Teori
pengaruh komunikasi massa dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang
kelihatan berliku-liku dalam abad ini. Dari awalnya, para peneliti percaya pada
teori pengaruh komunikasi “peluru ajaib” (bullet theory) Individu-individu
dipercaya sebagai dipengaruhi langsung dan secara besar oleh pesan media,
karena media dianggap berkuasa dalam membentuk opini publik. Menurut model ini,
jika Anda melihat iklan Close Up maka setelah menonton iklan Close Up maka Anda
seharusnya mencoba Close Up saat menggosok gigi.
Kemudian
pada tahun 50-an, ketika aliran hipotesis dua langkah (two step flow) menjadi
populer, media pengaruh dianggap sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh yang
minimal. Misalnya iklan Close Up dipercaya tidak akan secara langsung
mempengaruhi banyak orang-orang untuk mencobanya. Kemudian dalam 1960-an,
berkembang wacana baru yang mendukung minimalnya pengaruh media massa, yaitu
bahwa pengaruh media massa juga ditengahi oleh variabel lain. Suatu kekuatan
dari iklan Close Up secara komersil atau tidak untuk mampu mempengaruhi
khalayak agar mengkonsumsinya, tergantung pada variabel lain. Sehingga pada
saat itu pengaruh media dianggap terbatas (limited-effects model).
Sekarang
setelah riset di tahun 1970-an dan 1980-an, banyak ilmuwan komunikasi sudah
kembali ke powerful-effects model, di mana media dianggap memiliki pengaruh
yang kuat, terutama media televisi.Ahli komunikasi massa yang sangat mendukung
keberadaan teori mengenai pengaruh kuat yang ditimbulkan oleh media massa
adalah Noelle-Neumann melalui pandangannya mengenai gelombang kebisuan.
Beberapa
kritik terhadap teori media massa
kritikan
thdp Teori peluru (bullet theory):
-
teori ini beranggapan bahwa manusia seperti kotak kosong yang bisa dimasuki apa
saja dari terpaan media, dengan mengesampingkan hal-hal lain, seperti;
gangguan/noise ketika pemirsa menerima pesan dari media massa
-
persepsi manusia terhadap pesan yang diterimanya sangat bergantung terhadap
pengalaman masa lalu nya dan kecerdasan intelektualnya
-
teori ini bertentangan dengan teori humanistik yang asumsi nya adalah manusia
bukanlah robot yang bisa dipengaruhi begitu saja
0 comments:
Post a Comment