Powered by Blogger.
RSS

komunikasi profetik


komunikasi profetik
Resume kelompok I
Mengkritisi Teori Kritis;Pendekatan Komunikasi Profetik
Teori kritis adalah salah satu bentuk wacana alternatif dalam menghadapi perkembangan masyarakat, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Pada dasarnya teori kritis secara klasifikatif dapat digolongkan pada aliran neo Marxis, meski dalam perdebatan filosofis ada yang menganggap teori kritis adalah teori yang bukan Marxis lagi. Sebagai pendiri teori Marxis, Marx mengemukakan sebuah pemikiran yang sering kita kenal dengan "determinisme ekonomi". Dalam perkembangan selanjutnya, pemikiran determinisme ekonomi ini sering mendapat kritikan dari berbagai aliran termasuk aliran neo Marxis sendiri. Tapi justru pemikiran determinisme ekonomi inilah yang menjadi akar pemikiran neo Marxis (mazhab frankfurt, cultural studies, post modernist) tersebut. Dalam islam teori kritis dipandang sebagai basic lahirnya ilmu sosial, komunikasi profetik. Dalam konteks inilah etika profetik akan ditempatkan untuk melengkapi sejumlah kekurangan teori kritis.
Ciri khas dari teori kritik masyarakat adalah bahwa teori tersebut bertitik tolak dari inspirasi pemikiran sosial Karl Marx, tapi juga sekaligus melampaui bangunan ideologis marxisme bahkan meninggalkan beberapa tema pokok Marx dan menghadapi masalah masyarakat industri maju secara baru dan kreatif. Kebanyakan teori kritis yang dikembangkan oleh mazhab frankfurt lebih humanistis. Teori kristis ini berupaya mencari realitas sebenarnya dibalik realita sungguhan media dalam mengkonstruksi budaya.

Resume kelompok II
"Kontekstualisasi Komunikasi Profetik dalam Masyarakat Industri"

Masyarakat industri adalah masyarakat yang memproduksi media melalui beberapa tahap perkembangannya. Kontribusi yang bisa diberikan kominikasi profetik terhadap masyarakat industri adalah aplikasi nilai etika yaitu proses humanisasi sesuai dengan surat At-Tin ayat 5-6, "mengharapkan manusia agar tidak diperbudak oleh teknologi yang mereka ciptakan sendiri".
Ada beberapa solusi yang bisa diberikan oleh komunikasi profetik terhadap permasalahan ini, yaitu :
Menerapkan nilai-nilai profetik (humanisai, liberasi, transendensi) dalam industri media, dengan cara ambil bagian dalam media itu sendiri dan mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh pengelola media.
Menawarkan keilmuan yang serat dengan nilai-nilai dan berpihak pada kemanusiaan guna menciptakan khairul ummah dan ilmu yang perfeksionis dan communitarian.

Resume kelompok III
"Kontribusi Komunikasi profetik terhadap Ilmu Komunikasi"

Pilar utama komunikasi profetik adalah humanisasi, liberasi, dan transendensi, dengan pengertian bahwa :
Humanisasi: tujuan humanisasi yaitu memanusiakan manusia. Kita tahu bahwa kita sekarang mengalami proses dehumanisasi karena masyarakat industrial kita sebagai bagian dari masyarakat abstrak tanpa wajah kemanusiaan. Kita mengalami objektivikasi ketika berada di tengah-tengah mesin-mesin politik dan mesin-mesin pasar. Ilmu dan teknologi juga telah membantu kecenderungan reduksionistik yang melihat manusia dengan cara parsial (Kuntowijoyo, 2006:87)
Liberasi: Tujuan liberasi adalah pembebasan dai kekejaman kemiskinan struktural, keangkuhanteknologi dan pemerasan kelimpahan. Kita menyatu rasa dengan mereka yang miskin, mereka yang terperangkap dalam kesadaran teknokratis dan mereka yang tergususr oleh ekonomi raksasa. Kita ingi bersama-sama membebaskan diri dari belenggu-belenggu yang kita bangun sendiri ((Kuntowijoyo, 2006:88). Liberasi dalam komunikasi profetik juga tidak sama dengan falsafah libertarian yang mendasari berbagai konsepsi baru tentang hakikat manusia dalam hubungannya dengan negara. Liberasi dalam komunikasi profetik ingin memberi koreksi etis tehadap libertarian. Menurut libertarian manusia bebas secara ilmiah dan sederajat satu sama lain, sebelum mereka secara sukarela menyerahkan kebebasan tersebut kepada pemerintah (Syahputra, 2007:129)
Transendensi: Tujuannya yaitu membersihkan diri dengan mengingat kembali transendental yang telah menjadi bagian fitrah kemanusiaan. Upaya humanisasi, dan liberasi harus dilakukan sebagai manifestasi keimanan kepada Tuhan karena memang Tuhan memerintahkan manusia menata kehidupan sosial secara adil (Syahputra, 2007:129).
Komunikasi profetik dengan Humanisasi, Liberasi, dan Transendensi mempunyai peranan penting terhadap proses komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi yang selama ini sangat antroposentris yang mengesampingkan fungsi tuhan menyebabkan masyarakat khususnya pelaku media menjadi tidak terkontrol. Komunikasi profetik menginginkan adanya jiwa berkesadaran yang trensendensional dalam tiap-tiap individu sehingga nantinya proses komunikasi yang berlangsung tidak biasa dan tidak merugikan manusia sendiri.

Resume kelompok empat
"Kasus Bom Bali dalam Perspektif Agama, Hukum, dan Komunikasi Profetik"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment