Powered by Blogger.
RSS

Teori Komunikasi Interpersonal

Teori fungsional.
Kata fungsional disini hakekatnya ini bukanlah sebuah teori, melainkan suatu perspektif yang dapat digunakan sebagai pijakan teori. Beberapa teori komunikasi menggunakan perspektif fungsional ini.
Teori-teori Struktural dan Fungsional
Bagian ini memasukkan kelompok utama pendekatan-pendekatan yang tergabung secara samar dalam ilmu sosial. Meski makna istilah strukturalisme dan fungsionalisme kurang begitu tepat, tetapi keduanya percaya bahwa struktur sosial adalah hal yang nyata dan berfungsi dalam cara yang dapat diamati secara objektif.
Sebagai contoh, pengamat komunikasi mungkin berasumsi bahwa hubungan personal merupakan sesuatu yang nyata dengan bagian-bagian yang disusun secara khusus, seperti juga rumah yang merupakan suatu yang nyata dengan material yang disusun sesuai rencana. Disini hubungan dilihat sebagai struktur sosial. Pengamat akan berasumsi lebih jauh bahwa hubungan yang ada bersifat tidak statis tetapi memiliki atribut seperti ikatan, ketergantungan, kekuatan, kepercayaan dan sebagainya.


Meskipun strukturalisme dan fungsionalisme seringkali digabung, tetapi keduanya tetap berbeda dalam penekanannya. Strukturalisme yang berakar pada linguistik, menekankan pada organisasi bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme yang berakar pada biologi, menekankan pada cara-cara sistem yang terorganisasi bekerja untuk menunjang dirinya. Sistem terdiri atas variabel-variabel yang berhubungan timbal balik dengan variabel lain dalam sebuah fungsi network. Perubahan pada satu variabel akan mengakibatkan perubahan pada yang lain. Peletakan dua pendekatan ini secara bersama-sama menghasilkan suatu gambaran sistem sebagai struktur elemen dengan hubungan yang fungsional. Sebagai contoh, beberapa peneliti komunikasi organisasi menggunakan pendekatan struktural-fungsional dalam kerja mereka. Mereka melihat organisasi sebagai suatu sistem dimana bagian-bagian yang terkait membentuk departemen, tingkatan, perilaku umum, suasana, aktivitas kerja dan produk.
Pendekatan teoritik yang paling umum dari komunikasi yaitu teori sistem. Teori sistem dan dua bidang yang berhubungan, sibernetika dan teori informasi, menyajikan perspektif yang luas mengenai cara memandang dunia. Teori sistem berkaitan dengan saling keterhubungan antara bagian-bagian dari suatu organisasi.
Apakah Sistem itu ? Suatu sistem merupakan serangkaian hal yang saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu keseluruhan. Suatu sistem terdiri dari empat unsur. Yang pertama yaitu obyek. Obyek adalah bagian, elemen, atau variabel dari sebuah sistem. Bagian tersebut dapat berupa fisik atau abstrak atau keduanya, bergantung pada hakekat sistem. Kedua, sistem terdiri dari sifat, kualitas, atau ciri dari sistem dan obyeknya. Ketiga, suatu sisem mempunyai hubungan internal diantara obyek-obyeknya. Ini merupakan karakteristik penting yang membatasi kualitas sistem dan merupakan tema utama yang akan diuraikan secara rinci pada bab ini. Keempat, sistem mempunyai lingkungan. Sistem tidak muncul dalam ruang kosong tetapi dipengaruhi oleh lingkungannya.
Keluarga merupakan contoh sebuah sistem, anggota keluarga adalah obyek sistem. Karakteristik sebagai individu merupakan atribut, dan interaksinya membentuk keterhubungan antar anggota. Setiap keluarga berada dalam lingkungan sosial dan budaya, dan ada pengaruh timbal balik antara keluarga dan lingkungannya. Anggota keluarga bukanlah perorangan yang terpisah, keterhubungan mereka harus dipertimbangkan untuk memahami keluarga secara penuh sebagai suatu kesatuan.
Salah satu pembedaan yang paling umum yaitu antara sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem tertutup tidak melakukan saling pertukaran dengan lingkungannya. Sistem tersebut bergerak menuju kekacauan internal, disintegrasi, dan kematian. Model sistem tertutup paling sering diterapkan untuk sistem fisika seperti binatang, yang tidak mempunyai kualitas kelangsungan hidup. Sistem terbuka menerima zat dan energi dari lingkungannya dan meneruskannya kembali pada lingkungannya. Sistem terbuka diorientasikan kearah kehidupan dan pertumbuhan. Sistem biologis, psikologis dan sosial mengikuti model terbuka, dan sistem yang dibicarakan pada bab ini sepenuhnya adalah jenis terbuka.
Salah satu aplikasi teori system dalam bidang ilmu komunikasi yaitu yang digunakan oleh teori kebutuhan hubungan interpersonal.


• teori kebutuhan hubungan interpersonal
Teori sistem dan komunikasi dalam hubungan
Salah sastu bagian dalam lapangan komunikasi yang dikenal sebagai relational communication sangat dipengaruhi oleh teori sistem. Inti dari kerja ini adalah asumsi bahwa fungsi komunikasi interpersonal untuk membuat, membina, dan mengubah hubungan dan bahwa hubungan pada gilirannya akan mempengaruhi sifat komunikasi interpersonal.
Poin ini berdasar pada gagasan bahwa komunikasi sebagai interaksi yang menciptakan struktur hubungan. Dlaam keluarga misalnya, anggota individu secara sendirian tidak membentuk sebuah sistem, tetapi ketika berinteraksi antara satu dengan anggota lainnya, pola yang dihasilkan memberi bentuk pada keluarga. Gagasan sistem yang penting ini secara luas diadopsi dalam lapangan komunikasi. Proses dan bentuk merupakan dua sisi mata uang; saling menentukan satu sama lain.
Seorang Antropolog Gregory Bateson adalah pendiri garis teori ini yang selanjutnya dikenal dengan komunikasi relasional. Kerjanya mengarah pada pengembangan dua proposisi mendasar pada mana kebanyakan teori relasional masih bersandar. Pertama yaitu sifat mendua dari pesan: setiap pertukaran interpersonal membawa dua pesan, pesan “report” dan pesan “command”. Report message mengandung substansi atau isi komunikasi, sedangkan command message membuat pernyataan mengenai hubungan. Dua elemen ini selanjutnya dikenal sebagai “isi pesan” dan “pesan hubungan”, atau “komunikasi” dan “metakomunikasi”.
Pesan report menetapkan mengenai apa yang dikatakan, dan pesan command menunjukkan hubungan diantara komunikator. Isi pesan sederhana seperti “I love you” dapat dibawakan dalam berbagai cara, dimana masing-masing mengatakan sesuatu secara berbeda mengenai hubungan. Frasa ini dapat dikatakan dalam cara yang bersifat dominasi, submissive, pleading (memohon), meragukan, atau mempercayakan. Isi pesannya sama, tetapi pesan hubungan dapat berbeda pada tiap kasus.
Proposisi kedua Bateson yaitu bahwa hubungan dapat dikarakterisasi dengan komplementer atau simetris. Dalam hubungan yang komplementer, sebuah bentuk perilaku diikuti oleh lawannya. Contoh, perilaku dominan seorang partisipan memperoleh perilaku submissive dari partisipan lain. Dalam symmetry, tindakan seseorang diikuti oleh jenis yang sama. Dominasi ketemu dengan sifat dominan, atau submissif ketemu dengan submissif.
Disini kita mulai melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur dalam sistem. Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka miliki. Sistem yang mengandung serangkaian pesan submissif akan sangat berbeda dengan yang mengandung rangkaian pesan yang besifat dominasi. Dan struktur pesan yang mencampur keduanya adalah berbeda pula.
Meski Bateson seorang pakar antropologi, gagasannya dengan cepat dibawa kedalam psikiatri dan diterapkan pada hubungan patologis. Beberapa peneliti komunikasi memanfaatkan kerja Bateson dan kelompoknya. Aubrey Fisher, salah satu yang dikenal baik dari kelompok ini, sebagai pemimpin teoritisi sistem. Dalam buku Perspectives on Human Communication dia menerapkan konsep sistem kedalam komunikasi.
Analisa Fisher dimulai dengan perilaku seperti komentar verbal dan tindakan nonverbal sebagai unit terkecil analisa dalam sistem komunikasi. Perilaku yang dapat diamati ini dapat dilihat atau didengar dan merupakan satu-satunya ekspresi pemikiran bagi keterhubungan individu dalam sistem komunikasi. Dari sudut pandang sistem, perilaku itu sendiri adalah apa yang dihitung, dan struktur hubungan terdiri atas pola perilaku yang tersusun ini. Dengan kata lain, hubungan kita dengan orang lain ditentukan oleh bagaimana kedua kita bertindak dan apa yang kita katakan.
Pola komunikasi dibentuk oleh sekuen tindakan. Ketika kita berkomunikasi kita bertindak dan bereaksi dalam sekuen, jadi interaksi adalah arus pesan. Fisher percaya bahwa arus bicara dengan dirinya sendiri mengatakan sedikit mengenai komunikasi, sehingga harus dipecah kedalam unit-unit yang mengandung tindakan dan respon. Fisher mengembangkan metode untuk mengetahui semua pola percakapan, yang terdiri atas pesan-pesan penyandian, sehingga pola respon dapat ditetapkan.
Unit yang paling dasar dari komunikasi dipakai Fisher adalah interact, atau rangkaian dua pesan yang bersambungan diantara dua orang. Contohnya yaitu pertanyaan dari orang pertama diikuti oleh jawaban dari orang kedua. Pertanyaan yang diikuti oleh jawaban akan berbeda dari permintaan yang diikuti persetujuan. Permintan yang diikuti oleh penawaran adalah berbeda dari suggestion atau saran yang diikuti oleh keberatan. Interaksi dikombinasikan kedalam unit yan glebih besar disebut double interact (tiga tindakan), dan selanjutnya dikombinasi lagi kedalam triple interact (empat tindakan). Struktur dari keseluruhan interaksi merupakan rangkaian interaksi yang makin lama makin membesar.
Kebanyakan kerja Fisher melibatkan pembuatan keputusan dalam kelompok kecil. Dalam risetnya dia menyandi apa yang orang katakan dalam diskusi kelompok dan menganalisa interaksi ini dalam cara yang seluruh pola, atau struktur dari diskusi dapat digambarkan. Fisher menunjukkan bagaimana interaksi berkombinasi dengan bentuk fase pemuatan keputusan kelompok.
Diantara periset yang terkenal dalam komunikasi relasional adalah Edna Rogers dan Frank Millar. Kerja Millar dan Rogers merupakan aplikasi langsung dari gagasa Bateson dan konsisten dengan teori Fisher. Secara khusus, mereka bertanggung jawab bagi pengembangan metode riset mengenai pengkode-an dan pengelompokan pola relasional. Seperti Fishe, Millar dan Rogers mengamati percakapan dan kode tindakan komunikasi dalam suatu cara yang membiarkan mereka menemukan pola yang diciptakan melalui interaksi. Dari risetnya mereka mengembangkan teori yang menunjukkan bagaimana hubungan mengandung struktur kontrol, kepercayaan, dan keakraban..

• teori disonansi kognitif
Teori Leon Festinger mengenai dissonansi kognitif merupakan salah satu teori yang paling penting dalam sejarah psikologi sosial. Selama bertahun-tahun teori ini menghasilkan sejumlah riset dan mengisi aliran kritik, interpretasi, dan extrapolasi.
Festinger mengajarkan bahwa dua elemen kognitif termasuk sikap, persepsi, pengetahuan, dan perilaku. Tahap pertama yaitu posisi nol, atau irrelevant, kedua yaitu konsisten, atau consonant dan ketiga yaitu inkonsisten, atau dissonant. Dissonansi terjadi ketika satu elemen tidak diharapkan mengikuti yang lain. Jika kita pikir merokok itu berbahaya bagi kes ehatan, mereka tidak berharap kita merokok. Apa yang konsonan dan dissonan bagi seseorang tidak bisa berlaku b agi orang lain. Jadi kita harus selalu menanyakan apa yang konsisten dan yang tidak konsisten dalam sistem psik ologis orang itu sendiri.
Dua premis yang menolak aturan teori dissonansi. Pertama yaitu bahwa dissonansi menghasilkan ketegangan atau penekan an yang menekan individu agar berubah sehingga dissonansi terkurangi. Kedua, ketika dissonansi hadir, indivi du tidak hanya berusaha menguranginya, melainkan juga akan menghindari situasi dimana dissonansi tambahan bisa dihasilkan.
Semakin besar dissonansi, semakin besar kebutuhan untuk menguranginya. Contoh, semakin perokok tidak konsisten dengan pengetahuannay mengenai efek negatif merokok, semakin besar dorongan untuk berhenti merokok. Dissonansi itu sendiri merupakan hasil dari dua variabel lain, kepentingan elemen kognitif dan sejumlah elemen yang terlibat dalam hubungan yang dissonan. Dengan kata lain, jika kita mempunyai beberapa hal yang tidak konsisten dan jika itu penting untuk kita, kita akan mengalami dissonansi yang lebih besar. Jika kesehatan tidak penting, pengetahuan bahwa merokok itu buruk bagi kesehatan kemungkinan tidak mempengaruhi perilaku perokok secara aktual.
Bagaimana kita terkait dengan dissonansi kognitif ini ? Festinger mengemukakan sejumlah metode. Pertama, kita bisa mengubah satu atau lebih elemen kognitif, perilaku atau sikap mungkin. Sebagai contoh, sebagai seorang perokok , kita bisa berhenti merokok atau kita bisa berhenti mempercayai bahwa itu merusak kesehatan. Kedua, elemen baru mungkin ditambahkan pada satu bagian ketegangan atau yg lain. Misalnya, kita bisa beralih mengunyah cerutu. Ketiga, kita bisa sampai untuk melihat elemen sebagai hal yang kurang penting daripada yang mereka gunakan. Contoh, kita mungkin memutuskan bahwa kesehatan tidaklah sepenting kondisi pikiran. Keempat, kita bisa mencari konsonan informasi seperti pembuktian terhadap keuntungan merokok dengan membaca studi perusahaan cerutu. Kelima, kita bisa mengurangi dissonansi dengan membuang atau misinterpretasi informasi yang terlibat. Ini dapat terjadi jika kita memutuskan bahwa meski merokok beresiko pada kesehatan, tidaklah berbahaya sebagai weight yang akan kita capai jika kita berhenti merokok. Tidak masalah metode mana yang akan kita pilih, itu semua akan mengurangi dissonansi dan membuat kita merasa lebih baik dalam sikap, kepercayaan, dan tindakan.
Kebanyakan teori dan riset mengenai dissonansi kognitif disekitar situasi yang bervariasi dimana dissonansi sebenarnya dihasilkan. Ini memasukkan situasi seperti pembuatan keputusan, persetujuan yang terpaksa, inisiatif, dukungan sosial, dan usaha yang sungguh-sungguh.
Jumlah dissonansi sebuah pengalaman sebagai hasil keputusan bergantung pada empat variabel, pertama dan yang terpenting yaitu keputusan. Keputusan tertentu, yaitu seperti ketinggalan sarapan, mungkin tidak dan menghasilkan sedikit dissonansi, tetapi membeli mobil dapat menghasilkan banyak dissonansi.
Variabel kedua adalah sifat menarik alternatif yang dipilih. Hal lain yang mirip, bahwa semakin kurang atraktif alternatif pilihan, semakin besar dissonansi. Kita kemungkinan akan menderita lebih banyak dissonansi dari membeli mobil butut daripada mobil yang masih mulus.
Ketiga, semakin besar sifat atraktif yang diketahui dari alternatif yang dipilih, semakin terasa dissonansi. Jika kita berharap kita dapat menabung untuk pergi ke Eropa disamping membeli mobil, kita akan menderita dissonansi.
Akhirnya, semakin tinggi tingkat similaritas atau tumpang tindih diantara alternatif, semakin kurang dissonansi. Jika kita berdebat diantara dua mobil yang sama, membuat keputusan dengan bertujuan pada salah satu tidak akan menghasilkan banyak dissonansi, tetapi jika kita memutuskan antara membeli mobil dan pergike Eropa, kita akan memiliki banyak dissonansi.
Situasi lain dimana disonansi cenderung berhasil yaitu paksaan kesepakatan, atau dipengaruhi untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan kepercayaan atau nilai kita. Situasi ini biasanya terjadi ketika reward terlibat untuk sepakat atau hukuman jika tidak sepakat. Teori dissonansi meramalkan bahwa semakin sedikit tekanan untuk patuh, semakin besar dissonansi. Jika kita diminta untuk melakukan sesuatu yang kita tidak suka melakukan tetapi kita dibayar banyak, kita tidak akan merasa banyak dissonansi seperti jika kita dibayar lebih sedikit.
Semakin sedikit justifikasi eksternal (seperti ganjaran dan hukuman), semakin banyak kita harus fokus pada inkonsistensi internal dalam diri kita. Inilah mengapa menurut teoritisi dissonansi, tekanan sosial yang ‘lunak’ dapat begitu kuat: dapat menyebabkan banyak dissonansi. Ini juga menjelaskan mengapa kita harus mengambil kerja yang bergaji tinggi meski kita tidak suka. Bayaran tinggi dapat dipakai sebagai justifikasi untuk melakukannya.
Teori dissonansi juga membuat beberapa prediksi lain. Teori itu meramalkan, misalnya, bahwa semakin sulit inisiatif seseorang terhadap kelompok, semakin besar komitmen orang itu untuk berkembang. Semakin banyak dukungan sosial yang seseorang terima dari teman terhadap ide atau tindakan, semakin besar tekanan untuk percaya pada ide atau tindakan itu. Semakin besar jumlah usaha yang diterapkan dalam tugas, semakin orang akan merasionalisasi nilai tugas tersebut.

Rokeach: Sikap, Kepercayaan, dan Nilai. Salah satu teori yang paling komprehensif mengenai sikap dan perubahannya yaitu milik Milton Rokeach. Dia mengembangkan penjelasan yang meluas mengenai perilaku manusia berdasarkan kepercayaan, sikap dan nilai.
Rokeach percaya bahwa setiap orang mempunyai sistem yang tersusun dengan baik atas kepercayaan, sikap dan nilai, yang menuntun perilaku. Belief adalah ratusan atau ribuan pernyataan yang kita buat mengenai diri dan dunia. Kepercayaan dapat bersifat umum ataupun khusus, dan itu disusun dalam sistem dalam hal sentralitas atau pentingnya terhadap ego. Pada pusat sistem kepercayaan yang dibangun dengan baik itu, kepercayaan yang secara relatif tidak dapat berubah yang membentuk inti sistem kepercayaan. Pada pinggiran sistem terbentang sejumlah kepercayaan yang tidak signifikan yang dapat mudah berubah. Percaya bahwa orang tua kita bahagia dalam perkawinan kemungkinan cukup penting, karena dampaknya yaitu banyak hal lain yang kita anggap benar. Percaya bahwa kita perlu potong rambut, di sisi lain, adalah sampingan.
Semakin penting kepercayaan, semakin resisten untuk berubah dan semakin perubahan itu berdampak terhadap keseluruhan sistem. Dengan kata lain, jika salah satu pusat kepercayaan kita berubah, mengharap perubahan yang agak mendalam mengenai bagaimana kita memikirkan tentang banyak hal. Inilah mengapa anak begitu terguncang ketika orang tua yang mereka asumsikan memiliki perkawinan yang bahagia itu bercerai.
Attitude adalah kelompok kepercayaan yang disusun disekitar obyek fokal dan menyarankan pada orang untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap obyek tersebut. Kita mempunyai ratusan bahkan ribuan kepercayaan dan mungkin ribuan sikap, yang masing-masing mengandung sejmlah kepercayaan mengenai sikap obyek.
Rokeach percaya sikap merupakan dua jenis penting yang harus selalu dipandang bersamaan. Terdapat sikap terhadap obyek dan sikap terhadap situasi. Perilaku orang dalam situasi tertentu merupakan fungsi dari kedua kombinasi ini. Jika kita tidak berperilaku dalam situasi yang berlaku secara konsisten dengan sikap kita terhadap hal tertentu, itu kemungkinan karena sikap kita terhadap situasi mencegahnya. Contoh untuk jenis inkonsistensi ini yaitu makan makanan yang kita tidak suka saat kita dijamu makan sebagai tamu. Poin disini bahwa perilaku merupakan fungsi dari berbagai rangkaian sikap, dan sistem terdiri atas banyak kepercayaan yang berkumpul dalam sentralitasnya.
Rokeach percaya bahwa konsep tersebut dalam menjelaskan perilaku, nilai orang merupakan yang paling penting.value adalah tipe kepercayaan khusus yang penting dalam sistem dan bertindak sebagai penuntun kehidupan. Nilai ada dua macam, nilai instrumental seperti kerja keras dan kesetiaan, merupakan garis penuntun bagi kehidupan yang menjadi dasar perilaku sehari-hari. Nilai terminal adalah ujung tujuan kehidupan terhadap mana kita bekerja. Contoh antara lain kesehatan dan kebahagiaan.
Komponen lain dalam sistem kepercayaan-sikap-nilai yang mengasumsikan keseluruhan yang sangat penting yang konsep diri, kepercayaan orang mengenai diri. Ini merupakan jawaban atas pertanyaan Siapa saya ?. konsep diri secara khusus penting dalam sistem sebagai ujung tujuan keseluruhan sistem seseorang. Jadi, jika kepercayaan, sikap, dan nilai menyatakan komponen sistem, konsep diri adalah yang menuntun tujuannya.
Rokeach pada dasarnya teoritisi konsistensi. Dia memasukkan sejumlah hipotesis signifikan mengenai sikap, kepercayaan, dan nilai, tetapi dia menyimpulkan bahwa orang dituntun oleh kebutuhan untuk konsisten dan bahwa inkonsistensi menciptakan tekanan untuk berubah. Rokeach memperluas penjelasannya mengenai konsistensi paling jauh dibandingkan teori lain dalam aliran ini. Dengan meletakkan sistem keseluruhan menjadi pertimabngan, dia melihat konsistensi sebagai hal yang sangat kompleks.


• teori pertukaran social: masuk teori komunikasi kelompok

• teori self disclosure
Disclosure dan understanding merupakan tema penting dalam teori komunikasi pada tahun ’60 dan ‘70-an. Sebagian besar sebagai konsekuensi aliran humanistik dalam psikologi, sebuah ideologi “honest communication” muncul, dan beberapa dari pemikiran kita tentang apa yang membuat komunikasi interpersonal itu baik dipengaruhi oleh gerakan ini. Didorong oleh karya Carl Rogers, disebut Third Force begitu dalam psikologi menyatakan bahwa tujuan komunikasi adalah meneliti pemahaman diri dan orang lain dan bahwa pengertian hanya dapat terjadi dengan komunikasi yang benar.
Menurut psikologi humanistik, pemahaman interpersonal terjadi melalui self-disclosure, feedback, dan sensitivitas untuk mengenal / mengetahui orang lain. Misunderstanding dan ketidakpuasan dalam hubungan diawali oleh ketidakjujuran, kurangnya kesamaan antara tindakan seseorang dengan perasaannya, miskin feedback, serta self disclosure yang ditahan.
Banyak riset pengenalan diri muncul dari gerakan humanistik ini. Seorang teoritisi yang menggali proses self-disclosure ini adalah Sidney Jourard. Uraiannya bagi kemanusiaan sifatnya terbuka dan transparan. Transparansi berarti membiarkan dunia untuk mengenal dirinya secara bebas dan pengenalan diri seseorang pada orang lain. Hubungan interpersonal yang ideal menyuruh orang agar membiarkan orang lain mengalami mereka sepenuhnya dan membuka untuk mengalami orang lain sepenuhnya.
Jourard mengembangkan gagasan ini setelah mengamati bahwa sakit mental cenderung tertutup bagi dunia. Dia menemukan bahwa mereka menjadi sehat ketika mereka bersedia mengenalkan dirinya pada ahli terapi. Kemudian, Jourard menyamakan kesakitan (sickness ) dengan ketertutupan dan kesehatan dengan transparansi. Jourard melihat pertumbuhan –pergerakan orang menuju cara berperilaku yang baru- sebagai hasil langsung dari keterbukaan pada dunia. Orang yang sakit sifatnya tetap dan stagnan; pertumbuhan orang akan sampai pada posisi hidup baru. Selanjutnya, perubahan merupakan esensi dari pertumbuhan personal.
Personal growth melekat pada komunikasi interpersonal sebab dunia merupakan sosial yang sangat luas. Untuk menerima perubahan seseorang itu sendiri meminta kita untuk menetapkan bahwa kita juga diterima oleh orang lain. Pertumbuhan akan sulit jika orang-orang di sekitar kita tidak membuka untuk penerimaan kita sendiri.
Sekarang kita mengerti self-disclosure sebagai proses yang lebih kompleks daripada yang dilakukan pada tahun ’60 dan ‘70-an. Sebagai contoh pemikiran terbaru atas subyek ini, Sandra Petronio meletakkan secara bersamaan serangkaian ide mengenai kompleksitas self-disclosure dalam relationship. Teori ini berdasar pada risetnya sendiri dan survey pada sejumlah banyak kajian lain dengan topik pengembangan hubungan dan disclosure. Dia menerapkan teori ini pada pasangan yang menikah khususnya, selain juga dapat diterapkan pada bermacam-macam; hubungan.
Menurut Petronio, individu terlibat dalam hubungan secara konstan menjadi bagian dalam proses pengaturan yang membatasi antara publik dan privat, antara perasaan dan pikiran yang mereka mau berbagi dengan sang patner dengan perasaan dan pikiran yang tidak mau mereka bagi. Permainan diantara kebutuhan untuk berbagi dan kebutuhan untuk melindungi diri ini sifatnya konstan dan mendorong pasangan untuk membicarakan dan mengkoordinasi batasan mereka. Kapan kita diketahui dan kapan tidak ? dan ketika pasangan memberitahukan informasi personal, bagaimana kita merespon ?
Ketika orang memberi tahu sesuatu, dia sedang membuat permintaan pada orang lain untuk meresponnya dengan sesuai. Demand / permintaan dan respond perlu dikoordinasi. Ketika kita memberi tahu sesuatu pada patner kita, dia dapat merespon dalam cara yang membantu kualitas hubungan dan kebahagiaan atau dalam cara yang tidak begitu.
Selanjutnya, pengaturan batasan memerlukan pertimbangan dan pikiran. Orang membuat keputusan mengenai bagaimana dan kapan untuk memberi tahu, dan mereka memutuskan mengenai bagaimana merespon permintaan orang lain. Bermacam-macam strategi langsung dan tidak langsung dapat diusahakan, dan problem yang berulang bagi pasangan yaitu mengkoordinasi jenis-jenis disclosure dan respon yang mereka gunakan. Contoh, ketika kita membuat disclosure yang langsung dan jelas, kita biasanya menginginkan respon yang juga langsung dan jelas, dan ketika kita membuat disclosure yang samar dan implisit, kita mungkin ingin diberi lebih banyak waktu untuk mendalami situasi, mungkin secara coba-coba, dengan patner kita.
Sejauh ini, semua teori yang dibahas menunjukkan bagaimana pentingnya informasi dalam penguatan hubungan. Kita kadang-kadang memantau informasi yang disediakan oleh orang lain dan memberi informasi mengenai diri kita sendiri.


• teori penetrasi sosial
Salah satu proses yang paling luas dikaji atas perkembangan gubungan adalah penetrasi sosial. Secara garis besar, ini merupakan ide bahwa hubungan menjadi labih akrab seiring waktu ketika patner memberitahukan semakin banyak informasi mengenai mereka sendiri. Selanjutnya, social penetration merupakan proses peningkatan disclosure dan keakraban dalam hubungan.
Gerald Miller dan rekannya secara literal mengartikan komunikasi interpersonal dalam term penetrasi. Semakin bertambah yang saling diketahui oleh masing-masing komunikator, semakin bertambah karakter interpersonal yang berperan dalam komunikasi mereka. Semakin sedikit yang mereka ketahui tiap personnya, semakin impersonal komunikasi itu. Komunikasi interpersonal karenanya merupakan beragam proses penetrasi sosial. Teori penetrasi sosial yang paling terkenal yaitu milik Altman dan Taylor.

Original Social Penetration Theory. Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengenalkan istilah penetrasi sosial. Manurut teori mereka, karena hubungan itu berkembang, komunikasi bergerak dari level yang relatif sedikit dalam, tidak akrab, menuju level yang lebih dalam, lebih personal. Personalitas komunikator dapat diperlihatkan melalui lingkungan dengan lapisan tiga dimensi; memiliki jarak (breadth) dan kedalaman (depth). Breadth merupakan susunan yang berurutan atau keragaman topik yang merasuk kedalam kehidupan individu. Depth adalah jumlah informasi yang tersedia pada tiap topik. Pada jarak terjauh akan merupakan level komunikasi yang dapat dilihat, seperti berpakaian dan bicara. Didalamnya merupakan detil privat yang meningkat mengenai kehidupan, perasaan, serta pikiran partisipan. Karena hubungan itu berkembang, patner berbagi lebih banyak atas diri, menyediakan breadth sebaik depth, melalui pertukaran informasi, perasaan dan aktivitas.
Komunikasi kemudian dibantu oleh pemakaian level-level. Pada saat level tertentu tercapai, dibawah kondisi yang memungkinkan sepasang patner berbagi dalam meningkatkan breadth pada level tersebut. Contohnya, setelah kencan beberapa saat pasangan yang menikah bisa mulai mendiskusikan tindakan berpasangan selanjutnya, dan makin bertambah informasi mengenai langkah berpasangan selanjutnya akan diperlihatkan / diberitahu sebelum bergerak bahkan menuju level disclosure yang lebih dalam semisal sejarah seksual.
Teori Altman dan Taylor didasarkan dalam sebagian besar dari satu ide yang paling populer dalam ilmu sosial –bahwa hubungan akan berhasil ketika secara relatif memperoleh ganjaran ( rewarding ) dan akan berhenti ketika secara relatif mengeluarkan biaya ( cost ). Proses ini dikenal sebagai pertukaran sosial. Menurut Altman dan Taylor, pasangan relasional bukan hanya mengandung reward dan cost atas hubungan pada saat tertentu, tetapi juga menggunakan informasi yang mereka cari untuk meramalkan reward dan cost di waktu mendatang.
Jika patner menilai bahwa reward secara relatif lebih besar dari cost, mereka akan beresiko lebih banyak disclosure yang mempunyai potensi gerakan partisipan menuju level keakraban yang lebih dalam. Semakin besar reward yang diketahui relatif terhadap cost, semakin cepat penetrasi. Altman dan Taylor menemukan bahwa penetrasi tercepat cenderung terjadi dalam langkah awal perkembangan ketika reward cenderung malampaui cost.
Terdapat empat langkah perkembangan hubungan. Orientation mengandung komunikasi impersonal, dimana seseorang memberitahu hanya informasi yang sangat umum mengenai dirinya sendiri. Jika tahap ini menghasilkan reward pada partisipan, mereka akan bergerak menuju tahap berikutnya, the exploratory affective exchange , dimana perluasaan / ekspansi awal informasi dan gerakan menuju level lebih dalam dari disclosure itu terjadi. Tahap ketiga, affective exchange memusatkan pada perasaan evaluatif dan kritis pada level yang lebih dalam. Tahap ini tidak akan dimasuki kecuali jika patner menyadari reward substansial yang relatif terhadap cost dalam tahap lebih awal. Akhirnya, stable exchange adalah keakraban yang sangat tinggi dan mengijinkan patner untuk meramalkan setiap tindakan pihak lain dan menanggapinya dengan sangat baik.
Altman dan Taylor menunjukkan bahwa perkembangan hubungan bukan hanya melibatkan peningkatan penetrasi sosial. Juga terlalu sering melibatkan keakraban yang menurun, ketidakteraturan, dan tanpa solusi. Altman dan Taylor menyarankan bahwa reward terkurangi dan cost meningkat pada level komunikasi yang lebih akrab, proses penetrasi sosial akan terbentuk dan hubungan akan mulai mengambil bagian.

Modifikasi terhadap penetrasi sosial. Teori penetrasi sosial orisinal penting dalam memusatkan perhatian kita pada pengembangan hubungan sebagai proses komunikasi. Terdapat banyak kebenaran terhadap ide bahwa hubungan menjadi lebih dekat jika informasi dibagi, dan bahwa perkembangan secara parsial merupakan proses peningkatan keakraban. Pada saat yang sama, teori original tersebut dianggap terlalu sederhana.
Kebanyakan siswa perkembangan hubungan sekarang ini percaya bahwa penetrasi sosial sifatnya berputar, sebagai proses dialektis. Disebut berputar ( cyclical ) sebab berlangsung dalam bentuk siklus timbal-balik, serta disebut bersifat dialektis karena melibatkan pengaturan pertentangan / ketegangan antara lawan-lawannya.
Sebuah dialectic adalah ketegangan antara dua atau lebih elemen yang berlawanan dalam sistem yang pada akhirnya kadang-kadang meminta resolusi. Analisa dialektis melihat cara sistem berkembang atau berubah, bagaimana ia bergerak, dalam merespon ketegangan. Dan ia melihat strategi tindakan yang dipakai sistem untuk menyelesaikan kontradiksi.
Altman dan rekannya sekarang menyatakan bahwa dialektik ini biasanya diatur dalam sebuah istilah panjang hubungan oleh semacam siklus yang dapat diramalkan. Dengan kata lain, karena hubungan itu berkembang, keterbukaan dan ketertutupan yang berputar pada pasangan nikah mempunyai pengaturan tertentu atau ritme yang dapat diramalkan. Pada saat yang sama, dalam beberapa hubungan yang dikembangkan, perputaran yang terjadi lebih besar dibadingkan hubungan yang kurang dikembangkan. Hal ini sebab, konsisten dengan perkiraan dasar teori penetrasi sosial, hubungan yang dikembangkan rata-rata lebih diterima.
Untuk mengetes ide ini, analisa Arthur VanLear menunjukkan bahwa dalam percakapan pasangan nikah siklus keterbukaan terjadi dan beberapa sinkronisasi juga terjadi. Sebagai perbandingan, juga diamati kelompok pelajar yang ternyata juga mencerminkan hal yang sama. Kedua kajian tersebut menunjukkan bahwa siklus tersebut terjadi, bahwa sifatnya kompleks, bahwa patner mengenal siklus mereka, dan bahwa penggabungan dan sinkronisasi seringkali terjadi. Penting untuk dicatat, ternyata bahwa jumlah sinkroni tidak sama pada tiap pasangan, yang berarti bahwa terdapat perbedaan antar pasangan dalam kemampuan mereka untuk mengkoordinasi siklus self-disclosure.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment