Studi riset media elektronik
terbagi dalam dua kategori utama: riset rating dan riset nonrating.
Riset Rating:
Ketika radio mulai populer pada
1920-an, dan para pengiklan mulai melihat potensinya untuk menarik pelanggan,
mereka menghadapi problem untuk mengukur jumlah audience. Berbeda dengan media
cetak, yang memiliki angka sirkulasi yang jelas, media elektronik tak punya
data penonton yang memadai, kecuali angka perkiraan. Surat sukarela dari
pendengar radio adalah sumber data pertama, namun sukarelawan jelas tidak
mewakili audience umum.
Dari sinilah, mulai dikenal studi
rating dengan pengambilan sample dari audience. Studi rating ini untuk
waktu-waktu mendatang masih akan terus digunakan, namun ada beberapa hal
mendasar yang perlu diketahui tentang sistem rating:
Rating hanyalah pendekatan atau
perkiraan dari ukuran jumlah audience. Rating ini tidak mengukur kualitas
program atau pendapat tentang program.
Rating tidak bisa dijadikan bahan
pegangan secara sama. Perusahaan pengukur rating yang berbeda bisa menghasilkan
angka rating yang berbeda, untuk pasar yang sama pada periode waktu yang sama.
Riset Non-Rating:
Meskipun audience rating adalah
data riset yang paling mencolok digunakan oleh media siaran, stasiun siaran,
rumah produksi, pengiklan dan konsultan siaran menggunakan juga berbagai
metodologi lain.
Riset Non-Rating memberikan
informasi tentang apa yang disukai dan tidak disukai oleh audience,
menganalisis berbagai jenis pemrograman, serta info demografi dan gaya hidup
audience, dan banyak lagi.
Semua informasi ini dimaksudkan
untuk membekali para pengambil keputusan di industri media dengan informasi,
yang dapat menghapus “pendekatan kira-kira.” Riset non-rating memang tidak bisa
memecahkan semua persoalan yang dihadapi pihak penyiaran, namun bisa digunakan
untuk mendukung pengambilan keputusan.
Program Testing:
Salah satu cara Riset Non-Rating
adalah Pengujian Program (program testing). Riset saat ini telah menjadi bagian
yang diterima dalam pengembangan dan produksi program serta iklan komersial.
Sudah menjadi praktik umum untuk menguji produksi ini di setiap tahapan
berikut.
Karena program yang besar dan
komersial biasanya sangat mahal, maka producer dan sutradara berminat untuk
mengumpulkan reaksi awal terhadap proyek yang direncanakan. Adalah konyol,
untuk menghabiskan banyak uang bagi proyek-proyek yang hanya akan menarik
sedikit audience.
Satu cara untuk mengumpulkan data
awal adalah membuat pernyataan pendek yang merangkum penjelasan tentang program
atau iklan komersial tertentu, dan menunjukkannya pada subjek. Subjek dimintai
opininya tentang gagasan program itu, serta apakah mereka berminat menontonnya
atau mau membeli produk berdasarkan informasi singkat tersebut. Hasilnya bisa
menjadi indikasi, apakah program atau komersial itu akan sukses atau tidak.
Jika di tingkat gagasan ini
diterima atau dianggap baik, dibuatlah suatu model atau simulasi. Perangkat
keras media ini sering disebut sebagai rough cuts, storyboards, photomatics,
animatics, atau executions. Rough cut adalah produksi yang sangat sederhana
(simplistik), biasanya menggunakan aktor amatir, dengan sedikit atau tanpa
editing sama sekali, dan perangkat set seadanya. Model lain adalah foto, gambar
atau scene yang dirancang untuk memberikan gagasan dasar dari program atau
komersial tersebut bagi siapa saja yang ingin melihatnya.
Rough cut itu diuji, dengan biaya
produksi yang tidak mahal. Pengujian ini memberi informasi tentang naskah
(script), karakterisasi, hubungan karakter, setting, pendekatan sinematik, dan
daya tarik keseluruhan. Tahapan ini umumnya tidak langsung bisa memberitahu
apanya yang salah, jika ternyata daya tariknya kurang, tapi paling tidak bisa
memberi indikasi jika ada sesuatu yang salah.
Tahapan berikut, ketika produk
akhir sudah jadi, riset pasca produksi (post-production research) bisa
dilakukan. Produk yang sudah selesai ini dites di teater mini, atau di pusat
perbelanjaan, di tempat tinggal subjek, atau lewat telepon (dalam hal iklan
radio).
Riset ini, misalnya, bisa
menyimpulkan bahwa ending suatu program tak bisa diterima audience, dan harus
diedit ulang atau pengambilan gambar ulang. Banyak problem yang tadinya tidak
terlihat selama proses produksi mungkin bisa diketahui pada riset pasca
produksi. Data ini biasanya memberikan data reaksi awal audience kepada
producer, untuk menyelesaikan tuntas atau menyelesaikan sebagian dari produk
itu.
0 comments:
Post a Comment