Judul : Komunikasi Profetik;
Konsep dan Pendekatan
Penulis : Iswandi Syahputra
Penerbit : Simbiosa Rekatama Media
Tahun Terbit : Pertama, Oktober 2007
Tebal : xx + 235 halaman
Masih belum mantapnya wacana etika dan pendekatan filsafat
dalam pengembangan ilmu komunikasi dewasa ini membuat studi
komunikasi mencemaskan kian mewabahnya “epidemi” dehumanisasi media dalam
perkembangan ilmu komunikasi. Siapa berani beri solusi?
Sejak era retorika Yunani Kuno hingga era komunikasi berbasis
teknologi mikro-elektromagnetik, pertumbuhan keilmuan komunikasi terus
mengundang takjub dan decak kagum. Ti bahari tug ka kiwari, masyarakat terus
dimanjakan pelbagai prestasi kemajuan di ranah teknologi komunikasi. Tetapi
kemudian, teknologi komunikasi modern harus menerima reaksi keras dari banyak
orang yang memunculkan analisa diskursus neokolonialisme industri media atas
fenomena praktik media yang dianggap menjurus pada dehumanisasi.
Dalam sejumlah penelitian tentang sosiologi media misalnya,
betapa praktik komunikasi massa lewat “si kotak ajaib” (miracle box) benama
televisi sangat berpengaruh pada degradasi kualitas manusia. Tayangan sadisme,
seks, program mistik yang berlebihan, serta iklan-iklan dan sinetron yang tidak
mendidik diracik sedemikian rupa menjadi semacam candu bagi masyarakat. Tentu
saja, gertak “kill your TV” penyair Afrizal Malna tak serta-merta membuat “abad
televisi” di Indonesia yang telah hadir dalam bentuk gigantik menjadi tiba-tiba
kehilangan penggemar.
Televisi tetap jadi primadona, tapi disaat yang sama
politik-bisnis di balik media terus memunculkan tayangan-tayangan canggih tanpa
pertimbangan baik dan buruknya bagi masyarakat. Fenomena itu telah
menggambarkan betapa industri media begitu ambisius mengabdi pasar pengiklan,
tanpa peduli pada pesan nilai-nilai profetik humanisasi, liberasi dan
transendensi yang sejatinya dipegang taguh media untuk perkembangan industri
media yang lebih bernilai positif dan etis.
Dalam konteks inilah, Iswandi Syahputra—seorang mantan
praktisi media—mengolah permenungan dan pengalamannya dan berupaya mengajukan
gagasan baru tentang konsep dan pendekatan komunikasi yang memanusiakan manusia
(humanisasi), membebaskan (liberasi) dan selalu berorientasi pada Tuhan
(transendensi). Inilah suatu kajian baru tentang komunikasi profetik,
komunikasi kenabian yang memberi porsi penting pada nilai dan etika. Dalam hal
ini, profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah untuk
mengangkat derajat kemanusiaan dan membawa manusia beriman pada Allah.
Komunikasi profetik yang diajukan dalam buku ini memang
merupakan istilah baru dalam khazanah ilmu komunikasi. Istilah ini buah dari
pengembangan dari konsep Ilmu Sosial Profetik (ISP) yang pernah keluar dari
gagasan Kuntowijoyo, seorang ilmuwan Islam yang terinspirasi juga oleh spirit
Prophetic Reality yang diusung Muhammad Iqbal dan Roger Geraudy. Dengan
menyebut ilmu-ilmu profetik (seperti halnya komunikasi profetik), kita hanya
mendapatkan substansinya, bukan bentuk. Ilmu profetik menemukan bentuknya dalam
wujud ilmu integralistik yang menyatukan wahyu Tuhan dan akal pikiran manusia
(Kuntowijoyo, 2005 : 103).
Dalam hal inilah, komunikasi profetik diajukan dalam kerangka
baru praktik ilmu komunikasi Islam yang memadukan konsepnya dengan kajian ilmu
komunikasi yang sudah berkembang sebelumnya. Ini bisa dibilang sebuah upaya
“suntikan imunisasi” bagi perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini, semacam
menerapkan prinsip-prinsip kaidah komunikasi kenabian terhadap dinamisnya ilmu
komunikasi yang berperan penting dalam kancah akselerasi perubahan sosial.
Lebih jauh, hal itu dapat menempatkan pengguna komunikasi, konsumen dan media
komunikasinya jadi memiliki ”imunitas” pertimbangan etis dalam pelbagai praktik
berkomunikasi.
Di dalam buku ini, dipaparkan juga perkembangan ilmu
komunikasi dalam perspektif historis dengan menggunakan pelbagai pendekatan,
termasuk sejarah perkembangan komunikasi di Indonesia; relasi antara ilmu,
agama dan media; pengertian keilmuan teoantroposentris sebagai metode keilmuan,
dan membincangkan teori kritis dalam konteks industri televisi; konseptualisasi
komunikasi profetik; public sphere dan komunkasi profetik; serta dakwah dalam
wacana.
Kehadiran buku ini diharapkan dapat membuktikan kontribusi
penting perspektif Islam dalam perkembangan ilmu komunikasi, dan sejauhmana
Islam lewat pelbagai praktik kenabian memberi solusi pada problematika
perkembangan “akhlak” dunia komunikasi media dewasa ini. Gagasan baru dalam
buku ini patut disambut gembira, tanpa lupa untuk tetap dikritisi, bahkan
diperdebatkan ulang. []
0 comments:
Post a Comment