru, Bui dan Bunuh. Buru, jika dalam suatu pemerintahan ada pergantian kepemimpinan atau kepengurusan maka akan diburu oleh banyak politisi yang ingin menggantikan posisi tersebut. Bui, jika dalam melaksanakan program kerja atau kinerjanya ada yang kurang beres seperti korupsi maka akan masuk bui (penjara)karena untuk menggantikan dana kampanye yang sudah keluar terkebih dahulu. Bunuh, jika tidak kuat dengan kehidupan politik tersebut maka akan terbunuh secara perlahan ataupun tiba-tiba bunuh diri. Kebenaran merupakan hal yang utama, jika kita mau melakukan suatu yang baik maka pasti dapat mencapai tujuan. Selama kita dapat berhubungan baik dengan masyarakat maka kontribusi yang sudah kita berikan kepada mereka tidak akan dilupakan.
Sedangkan dari pihak akademisi, Ike Devi Sulistyaningtyas, S. Sos., M. Si., menjelaskan bahwa kampanye politik idealnya merupakan daily campaign, ruang komunikasi jangka panjang dengan publik tidak berlangsung hanya sebentar atau pun sesaat kampanye itu dilupakan.
Urgensi fungsi riset dari kampanye politik antara lain memperoleh simptom, mendiskripsikan situasi dan fenomena, menjelaskan mengapa sesuatu terjadi serta memprediksi kemungkinan yang akan terjadi. Dalam diskusi ini, Ibu Ike juga menjelaskan bahwa dalam kampanye politik ada 3 macam riset yaitu 1) Riset Formatif, dapat dilakukan sebelum kampanye 2) Riset Summative, dapat dilakukan setelah kampanye untuk melihat hasil 3) Riset Proses, dapat dilakukan selama proses kampanye berjalan. Upaya dalam menempuh riset ini antara lain upaya mandiri dengan menempatkan struktur departemen litbang, menggunakan lembaga riset independen, serta bekerjasama dengan Perguruan Tinggi. “Minat memilih dengan keputusan memilih merupakan hal yang berbeda oleh karena itu riset ini penting itu dilakukan agar kampanye itu berjalan efektif”, tambah Ibu Ike Devi.
0 comments:
Post a Comment