Untuk mengenal ilmu komunikasi,
mari kita terlebih dahulu melakukan pelacakan terhadap ilmu yang menjadi esensi
dari manusia berkehidupan dan berhubungan dengan manusia lainnya.
Pengertian Teori dan Teori
Komunikasi
Wilbur Schramm dalam buku
“Introduction to Mass Communication Research” (Nafziger & White, 1972 : 10)
mendefinisikan teori sebagai :
“Suatu perangkat pernyataan yang
saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya
proposisi bisa dihasilkan yang dapat diuji secra alamiah, dan pada landasannya
dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku”.
(A set of related statements, at
high level of abstraction, from which propositions can be generated that are
testable by scientific measurements and on the basis of which predictions can
be made about behavior)
Dari definisi itu jelas bahwa
teori adalah hasil telaah dengan metode ilmiah. Mengenai metode ilmiah ini,
Alexis S Than dalam bukunya “Mass Communication Theoris and Research” (1981)
mengungkapkan bahwa yang dimaksudkan metode ilmiah adalah metode penyelidikan
atau metode pemaparan kebenaran yang menunjukkan ciri – ciri sebagai berikut :
a.Objektivitas (objectivity)
Metode ilimiah mencari fakta
dengan menganalisis informasi dari dunia nyata (real world), yaitu dunia di
luar si ilmuawan yang meneliti. Fakta dipilih bukan karena mendukung keinginan
si ilmuwan, tetapi karena dapat diuji secara berulang – ulang oleh peneliti
lain.
Objektivitas dapat dicapai paling
tidak dengan dua cara :
1.Empirisme (empirism)
2.Logika formal (formal logic)
Empirisme mensyaratkan suatu
kepercayaan atau proposisi harus diuji dalam dunia nyata yaitu dunia yang dapat
diindera (dilihat, dirasakan, diraba) atau dapat dialami.
Logika formal mengkaji kondisi -
kondisi di mana kepercayaan atau propossisi perlu mengikutinya dan karenanya
dapat ditarik kesimpulan dari proposisi – proposisi lainnya.
b.Berorientasikan masalah
(problem oriented)
Metode ilmiah akan dapat dimulai
hanya lkalau seorang peneliti mengakui adanya masalah, baik yang praktis maupun
yang teoritis, yang memerlukan keputusan. Maslah seringkali dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan : “mengapa.....?” ini dapat timbul dari rasa penasaran yang
sederhana saja, atau dari hasrat peneliti untuk menemukan keteraturan di antara
fakta atau pengamatan, sedemikian rupa, sehingga dapat mengerti lingkungannya
lebih baik. Menemukan pemecahan mengenai suatu masalah merupakan suatu metode
ilmiah yang penting.
c.Dipandu hipotesis (prolem
oriented)
Metode ilmiah dipandu oleh
hipotesis. Suatu hipotesis adalah keterangan atau keputusan yang diajukan
kepada masalah untuk memulai penelitian; hipotesis biasanya diformulasikan
dalam ungkapan atau pernyataan: Jika......., maka .....”. yang menyarankan
hubungan antara fakta dengan pengamatan. Apabila suatu pengamatan atau
observasi terbukti benar, maka pengamatan selanjutnya juga mesti benar.
Ciri hipotesis yang baik adalah
1)Relational (terpaut)
Hipotesis menunjukkan keterpautan
antara kondis dengan observasi. Keterpautan ini menyajikan atau keterangan bagi
masalah yang sedang diselidiki; seringkali dinyatakan dalam bentuk kausal (jika
begini, maka menjadi begitu). Penyebab (cause) kita sebut variabel bebas,
sedangkan akibat (effect) yang biasanya merupakan observasi yang kita coba
menerangkannya, sebagai variabel terikat.
2)Berdasarkan pengetahuan
terdahulu (based on previous knowledge)
Suatu hipotesis daripada sekedar
pemekiran atau dengan. Ia berdasarkan pengetahuan terdahulu mengenai masalah
yang dikaji, pada suatu penyaringan dan pemilihan fakta - fakta yang menyangkut
masalah. Pemecahan ditawarkan sebelum penelitian dimulai. Ini penting karena
dua alasan : pertama, ia mempersempit lingkup masalah dengan menetapkannya apa
yang dicoba untuk mengujinya; kedua, ia memberikan jaminan objektivitas.
3)Verifikasi objektif (objective
verication)
Seorang penelitian harus mampu
menguji hipotesis secara objektif. Melalui pengukuran dan observasi secara
empirik langsung dalam dunia nyata. Dengan harus menetapkan variabel -
variabelnya secra konsepsional dan secara operasional.
Definisi konsepsional adalah yang
biasa mengacu kepada definisi – definisi dalam makna sebagaimana tercantum
dalam kamus.
Definisi operasional menerangkan
secara rinci bagaimana variabel itu akan diukur atau diobservasi.
d.Berorientasikan teori (Theory
oriented)
Teori adalah seperangkat dalil
atau prinsip umum yang kait mengkait (hipotesis yang diuji berulangkali)
mengenai aspek – aspek suatu realitas. (Theory is a set of interrelated law or
general principles (hypotheses that have been repeatledly verifed) about some
aspect of reality).
Seorang awam yang menggunakan
“penginderaan umum” (commonsense) merasa puas akan pandangan terpilah – pilah
dari suatu realita. Seorang ilmuwan menaruh minat bukan kepada informasi yang
dipilah – pilah, melainkan kepada gambaran menyeluruh dari fakta – fakta
dihadapinya. Timbul pertanyaan kepada dirinya sendiri: “ bagaimana fakta –
fakta itu terpaut satu sama lain?” “ Bagaimana pengaruh perubahan suatu fakta
terhadap fakta lain?”
Apabila pertanyaan – pertanyaan
itu dijawab, maka suatu teori dapat diformulasikan.
e.Korektif mandiri (self –
corrective)
Ilmu menempatkan nilai – nilai
pada keraguan, pada pertanyaan mengenai asas – asas dan dalil – dalil yang
berlaku. Oleh karena asas – asas dibina hanya melalui pengujian secara berulang,
dimodifikasi sebgai fakta baru, ilmuawan beranggapan bahwa teori itu dinamis
dan berada dalam perubahan yang berkesinambungan secara tetap. Tidak ada dalil
yang final atau bebas dari pertanyaan.
Sifat korektif mandiri dari ilmu
menyebabkan perlunya bagi ilmuwan lain dalam bidang yang sama untuk menelitinya
secara mendalam. Hal itu bukan saja untuk menyebarkan penegtahuan baru yang
menjadi landasan bagi penyelidikan lain, tetapi juga memungkinkan penggunaan
prosedur yang sama dalam sistuasi yang berbeda. Dalam hal ini nilai tertentu
terletak pada publikasi atau diseminasi metode, tujuan, dan hasil penelitian
ilmiah.
Teori acapkali dibandingkan
disamakan dan dibedakan dengan model. Lawrence Kincaid mendefinisikan model
sebagi representasi atau wakil secara fisik atau simbolik dari suatu fenomena
konkret dalam istilah – istilah abstrak yang dapat diterapkan pada satu atau
lebih kasus dala waktu lebih dari satu kali.
Stephen W. Littlejohn dalam
bukunya “Human Communication” mengatakan bahwa istilah model dapat diterapkan
pada setiap gambaran simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan (1989).
Mengenai kaitan teori dengan
model, seorang ahli filsafat Abraham Kaplan memberikan pandangan, teori terdiri
dari dua jenis yang luas. Ada teori yang secara berkaitan dengan suatu subjek
tertentu, dan ada yang bersifat umum yang dapat diterapkan pada berbagai
bidang. Jenis teori yang terakhir merupakan perangkat lambang dan hubungan
logis di antara lambang – lambang yang dapat diterapkan melalui analogi
terhadap beberapa kejadian atau proses. Kaplan menganggapap teori jenis
terakhir sebagai suatu model. Jadi, bagi Kaplan, semua model adalah teori
(suatu jenis teori), tetapi tidak semua teori merupakan model.
Little john menegaskan teori
dalam pengertian yang paling luas sebagai penjelasan konseptual mengenai proses
komunikasi. Littlejohn menandaskan bahwa konsep adalah unsur pertama di antara
empat jenis unsur yang terdapat dalam teori. Konsep adalah abstraksi yang
menggeneralisasikan hal – hal yang khusus atau konkret yang disusun secara
sistematik dan logis dengan memadukan ciri – ciri dan fakta –fakta terkait.
Unsur kedua adalah keterpautan (relationsip), yaitu hubungan yang secara
fungsional ditentukan antara konsep – konsep: unsur ketiga penjelasan
(explanation) termasuk prediksi. Dan unsur keempat atau terakhir adalah
pernyataan nilai (value statement).
Teoritis Komunikasi
Gabriel Tarde yang menjadi hakim
di Perancis dan mendasarkan observasi sosiologinya pada perilaku manusia,
menampilkan teori imitasi, yakni bagaimana seseorang dipengaruhi oleh orang
lain yang berinteraksi sehari – hari.
Simmel adalah bapak psikologi
sosial, suatu studi pengaruh kelompok terhadap perilaku individual. Bukunya
berjudul “The Web of Group Affiliations” yang ditulis pada tahun 1992
memperkenalkan teori jaringan komunikasi (the theory of communication network)
yang meliputi orang – orang berinteraksi yang dihubungi pemahaman perubahan
perilaku manusia adalah kepada siapa seseorang terhubungan dengan tali
komunikasi.
John Dewey, Charles Horton
Cooley, Robert E Park, dan George Herbert Mead, menempatkan komunikasi sebagai
pusat konsepsi perilaku manusia. Dewey, Cooley, Park, dan Mead menekankan
pendekatan fenomenologis pada komunikasi manusia, menitikberatkan bahwa
subjektivitas individual ketika mempersepsi suatu pesan secara hakiki adalah
kualitas manusia. Komunikasi ini adalah bagaimana seseorang mengartikan
informasi, jadi bagaimana makna diberikan kepada suatu pesan, adalah aspek
fundamental dari proses komunikasi.
a.John Dewey
Pandangannya bahwa komunikasi
massa adalah sarana perubahan sosial. Dengan bekerjasama dengan mahasiswanya
yang cemerlang, Robert Park, Dewey mencoba memulainya dengan menerbitkan
semacam surat kabar, Thougt News, untuk melaporkan penemuan – penemuan mutakhir
ilmu sosial dan untuk membahas masalah – masalah sosial. Pemikiran Dewey
didasarkan pada revolusi Darwin, dan pada keyakinannya bahwa teknologi
komunikasi terbaru akan mampu menampilkan nilai – nilai komunitas dalam
masyarakat massa.
Dewasa ini Dewey terkenal karena
filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan yang menyatakan bahwa suatu idea akan
benar apabila dipraktekkan. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan kenyataan,
subjek dan objek.
b.Charles Horton Cooley
Cooley yang dilahirjan di Ann
Arbor, Michigan, belajar di Universitas Michigan (1864 – 1929) dan mengajar di
almamaternya selama hidupnya. Komunikasi antar pribadi dengan orang tua dan
teman karib dalam kelompok primer adalah landasan utama dari sosialisasi.
Dalam skema konseptualnya, cooley
menempatkan komunikasi pada pada nilai yang tinggi, suatu mekanisme dalam
formasi yang ia sebut the looking glass self yang penting. Ini berarti bahwa
interaksi dengan orang lain adalah bagaikan sejenis cermin yang membantu
berperan sebagai saran sosialisasi, dan dengan demikian menjadi tali yang
mengikat masyarakat. Dasar empiriknya yang utama bagi teori Cooley datang dari
introspeksinya sendiri dan dari pengamatannya bagaimana tumbuhnya kedua anaknya
yang masih kecil.
c.Robert E. Park
Park dianggap sebagai teorikus
komunikasi massa yang pertama. Park mungkin juga peneliti komunikasi yang
pertama. Baik empirisme ilmu komunikasi maupun keterkaitannya dengan perubahan
sosial, berasal dari pengaruh intelektual Robert E. Park yang sangat menonjol.
Setelah diwisuda di Michigan
tahun 1887, park menjadi wartawan, bekerja sebagai reporter suarat kabar selama
sebelas tahun di Mineapolis, Detroit, Chicago, dan New York. Dia juga mulai
menyelidiki jurnalisme yang menjadi srana perkasa dalam perubahan sosial di
Amerika. Park mendefinisikan komunikasi sebagai komunikasi proses sosial
psikologis dengan mana seseorang mampu menerima sikap dan pandangan orang lain.
Konsepsi komunikasi Park menunjukkan bahwa dua orang atau lebih dapat bertukar
informasi masing – masing memberikan makna yang berbeda pada informasinya yang
diterima.
d.George Herbert mead
Mead (1863-1931) mempelajari
filsafat paragmatik bersama William James di Universitas Harvard. Komunikasi
manusia sebagai agen sosialisasi yang fundamental. Teori Mead menyatakan bahwa
individu-individu menyadari dirinya melalui interaksi dengan orang lain, yang
berkomunikasi dengannya.
Mead menegaskan bahwa diri (the
self) mulai berkembang pada seoarang anak di saat seorang individu belajar
memerankan orang lain belajar mengintimidasi peranan orang lain, dan
mengantisipasi tanggapan mereka terhadap aktivitas seseorang. Mead menciptakan
konsep yang dinamakannya generalized ohter dengan diterjemahkan aku terdiri
dari segala sikap terhadap orang – orang lain dengan siapa seseorang
berinteraksi. “Me” adalah suatu perspektif individual tentang bagaimana orang –
orang lain melihat dia.
TEORI – TEORI KOMUNIKASI PADA
TAHAP AWAL
1.Lasswell’s Model (Model
Lasswell)
Lasswell menyatakan bahwa cara
yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan :
Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Apa
Melalui Saluran Apa Kepada Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban bagi
pertanyaan paradigmatik (paradigmatic Question) Lasswell itu merupakan unsur –
unsur proses komunikasi, yaitu communicator (komunikator), Message (Pesan),
Media (Media), Receiver (komunikan/Penerima), dan Effect (efek).
Adapun fungsi komunikasi menurut
Lasswell adalah sebagai berikut :
a.The Surveilance of the
invironment (pengamatan lingkungan)
b.The correlation of the parts of
sos\ciety in responding to the environment (korelasi kelompok – kelompok ketika
menanggapi lingkungan)
c.The transmission of the social
heritage from one generation to the next (tranmisis warisan sosial dari
generasi yang satu ke generasi yang lain)
Yang dimaksud dengan surveillnace
oleh Lasswell adalah kegiatan mengumpulan dan menyebarkan informasi mengenai
peristiwa – peristiwa dalam suatu lingkungan.
2.S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R sebagai singkatan
Stumulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Menurut
stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian
antara pesan dan reaksi komunikan.
Jadi unsur – unsur dalam model
ini adalah :
a.Pesan (Stimulus, S)
b.Komunikan (Organism, O)
c.Efek (Response, R)
Dalam proses komunikasi berkenan
dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how
to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah
sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah,
hanya jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula.
Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya
“sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland,
Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga
variabel penting, yaitu :
a.Perhatian
b.Pengertian
c.Penerima
TEORI S – O – R
Perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu.
Stimulus atau pesan yang
disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi
akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti, kkemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesedian untuk
mengubah sikap.
3.S-M-C-R Model (Model S-M-C-R)
Rumus S-M-C-R adalah singkatan
dari istilah – istilah : S singkatan dari Source yang berarti sumber atau
komunikator; M Singkatan dari Message yang berarti pesan ; C singkatan dari
Channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari Receiver
yang berarti penerima atau komunikan.
Khusus mengenai istilah Channel
yang disingkat C pada rumus S-M-C-R itu berarti saluran atau media, komponen
tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua pengertain, yakni primer dan
sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambang, misalnya bahasa, kial
(gesture), gambar atau warna, yaitu lambang – lambang yang dipergunakan khusus
dalam komunikasi tatap muka (face-to-face communication), sedangkan media
sekunder adalah media yang berwujud, baik media massa, misalnya surat kabar,
televisi atau radio, maupun media nirmassa, misalnya surat, telepon, atau
poster. Jadi, komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu
media saja, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bermedia seorang
komunikator, misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan dua media,
yakni media primer dan media sekunde, jelasnya bahasa dan sarana yang ia
operasikan.
4.The Mathematical Theory of
Communication (Teori Matematikal Komunikasi)
Teori matematikal ini acapkali
disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena komunikasi manusia yang uncul
pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Claude E. Shannon dan Warren
Eaver. Komunikasi dipergunakan “ dalam pengertian yang amat luas yang mencakup
semua prosedur di mana pikiran seseorang mempengaruhi pikiran orang lain” (very
broad sense to incluce all of the procedures by which on may affect another).
Model matematical dari Shannon
dan weaver itu menggambarkan komunikasi sebagai proses linear.
Teori ini menunjukkan sumber
informasi (information source) memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan.
Pesan tersebut dapat terdiri dari kata – kata lisan atau tulisan, musik,
gambar, dan lain – lain. Pemancar (tranmitter) mengubah pesan mejadi isyarat
(signal) yang sesuai bagi saluran yang dipergunakan. Saluran (channel) adalah
media yang menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima. Dalam percakapan
sumber cinformasi adalah benak (brain), pemancar adalah mekanisme suara yang
menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah udara.
Penerima *receiver) melakukan
kebalikan operasi yang dilaksankan pemancar, yakni merekonstruksi pesan dari
isyarat. Tujuan (destination) adalah orang benda kepada siapa atau kepada apa
pesan ditujukan.
5. The Osgood and Schramm
Circular Model ( Model sirkular Osgood dan Schramm)
Model Osgood dan Schramm dinilai
sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi.Perbedaan lainya ilah apabila
Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang
menghubungkan pengirim (sender) dan penerima (receiver) aatu dengan perkataan
lain komunikator dan komunikan , Schramm dan Osgoog menitikberatkan
pembahasannya pada pelaku – pelaku utama dalam proses komunikasi.
Shannon dan Weaver membedakan
source dengan transmitter dan antara receiver dengan distination. Dengan kata
lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmitting) pada sisi
penerimaan (receiving) dari proses.
6.Dance Helical Model ( Model
Helical Dance )
Model komunikasi helikal ini
didapat dikaji sebagi pengembangan dari model sirkular dari Osgood dan Schramm.
Dance mengatakan bahwa dewasa ini kebanyakan orang menggaggap bahwa pendekatan
sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses komunikasi.
Heliks (helix), yakni suatu
bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan bahwa dewasa ini kebanykan
orang menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling tepat dalam
menjelaskan proses komunikasi.(lhat gambar 4)
Proses komunikasi, seperti halnya
semua proses sosial, terdiri dari unsur – unsur, hubungan – hubungan, dan
lingkungan – lingkunganyang terus menerus.
7.Newcomb` ABX Model ( Model ABX
Newcomb )
Model ini mengingatkan kepada
diagram jaringan kelompok kerja yang dibuat para psikolog sosial dan merupakan
awal formulasi konistensi kognitif. Dalam bentuk yang paling sederhana dari
kegiatan komunikasi, seseorang, A, menyampaikan informasi kepada orang lain, B,
mengenai sesuatu, X. Model tersebut menyatakan bahwa orientasi A (sikap)
terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung, dan ketiganya membentuk
suatu sistem yang meliputi empat orientasi.
a.Orientasi A terhadap X termasuk
sikap baik terhadap X sebagai objek untuk didekati atau dihindarkan maupun
terhadap ciri – ciri kognitif.
b.Orientasi A terhadap B, dalam
pengertian yang benar – benar sama (untuk tujuan menghidarkan istilah – istilah
yang membingunkan, Newcomb menyebutkan atraksi yang positif dan negatif
terhadap A artau C sebagai orang – orang dengan sikap – sikap yang
menyenangkandan tidak menyenangkan terhadap X).
c.Orientasi B terhadap X
d.Orientasi B terhadap A
Pada model Newcomb ini komunikasi
merupakan cara yang biasa dan efektif di mana orang – orang mengrientasi
dirinya terhadap lingkungan 9Severin dan Tankard, 1992).
Teorinya itu menyangkut kasus dua
orang yang mempunyai sikap senang atau tidak senang terhadap masing – masing
dan terhadap onbjek eksternal, maka akan tibul hubungan seimbang (jika dua
orang saling menyenangi dan juga menyenangi suatu objek) dan juga terjadi tak
seimbang (kalau dua orang saling menyenangi, tetapi yang satu menyenagi objek,
dan yang lain tidak). Selanjutnya apabila terjadi keseimbangan, setiap peserta
akan menghadang perubahan, dan manakala jadi ketidakseimbangan berbagai upaya
akan dilakukan untuk memulihkan keseimbangan kognitif. (McQual dan Windahl,
1984).
8.The Theory of Cognitive
Dissonnance ( Theori Disonansi kognitif )
Istilah disonasi kognitif dari
teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini berarti ketidaksesuaian anata
kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang.
Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mencari dalih untuk mengurangi
disonansinya itu.
Pada umumnya orang berperilaku
ajeg atau konsisten dengan apa yang diketahui. tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa sering pula seseorang berperilaku tidak konsisten seperti itu. Leon
Festinger menyajikan contoh seorang pemuda yang sedang berkencan. Ketika ia
asyik berkencan dengan segala kegairahannya, ia sadar bahwa uang yang ada di
kantungnya tidak memadai dengan perbuatannya terhadap pacarnya itu. Keterpautan
perilaku dengan perbuatannya mengenai situasi keuangannya itu dinamakan
disonasi.
Jelaslah bahwa jika orang itu
menerima komunikasi tersebut akan meningkatkan disonasi antara kepercayaan
dengan perilaku. Jadi komunikasi persuasif akan sangat efektif, apabila
mengurangi disonasi, dan tidak efektif jika meningkatkan disonasi.
9.Inocculation Theory ( Teori
inokulasi )
Orang yang tidak memiliki
informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut,
maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk, oleh karena itu ia
tidak siap untuk menolak argumentasi si persuader atau pembujuk. Suatu cara
untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah “menyuntiknya” dengan
argementasi balasan (counterarguments).
Teori inokulasi menyatakan bahwa
lebih baik mempersenjatai terbujuk (persuadee) dengan counterarguments daripada
membiarkan tidak siap menyangkal perspektif lawan.
10. The Bullet Theory of
Communication ( teori Peluru )
Teori peluru ini merupakan konsep
awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para teorisi komunikasi tahun
1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory.
Wilbur Schramm pada tahun 1950-an
itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan perlu komunikasi
yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya.
Tahun 1970-an Schramm meminta
kepada para peminatnya agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak ada,
sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.
Pernyataan Schramm tentang
pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer.
Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi , mereka
tidak jatuh terjerembab. Kadang – kadang peluru itu tidak menembus. Adakala
pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak. Seringkali pula
khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk ditembak.
Raymond Bauer menyatakan bahwa
khalayak sasaran tidak pasif. Mereka bandel (stubborn). Secara aktif mereka
mencari yang diinginkan dari media massa. Jika menemukannya, lalu melakukan
interpretasi sesuai dengan predisposisi dan kebutuhannya. Limited effect model
atau efek terbatas. Hovland mengatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam
menyebarkan informasi, tetapi tidak dalam mengubah perilaku.
C.TEORI – TEORI KOMUNIKASI PADA
TAHAP SELANJUTNYA
1.Four Theories of the Press
(Empat Teori Pers)
Fred S. Siebert, Theodore
Peterson dan Wibur Scramm pada tahun 1956 menerbitkan sebuah buku berjudul
“Four Theories Of the Press”. Buku tersebut mengupas empat buah sistem pers
yang berlaku di berbagai negara didunia, yaitu masing- masing Authoritarian
Theory, Libertarian Theory, Soviet Communist Theory, dan Social Responsibility
Theory.
a.Authoritarian theory (teori
otoriter)
Teori otoriter yang acap kali
disebut pula sistem otoriter berkaitan erat dengan sistem pengawasan terhadap
media massa yang daya pengaruhnya dinilai amat kuat, sehingga pers dijuluki the
fourth estate (kekuasaan keempat) dan radio siaran dijuluki the fifth estate
(kekuasaan kelima) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, masing
– masing diakui sebagai kekuasaan pertama, kedua dan ketiga.
Menurut Fred S. Siebert teori
ptoriter menyatakan bahwa hubungan antara media massa dengan masyarakat
ditentukan oleh asumsi – asumsi filsafati yang mendasar tentang manusia dan
negara. Dalam hal ini tercakup : (1) sifat manusia, (2) sifat masyarakat, (3)
hubungan antara manusia dengan negara, dan (4) masalah filsafati yang mendasar,
sifat pengetahuan dan sifat kebenaran.
Teori toriter mengenai fungsi dan
tujuan masyarakat mnerima dalil – dalil yang menyatakan bahwa pertama – tama
seseorang hanya dapat mencapai kemampuan secara penuh jika ia menjadi anggota
masyarakat. Sebagai individu lingkup kegiatannya benar- benar terbatas, tetapi
sebagai anggota masyarakat kemampuannya untuk mencapai suatu tujuan dapat
ditingkatkan tanpa batas. Atas dasar asumsi inilah, kelompok lebih penting
daripada individu, karena hanya melalui kelompok seseorang dapat mencapai
tujuannya.
Teori tersebut mengembangkan
proposisi bahwa negara sebagai organisasi kelompik dalm tingkat paling tinggi
telah menggantikan individu dalam hubungannya dengan derajat nilai, karena tanpa
negara seseorang tak berdaya untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia
beradab. Kebergantungan seseorang pada negara untuk mencapai peradapan telah
menjadi unsur utama bagi sistem otoriter.
b.Libertarian theory (teori
liberal)
Teori Otoriter, teori Liberal
juga dikemukakan oleh Fred S, Siebert. Ditegaskan olehnya bahwa untuk memahami
prinsip – prinsip pemerinatah demokratik. Manusia menurut paham liberalisme
adalah hewan berbudi pekerti dan merupakan tujuan bagi dirinya sendiri.
Kebahagian dan kesejahteraan seseorang adalah tujuan masyarakat ; dan manusia
sebagai organisme berpikir mapu mengorganisasikan dunia sekelilingnya dan mampu
membuat keputusan – keputusan untuk memajukan kepentingannya.
Bagi kehidupan pers abad 18
merupakan abad yang penting dalam hubungannya dengan paham liberali itu. Pada
abad tersebut terdapat dua hal yang penting, yakni pertama, perihal fitnah yang
mengandung hasutan; dan kedua, perihal hak pers untuk memberitakan
kebijaksanaan pemerintah.
Perjuangan untuk mengakui prinsip
– prinsip liberal yang mempengaruhi pers itu, mencapai puncaknya dengan
diformulasikan dan diterimanya Bill of Rights yang, mencakup peraturan –
peraturan yang menetapkan kebebasan pers, mesti tidak tegas sehingga
menimbulkan berbagai interpretasi. Dari sejumlah butir yang mencakup oleh Bill
of Right itu, hanya satu butir yang tampaknya diterima tanpa interpretasi,
yakni bahwa kebebasan pers tidak mutlak, melainkan dapat dikenakan pembatsan
yang bagaimana yang dapat dikenakan pembatasan; tetapi pembatasan yang
bagaimana yang dapat dikenakan kepada pers, dalam liberalisme menjadi
permasalahan.
Fungsi pers menurut teori liberal
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.Mengabdi kepada sistem politik
dengan menyajikan informasi, diskusi dan dapat mengenai peristiwa umum;
b.Menyebarkan penerangan kepada
khalayak agar agar mampu berperintahan sendiri;
c.Mengawal hak – hak asasi
pribadi dengan mengabdi kepadanya sebagai penjaga menghadapi pemerintah;
d.Mengabdi kepada sistem ekonomi,
terutama dengan jalan mempersatukan para pembeli dan penjual barang dan jasa
melalui media periklanan;
e.Menyajikan hiburan;
f.Mengusahakan dana bagi
kebutuhan sendiri sehingga bebas dari tekanan pihak yang berkepentingan.
Teori liberal menitikberatkan
superioritasnya pada prinsip kebebasan perorangan, penilaian dan aksioma bahwa
kebenaran, jika diberi kebebesan, akan muncul sebagai pemenang dalam setiap
perjuangan. Slogannya adalah proses tegakkam diri (selfrighting process) dan
wahana pertukaran gagasan (market plece of ideas). Ia telah menjadi bagaina
integral dari jajaran demokrasi yang telah menghasilkan kemajuan yang
menakjubkan bagi kesejahteraan umum manusia.
c.Soviet Communist Theory (Teori
Komunis Soviet)
Teori ini dikupas oleh Wilbur
Schramm yang berarti seperti dikatakan tadi terdapat dalam buku yang sama.
Yakni “Four Theories of the Press).
Schramm dalam kupasannya itu
mencoba menyelurusi dari akarnya, yakni pemikiran Karl Marx melalui pertumbuhan
di zaman Lenin dan Stalin.
Schramm mengatakan bahwa kondisi
hidup yang bersifat material terutama cara manusia mengelola hidupnya dan jenis
kehidupan yang ia kelola menentukan idea manusia. Dengan lain perkataan,
ekonomi, sistem kekeuatan produktif, dan hubungan produktif merupakan faktor
sentral bagi kehidupan manusia, suatu fakta yang menentukan sifat kehidupan
masyarakat.
Ia berpendapat bahwa pengawasan
tehadap media massa harus berpijak pada mereka yang memiliki fasilitas; sarana
percetakan, stasiun siaran, dan lain – lain. Selama kelas kapitalis mengawasi
fasilitas fisk ini, kelas burus harus mempunyai sarana komunikasi sendiri.
Demikian pula kaum buruh harus mempunyai sarana kebebasan pers yang sebenarnya
tidak akan ada kecuali dalam masyarakat tanpa kelas, di mana kelas kerja telah
merebut perlengkapan komunikasi dan tidak takut lagi akan pengawasan para
pemilik berjuis.
Konsep kebebasan pers di Unu
Soviet adalah kebebasan negatif, yakni kebebasan dari, sedangkan konsep
kebebasan pada sistem tanggung jawab sosial adalah kebebasan untuk jika
dikatakan bahwa pers/media massa di Uni Soviet itu bebas, bukan bebas untuk
menyartakan pendapat, melainkan bebas dari kapitalisme, indualisme, borjuis dan
anarki.
d.Sosial Responsibility Theory (
Teori Tanggung Jawab Sosial)
Teori tanggung jawab sosial yang
dibahas dalam buku “Four Theories of the Press” oleh Theodore Peterson. Bahwa
kebebasan dan kewajiban berlangsung secara beriiringan, dan pers yang menikmati
kedudukan dalam pemerintahan yang demokratis. Berkewajiban untuk bertanggung
jawab kepada masyarakat dalam melaksankan fungs - fungsi tertentu yang hakiki.
Dikembangkannya Teori tanggung
jawab Sosial adalah sebagai akibat dari kritik – kritik yang tajam dan gencar
terhadap kegiatan pers, terutama pada abad 20. Sebagai tanggapan terhadap
kritik – kritik yang dianggap amat berarti bagi kehidupan negara, masyarakat
dan pres itu sendiri, maka dibentuklah Commission on Freedom of the Press.
Komisi Kemerdekaan Pers itu telah dirumuskan lima persyaratan pers yang menurut
analisis Theodore Peterson adalah sebagai berikut :
Syarat pertama, memberitakan
peristiwa – peristiwa sehari – hari yang benar, lengkap dan berpekerti dalam
konteks yang mengandung makna.
Syarat Kedua, memberikan
pelayanan sebagai forum untuk saling tukar komentar dan kritik.
Syarat ketiga, memproyeksikan
gambaran yang mewakili kelompok inti dalam masyarakat.
Syarat kelima, bertanggung jawab
atas penyajian disertai penjelasan mengenai tujuan dan nilai – nilai
masyarakat.
Syarat kelima, mengupayakan akses
sepenuhnya pada peristiwa – peristiwa sehari – hari.
1. Teori Liberal dilahirkan dari
konsep kemerdekaan negatif, yang secara gamblang dapat didefinisikan sebagai
kebebasan diri, dan secara lebih tegas lagi kebebasan dari pengenkangan
eksternal; sedangkan Teori Tanggung jawab sosial berpijak pada konsep
kemerdekaan positif, yakni kebebesan untuk, yang menghendaki menjadi sarana
untuk mencapai tujuan yang dinginkan.
2.Individual Difference Theory
(Teori Perbedaan Individual)
Nama teori yang diketengahkan
oleh Melvin D. Defleur ini lengkanya adalah “Individual Difference Theory of
Mass Communication Effect”. Jadi teori ini menelaah perbedaan – perbedaan di
antara individu – individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa
sehingga menimbulkan efek tertentu.
Anggapan dasar dari teori ini
ialah bahwa manusia amat bervariasi dal organisasi psikologisnya secara
pribadi. Manusia yang dibesarkan dalam lingkung yang dipelajarinya itu, mereka
mengehendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan
psikologisnya masing – masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.
Teori perbedaan individual ini
mengandung rangsangan – rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang
berbeda dengan watak – watak perorangan anggota khalayak.
3.Social Categories Theory (Teori
Kategori Sosial)
Teori Kategori Sosial menyatakan
adanya perkumpulan – perkumpulan, kebersamaan – kebersamaan atau kategori –
ketegori sosial pada masyarakat urban – industrial yang perilakunya ketika
diterpa perangsang – perangsang tertentu hampir – hampir dibaca kaum wanita.
Asumsi dasar, meskipun masyarakat
modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah cir yang sama akan
mempunyai pola hidup tradisional yang sama. Persamaan gaya, orientasi dan
perilaku akan berkaitan dengan suatu gejala seperti pada media massa dalam
perilaku yang seragam. Anggota – anggota dari suatu kategori tertentu akan
memilih pesan komunikasi yang kira – kira sama, dan menanggapinya dengan cara
yang hampir sama pula.
4.Social Relationships Theory
(Teori Hubungan Sosial)
Teori yang diketengahkan juga
oleh Melvin DeFleur ini menunjukkan bahwa hubungan sosial secara informal
berperan penting dalam mengubah perilaku seseorang diterpa pesan komunikasi
massa.
Suatu penelitian menemukan adanya
semacam kegiatan informasi melalui dua tahapan dasar. Pertama, informasi
bergerak dari media kepada orang – orang yang secara relatif banyak
pengetahuannya; Kedua, informasi bergerak dari orang – orang itu melalui
saluran antarpribadi mereka yang kurang diterpa media dan banyak tergantung
pada orang lain mengenai suatu informasi. Situasi komunikasi seperti ini
dikenal sebagai arus komunikasi dua tahap (two step flow of communication)
Orang yang sering terlbat dalam
komunikasi dengan media massa itu disebut pemuka pendapat sebagai terjemahan
dari opinion leader, karena segera dijumpai bahwa berperan penting dalam
membantu pembentuknan pengumpulan suara dalam rangka pemilihan umum. Mereka
tidak hanya meneruskan informasi, tetapi juga interpretasi terhadap pesan
komunikasi yang mereka terima. Sejenis pengarus pribadi ini segera diakui
sebagi arus komunikasi dua tahap (two step flow of communication)
Orang yang sering terlibat dalam
komunikasi dengan media massa itu disebut pemuka pendapat sebagai terjemahan
dari opinion leader. Mereka itu hanya meneruskan informasi, tetapi juga
interpretasikan terhadap pesan komunikasi yang mereka teriam. Sejenis pengaruh
pribadi (personal influence) ini segera diakui sebagai mekanisme massa (kampanye)
dengan tanggapan (perilaku pemilihan) terhadap pesan itu.
5.Cultural Norms Theory (Teori
Norma Budaya)
Teori Norma Budaya menurut Melvin
DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyanjiannya yang seletif
dan penekanannya pada tema – tema tertentu, menciptakan kesan – kesan pada
khalayak di mana norma – norma budaya mengenai suatu hal tertentu, maka media
komunikasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku.
Tiga cara di mana media secara
potensial mempengaruhi situasi dan norma bagi individu – individu.
Pertama, pesan komunikasi massa
akan memperkuat pola – pola yang sedang berlaku dan memandu khalayak untuk
percaya bahwa suatu bentuk sosial tertentu tengah dibina oleh masyarakat.
Kedua, media komunikasi dapat
menciptakan keyakinan baru mengenai hal – hal khalayak sedikit banyak telah
memiliki pengalaman sebelumnya.
Ketiga, komunikasi massa dapat
mengubah norma – norma yang tengah berlaku dan karenanya mengubah khlayak dari
suatu bentuk perilaku yang lain.
Contoh lain yang berkaitan dengan
Teori Norma Budaya ini adalah masalah prasangka ras di Ameriak, dimana orang
kulit putih memandang orang Negro manusia kotor dan jorok, sehingga yang layak
bagi mereka hanyalah pekerjaan sebagai pelayanan, tukang membersihkan sepatu,
buruh ladang, bahkan sebagai narapidana.
6.Social Learning Theory (Teori
Belajat Secara Sosial)
Social Learning Theori yang
ditampilkan oleh Albert Bandura ini mengkaji proses belajar melalui media massa
sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradiosional.
Teori belajar secara tradisional
menyatakan bahwa belajar terjadi dengan cara menunjukkan tanggapan dan
mengalami efek – efek yang timbul. Penentu utama dalam belajar adalah
peneguhan, dimana tanggapan akan diulangi jika organisme mendapat hukuman atau
bila tanggapan tidak memimpinnya ke tujuan yang dikendaki. Jadi, perilaku
diatur secara eksternal oleh stimulasi yang ditimbulkan oleh kondisi – kondisi
peneguhan.
Dua alasan yang relevan dengan
diskusi media massa adalah sebagai berikut :
Pertama, dalam bentuk yang paling
radikal teori belajar tersebut merendahkan manusia menjadi robot yang secra
total dikontrol oleh lingkungan. Teori belajar yang sifatnya radikal itu
menggangap adanya kemungkinan pengaruh – pengaruh motif dabn kognisi dari
organisme terhadap belajar karena prosesnya tidak dapat diatasi secara
langsung. Jadi belajar merupakan proses yang mekanistik. Tanggapan – tanggapan
dipelajari secara otomatik dan tanpa disadari.
Kedua, behaviorisme radikal hanya
dapat menerangkan sebagian kecil dari perilaku kita setiap hari. Sejak teori
ini menyatakan bahwa hanya bisa terjadi melalui “coba dan salah (trial and
error) mengenai pengalaman langsung, banyak perilaku yang kita pelajari tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Kebanyakan kencendrungan tanggapan kita dipelajari
pertama – tama bukan hasil pengalaman nyata secara langsung, melainkan hasil
pengamatan terhadap oarang lain. Pengamatan ini bisa langsung, misalnya
melaksankan perilaku secara nyata, atau tak langsung seperti ketika mengamati
perilaku yang ditunjukkan oleh media massa (Tan, 1981 : 204).
Titik permulaan dari proses
belajar adalah peristiwa yang bisa diamati, baik langsung oleh seseorang.
Perilaku nyata dipelajari dari observasi perlaku tersebut, sedangkan siakap,
nilai, pertimbangan moral, dan persepsi terhadap kenyataan sosial dipelajari
melalui abstract modelling
Albert Bandura menyatakan bahwa
social learning theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang
utama di samping keluarga, guru disekolah, dan sahabat karib.
Dalam belajar secara sosial
langkah pertama adalah perhatian (attention) kepada suatu peristiwa. Perhatian
kepada suatu peristiwa ditentukan oleh kateristik peristiwa itu (atau
rangsangan yang dimodelkan) dan kateristik si pengamat. Peristiwa yang jelas
dan sedehana akan mudah menarik perhatian dan karenanya mudah dimodelkan.
Pada langkah kedua, yakni proses
retensi tadi, peristiwa yang menarik dimaksukkan ke dalam benak dalam bentuk
lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan (memory)
Pada langkah ketiga, motor
reproduction process, hasil ingatan tadi akan meningkat menjadi bentuk
perilaku. Kemampuan kognitif dan kemampuan motorik pada langkah ini berperan
penting. Reproduksi yang sesama biasanya merupakan produk “trial and error” di
mana umpan balik turut mempengaruhi.
\Langkah terakhir, memotivasi
process, menunjukkan bahwa perilaku akan terwujud apabila terdapat nilai
peneguhan. Peneguhan dapat berbentuk ganjaran eksternal, pengamatan yang
menunjukkan bahwa bagi orang lain ganjaran disebabkan perilaku yang sama, serta
ganjaran internal, misalnya rasa puas diri. (Bandura : 209 – 210)
7.Diffusion Of Innovation Model
(Model Difusi Inovasi)
Model difusi inovasi akhir –
akhir ini banyak digunkan sebagi pendekatan dalam komunikasi pembangunan.
Rogers mendefinisikan difusi
sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu
dalam jangka waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem. (the process by
which an innovation is communicated througt certain channels overtime among the
members of a social system). Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang
berkaitan dengan penyebaran pesan – pesan sebagi ide baru. Sedangkan komunikasi
didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling
pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam isi
pesan itu terdapat ketermasaan (newness) yang memberikan kepada difusi ciri
khusus yang menyangkut ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian adalah
suatu derajat dimana sejumlah alternatif dirasakannya berkaitan dengan suatu
peristiwa berserta kemungkinan – kemungkinan palternatif tersebut. Derajat
ketidakpastian oleh seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh.
Unsur – unsur difusi ide adalah
(1) inovasi, (2) yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, (3) dalam
jangka waktu tertentu, (4) diantara para anggota suatu sistem sosial, Inovasi
adalah suatu ide, kaya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang.
Relative advantange adalah suatu
derajat dengan mana inovasi dirasakan lebih baik daripada ide lain yang
menggantikannya. Derajat keuntungan relatif tersebut dapat diukur secra
ekonomis, tetapi faktor prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan juga merupakan
unsur penting.
- Compatibility adalah suatu
derajat dengan mana inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai – nilai
yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi.
- Complexity adalah mutu derajat
dengan mana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan.
- Triability adalah mutu derajat
dengan mana inovasi dapat dieksprementasikan pada landasan yang terbatas.
- Observabiliti adalah suatu
derajat dengan mana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.
Rogers menyatakan bahwa media
massa lebih efektif untuk menciptakan pengetahuan tentang inovasi, sedangkan
saluran antarpribadi lebih efektif dalam pembentukan dan percobaan sikap
terhadap ide baru, jadi dalam upaya mempengaruhi keputusan untuk melakukan
adopsi atau menolak ide baru. Aspek lain dalam kegiatan difusi adalah haterophily
dan homophiliy.
Mengenai waktu sebagai salah satu
unsur utama dari difusi ide baru itu meliputu tiga hal, yakni sebagai berikut :
1)Innovations-decision process
(proses inovasi keputusan)
2)Innovativeness (keinovatifan)
3)Innovation’s rate of adoption
(tingkat inovasi dari adopsi)
Innovtion decision process adalah
proses mental di mana seseorang berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu
inovasi kepembentukan sikap terhadap inovasi, ke keputusan menerima atau
menolak, kepelaksanaan idea baru, dan kepeneguhan keputusan itu.
Ada lima langkah baru
dikonseptualisasikan dalam proses ini, yakni :
a.knowlegde (pengetahuan)
b.persuasion (persuasi)
c.decision (keputusan)
d.implementation (pelaksanaan)
e.comfirmation (peneguhan)
Dalam prosess inovasi keputusan
ini seseorang mencari informasi dalam beberapa langkah untuk mengurangu
ketidakpastian mengenai inovasi. Pada langkah pengetahuan seseorang menerima
informasi yang melekat pada inovasi teknologis; dia ingin mengetahui inovasi
apa itu dan bagaimana kerjanya. Tetepi pada langkah persuasi dan keputusan,
sesorang mencari informasi tebtang penilaian inovasi untuk mengurangi
ketidakpastian mengenai konsekuensi yang diharapkan dari inovasi itu. Langkah
keputusan membawanya ke penerimaan (adopsi), keputusan untuk memanfaatkan
inovasi itu sepenuhnya, atau ke penolakan, keputusan untuk menolak inovasi
tersebut.
Innovativeness adalah derajat
dengan nama seseorang relatif lebih dini dalam mengadopsi ide – ide ketimbang
anggota – anggota lain dalam suatu sistem sosial. Pengadopsi tersebut diketegorikan
sebagi berikut :
(1)inovator (inovator)
(2)early adopters (pengadopsi
dini)
(3)early majority (mayoritas
dini)
(4)late majority (mayoritas
terlambat)
(5)laggard (orang belakang)
Rate of adoption adalah kecepatan
relatif dengan nama suatu inovasi diadopsi anggota – anggota suatu sistem
sosial.
Rate of adoption atau tingkat
adopsi biasanya diukur dengan waktu yang diperlukan untuk persentase tertentu
dari para anggota sistem untuk mengadopsi suatu inovasi. Yang dimasudkan sistem
sosial adalah tatanan kesatuan yang berhubungan satu sama lain dalm upaya
pemecahan masalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu. (Rogers, 1938: 36 –
37)
8.Agenda Setting Model (Model
Penataan Agenda)
Agenda setting model untuk
pertamakali ditampilkan oleh M.E. Mc.Combs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion
Quarterly” terbitan tahun 1972, berjudul “ The Agenda-Setting Function of Mass
Media” .“jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu
akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”
Tetapi David H. Heaver dalam
karyanya yang berjudul “Media Agenda Setting and Media Manipulation” mengatakan
bahwa pers senagai media komunikasi massa tidak merefleksikan kenyataan,
melainkan menyaring dan membentuknya seperti sebuah kaleidoskop yang menyaring
dan membentuknya seperti sebuah kaleidoskop yang menyaring dan membentuknya
cahaya (the press does not reflect teality, but rather filters and shapes it,
much as a caleidoscope filters and shapes it).
Mengenai agenda setting itu,
Alexis S. Tan selanjutnya menyimpulkan bahwa media massa mempengaruhi kognisi
politik dalam dua cara :
a.Media secara efektif
menginformasikan peristiwa politik kepada khalayk;
b.Media mempengaruhi persepsi
khalayak menangani pentingnya masalah politik.
Agenda setting meliputi tiga
agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijkasanaan. Masing –
masing agenda itu mencakup dimensi – dimensi sebagai berikut :
1)Untuk agenda media, dimensi –
dimensi :
a)Visibility (visibilitas)
(jumlah dan tingkat menonjolnya berita)
b)Audience salience (tingkat
menonjol bagi khalayak) (relevansi isi berita dengan kebutusan khalayak)
c.Valence (valensi) (menyenangkan
atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa)
2)Untuk agenda khalayak, dimensi
– dimensi :
a)familiarity (keakraban (derajat
kesadaran khalayk akan topik tertentu))
b)personal salience (penonjolan
pribadi (relevansi kepentingan dengan ciri pribadi))
c)favorability (kesenangan)
(pertimbangan sebang atau tidak senang akan topik berita.
3)Untuk agenda kebijkasanaan,
dimensi – dimensi :
a)support (dukungan) (kegiatan
menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu)
b)likelihood of action
(kemungkinan kegiatan) (kemungkinan yang mungkin melaksanakan apa yang
diibaratkan)
c)freedom of action (kebebasan
bertindak) (nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah)
9.Uses and Gratifications Model
(Model Kegunaan dan Kepuasan)
Pendekatan uses and
gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959),
penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pernyataan Apa yang dilakuakn
media untuk khalayak (What do the media to do people).
Model uses and grafitications
menunjukan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaiman media
mengubah sikap dan perilaku khalayk, tetapi bagaimana media memnuhi kebutuhan
pribadidan sosial khalyak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang
sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.
Untuk mendapat kejelasan mengenai
model uses and gartifications ini dapat dikaji Gambar 7 yang diketengahkan oleh
Katz, Gurevitch dan Haas.
Model uses and gratifications
memulai dengan lingkunagn sosial (socisl environment) yang menentukan kebutuhan
kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri – ciri afiliasi kelompok dan
ciri – ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual”s needs)
dikategorisasikan sebagi cognitive needs, affective needs, personal integrative
needs, social integrative needs, dan escapist needs.
Penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1)Cognitive needs (kebutuhan
kognitif) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan
ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan; juga
memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyeludikan kita.
2)Affective needs (kebutuhan
afektif) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan pengalaman - pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional.
3)Personal integrative needs
(kebutuhan pribadi secara integratif) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal –
hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.
4)Social integrative needs
(kebutuhan sosial secara integatif) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan kontrak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal – hal terbut
didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5)Escapist needs (kebutuhan
pelepasan) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan
upaya menghindrakna tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.
Model Prof. Takeuchi yang dimuat
dalam Journal “Studies of Broadcasting” terbitan tahun 1986 itu menjelaskan
paradigma uses and gatifications yang berbunyi : What kind of people in which
means of communication and how, yang terjemahannya adalah kira – kira sebagai
berikut : “Jenis khalayak mana dalam keadaan bagaimana dipuaskan oleh kebutuhan
apa darei sarana komunikasi mana dan bagaimana”.
Ditegaskan oleh Prof. Tekeuchi
bahwa unsur – unsur yang hendaknya dihayati secara perspektif, adalah ciri –
ciri pribadi (personal characteristich) khalayak, kondisi sosial (social
condition) khalaya, kebutuhan (needs) khalayak, motivasi dan perilaku nyata
menanggapi terpaan komunikasi massa beserta pola kebutuhan (gratifications
pattern), tetapi ternyata semua faktor pada akhirnya harus dipandang sebagai
faktor yang menerangkan pola kebutuhan (Gambar 8).
10.Clozentropy Theory (Teori
Clozentropy)
Clozentropy Theory yang mula –
mula diketengahkan oleh Donald Dranell pada tahun 1970, kemudian dikembangkan
oleh Dennis T. Lowry dan Theodore J. Marr yang mengkaji teori ini dalam
komunikasi internasional.
Studi yang dilakukan oleh Lowry
dan Marr terhadap Clozentropy Theory itu menekankan pentingnya pra keakraban
dengan isi pesan yang janggal (prior familiarity with idiosyncratic content)
dalam hubungan dengan pengertian pesan komunikasi, dalam arti isi pesan
komunikasi ini bersifat khas. Dalam beberapa hal pra keakraban lebih penting
daripada taraf pendidikan formal.
Clozentropy Theory telah
memperbaiki yang dikenal sebelumnya yakni “kenalilah diri mereka (know
thyself)” menjadi kenalilah pesan anda dan sasaran anda beserta pertautannya.
Definisi Teori Komunikasi
Teori Cognitive Dissonance
Teori ini mengungkapkan mengenai
ketidaksesuaian antara pendapat (sikap) dan perilaku. Orang yang mengalami
disonansi akan berupaya mencari dalih untuk mengurandi disonannsinya.
Teori Communication Accomodation
Teori ini memandang motivasi dan
konsekuensi pada apa yang terjadi antara dua pembicara. Mereka saling merubah
gaya komunikasi yang berlangsung secara konvergen yaitu dimana satu pihak
memfokuskan pada identitas kelompoknya dan divergen yaitu dimana salah satu
pihak membutuhkan persetujuan sosial terutama untuk individu yang tidak
memiliki kekuasaan.
Teori Coordinated Management of
Meaning (CMM)
Teori ini mengemukakan bahwa
ketika berkomunikasi manusia mencitrakan ulang suatu arti. Pencitraab kembali
itu dilakukan secara koheren (kapan cerita tersebut diceritakan) dan
koordinatif (kapan cerita itu ada). Fokus teori ini terletak pada individual
dengan komunitas (masyarakatnya).
Cultivation Analysis
Teori ini berpendapat bahwa
televisi dan media lainnya memainkan peranan yang sangat penting dalam cara
pandang manusia dalam melihat dunia, terutama dalam hal kekerasan. Menurut
teori ini manusia memandang dunia ini lebih keras dan mengerikan daripada sebenarnya
karena acara TV yang ditayangkan.
Cultural Approach to Organization
Teori ini menganggap manusia
seperti binatang yang terikat dalam jaringan yang dibuat oleh mereka sendiri
dan terdiri atas simbol yang digunakan bersama-sama dan memiliki arti yang
tersendiri, cerita yang terorganisir, ritual dan acara keagamaan. Keseluruhan
tersebut membentuk budaya dari suatu organisasi.
Cultural Studies
Teori ini menetapkan bahwa media
adalah merupakan representasi dari ideologi suatu kelas dominan dalam masyarakat,
karena media dikontrol suatu korporasi karena itu informasi yang
dipresentasikan ke masyarakat selalu harus dipengaruhi dan dibingkai dalam mind
profit kelas dominan tersebut.
Dramatism
Teori ini membandingkan kehidupan
dengan drama., yaitu bahwa kehidupan membutuhkan aktor, scene dan akting serta
penyebab dari suatu aksi itu berlangsung. Para kritisi retorik dapat mengerti
motif dari pembicara dengan menganalisis elemen tersebut diatas.
Teori Expectancy Violations
Teori ini menganalisis bagaimana pesan
non verbal terstruktur. Secara lebih mendalam teori ini juga mengungkapkan
apabila norma komunikasi dilanggar maka pelanggaran tersebut akan diterima
dengan baik atau tidak bergantung dari persepsi sang penerima pesan itu
terhadap orang yang melanggar norma tersebut.
Teori Face Negotiation
Titik berat teori ini terletak
pada bagaimana manusia berkomunikasi secara individual maupun kolektif budaya
dalam menghadapi situasi konflik, yaitu berdasarkan cara orang dari beragam
budaya mengatur negosiasi konflik sehingga setiap keinginan dapat terpenuhi.
Groupthink
Fenomenon Groupthink ini terjadi
dalam suatu kelompok kohesif yang gagal dalam mempertimbangkan alternative
efektif yang dapat menyelesaikan dilema yang terjadi dalam kelompok tersebut.
Hal ini terjadi karena anggota kelompok tersebut memiliki kesamaan pikiran dan
sangat jarang terjadi pertukaran ide yang tidak popular dan tidak sama dengan
anggota lain.
Teori Muted Group
Yang diungkapkan oleh ini adalah
bahwa bahasa lebih dapat digunakan laki-laki ketimbang perempuan, karena
berbagai pengalaman dari European American Men dapat diidentifikasi dalam
bahasa, sedangkan kelompok lain (perempuan) tidak.
Teori The Narrative Paradigm
Teori ini menyatakan bahwa
Manusia adalah binatang yang bercerita, yaitu bahwa narrative logis
menggantikan traditional logis yaitu bahwa manusia menentukan kredibilitas
pembicara dengan cara menentukan apakah cerita yang disampaikan koheren dan
benar-benar betul.
Teori Organizational Information
Teori ini mengungkapkan bahwa
aktifitas utama dari suatu organisasi adalah membuat informasi yang samar-samar
menjadi masuk akal. Anggota kelompok ini memprosesnya dengan melalui tahapan
pembuatan aturan, seleksi dan penahanan informasi, sehingga pada akhirnya
organisasi dapat mengurangi ketidakpastian melalui cara ini.
Teori Relational Dialectics
Theory
Teori ini menyatakan bahwa
hubungan hidup selalu berproses, sehingga manusia dalam hubungannya selalu
merasakan konflik kepentingan yang mana manusia selalu menginginkan otonomi,
hubungan, keterbukaan, keamanan, sesuatu yang baru serta prediktabilitas,
sehingga pada saat berkomunikasi manusia selalu berusaha menyatukan perbedaan
kepentingan tersebut walaupun pada akhirnya tidak ada yang dapat melakukannya di
kedua belah pihak.
The Rhetoric
Teori ini mendasarkan pada apa
saja yang dibutuhkan dalam melakukan persuasi, yaitu tiga pengujian retoris :
logis, emosi dan etis, Audiens serta Silogisme Retoris dimana audiens harus
menutupi kekurangan yang terdapat dalam pidato.
Teori Social Exchange
Teori ini mengungkapkan bahwa
kekuatan utama dari hubungan interpersonal adalah pada pemuasan keinginan dari
kedua belah pihak, yaitu bahwa pertukaran interpersonal adalah pertukaran
ekonomi dimana kedua belah pihak meras puas sesuai dengan modal yang
dikeluarkan.
Teori Social Penetration
Teori ini menyatakan bahwa
hubungan interpersonal muncul secara berkala dan sangat dapat ditebak, para
teoritis percaya bahwa keterbukaan yang menjadi hubungan lebih intim dapat juga
menjadikan orang lebih lemah dan mudah diserang.
Teori Spiral of Silence
Teori ini mengenai kekuatan media
yang sangat besar yang menimbulkan opini publik yang bertahan lama, dimana
media massa bekerjasama dengan opini publik yang mayoritas untuk membuat opini
publik yang minoritas menjadi diam tak dapat bergerak, dan ini membuat para
individu yang takut terisolasi karena mengikuti opini publik minoritas berubah
mengikuti opini publik yang mayoritas.
Teori Standpoint
Teori ini mengungkapkan bahwa
orang dalam pandangan sosial tertentu akan mendapatkan tempat yang berbeda
dalam hierarki social. Oleh karenanya individu melihat situasi sosial dalam
suatu kedudukan yang berbeda-beda. Individu dalam tingkatan sosial yang lebih
rendah akan lebih mengerti situasi sosial ketimbang tingkatan sosial yang lebih
tinggi.
Teori Structuration
Teori ini mengungkapkan bahwa
kelompok dan organisasi menciptakan struktur yang dapat diinterpretasi sebagai
aturan organisasi yang kemudian menghasilkan sistem sosial dalam organisasi dan
digunakan oleh para anggota kelompok dan organisasi untuk kehidupannya.
Teori Symbolic Interaction
Teori ini menyebutkan bahwa
motivasi untuk melakukan sesuatu pada setiap individu berdasarkan pada arti
yang disematkan pada manusia, benda dan kejadian, hal ini menjadi dasar suatu
bahasa yang memungkinkan individu untuk berinteraksi satu sama lain dalam suatu
komunitas.
Teori Uncertainty Reduction
Teori ini menyebutkan bahwa
ketika orang yang tidak saling kenal bertemu maka fokus utamanya adalah mereduksi
tingkat ketidakpastian diantara individu tersebut dengan menggunakan
komunikasi.
Teori Uses and Gratification
Teori ini mengungkapkan kenapa
manusia memilih dan menggunakan bentuk media tertentu. Dalam teori ini media
memiliki kekuatan terbatas karena audiens mengontrol media, sehingga dapat
disimpulkan bahwa teori ini menjawab apa yang dilakukan manusia lakukan terhadap
media.