DASAR-DASAR PENULISAN NASKAH PUBLIC RELATIONS
Tema: “Jangan Bunuh Potensi Menulismu dengan Berbagai Alasan”.
Bagi seseorang yang belum pernah mencoba menulis, biasanya kita mendengar berjuta alasan yang dikemukakan untuk menolaknya. Coba kita simak alasan-alasan berikut ini.
1. Saya Tidak Punya Waktu
Ungkapan itu sebenarnya berbahaya. Anda mengatakan tidak punya waktu karena mengejar dan menyelesaikan berbagai hal dalam pekerjaan, karir dan cita-cita. Bagaimana mungkin Anda tidak punya waktu untuk sesuatu yang dapat membantu terwujudnya semua itu?
Bukan tidak mungkin, waktu Anda yang tersita habis selama ini justru disebabkan karena kekurangoptimalan Anda dalam membaca, mendengar, berbicara dan menulis. Dan menulis, ibarat “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui’. Dengan menulis, Anda memperbaiki dan meningkatkan kualitas Anda dalam membaca, mendengar dan berbicara.
Di samping itu, ada banyak cara yang bisa membantu Anda dengan berbagai hal yang dapat menghemat waktu berharga Anda seperti, teknik wawancara, teknik ghost writing, teknik asistensi dan riset, dan berbagai teknik lain sesuai kesepakatan.
2. Saya Tidak Berbakat Menulis
Sekali lagi, ungkapan Anda berbahaya. Anda tidak semestinya membangun tembok-tembok bagi pengembangan pribadi Anda sendiri dengan tidak membuka pintu dan peluang baru yang mencerahkan masa depan Anda.
Dalam banyak kasus, berbagai media yang ada seringkali dibangun dan dikembangkan oleh orang-orang teknis yang SAMA SEKALI tidak berlatar belakang dunia tulis-menulis. Para kontributor mereka pun demikian. Itu sebabnya media-media itu tidak melulu berpaling pada orang-orang dari dunia jurnalistik. ANDALAH orang yang paling tepat untuk menulis.
3. Anda adalah jurnalis.
Tidak ada yang bisa menjanjikan bahwa tulisan Anda akan fenomenal. Tapi siapapun bisa menjamin bahwa tulisan Anda bisa diperbaiki menjadi sesuatu yang lebih menguntungkan Anda.
Perlu dicamkan bahwa kita Tidak Boleh Menggunakan Nama Perusahaan dalam Menulis.
Anda boleh memilih untuk anonymous. Anda bisa menggunakan nama “Si Keren Ujang” misalnya, dan jika tulisan Anda sudah mulai diminati, maka cepat atau lambat “Si Keren Ujang” akan identik dengan nama Anda sendiri. Ingatlah bahwa menulis adalah investasi dan kesempatan itu sering diberikan dengan free.
4. Bidang Saya Tidak Terkait dengan Apa yang harus Ditulis.
Hampir semua bidang menjadi aspek mendasar dalam kehidupan setiap masyarakat dan bangsa. Profesi Anda juga pasti bisa dikaitkan ke sana. Oleh karena itu dunia tertentu bisa ditinjau dari segala aspek dan profesi yang ada. Anda bisa memandangnya dari segi hukum, seni, ekonomi, manajemen, sumber daya manusia, sosiologi, psikologi, pertanian, peternakan, perikanan dan sebagainya.
Anda ungkapkan saja ide-ide yang Anda punya sesuai bidang Anda, mereka akan membuatnya menjadi wacana. Anda bahkan cukup berbicara tentang dunia Anda, merekalah yang akan membumbuinya dengan aspek bidang mereka.
5. Saya Pernah Menulis dan Ditolak
Pada prinsipnya, apa yang dilakukan adalah bukan penolakan. Media sangat memahami bahwa setiap pemikiran dan ide semestinya bisa diungkapkan dan dirilis kepada publik. Hanya saja seringkali mereka dengan terpaksa harus mendahulukan tulisan yang siap rilis.
Anda hanya ditantang untuk bersaing, tulisan Anda atau tulisan orang lain. Itu saja. Ada media yang mungkin siap mengolah kembali tulisan Anda dari keadaan seadanya dan menjadikannya alat investasi bagi Anda. Sebab, mereka memahami bahwa dunia di luar sana amat membutuhkan buah pikir Anda.
6. Kompensasinya Masih rendah
Tergantung cara pandang dan orientasi Anda.
7. Tidak Bisa Menuangkan Ide
Hampir semua media mengembangkan berbagai cara untuk bisa menjadi wadah bagi aliran ide dan pemikiran Anda. Pada prinsipnya, mereka akan mencoba berbagai hal untuk bisa menangkap ide Anda. Bila perlu, mereka menerapkan metode wawancara atau ghost writing. Yang penting, Anda punya sesuatu yang juga penting.
8. Saya Nggak PD
Menulis adalah salah satu cara terbaik untuk menaikkan PD Anda secara elegan dan profesional. Justru karena itulah Anda harus menulis.
9. Saya Sudah Menulis di Tempat Lain
Yakinlah tidak ada satu media pun yang melarang seorang penulis untuk menulis di media lain. Setidaknya hal itu bisa ditengahi dengan berbagai kesepakatan. Mereka tidak ingin melakukan hal itu. Anda bebas menulis di media lain. Mereka hanya beranggapan bahwa mereka adalah salah satu media dari semua media yang ada, dan mereka amat memahami fokus dan keunikannya masing-masing sebagai sebuah media. Yang jelas, dengan menulis Anda sudah menambah nilai plus bagi personal branding Anda.
10. Saya Adalah Penulis Buku dan Bukan Penulis Artikel Pendek
Dalam banyak hal, Anda mungkin punya ide atau gagasan yang tidak cukup panjang dan dalam untuk dijadikan sebuah buku. Atau sebaliknya, sebuah buku Anda bisa Anda sarikan dalam bentuk yang lebih pendek berupa artikel. Ini berarti promosi bagi buku Anda sendiri.
Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk menulis artikel cenderung lebih singkat. Sementara itu, kontak Anda dengan pembaca cenderung bisa lebih ditingkatkan frekuensinya. Ini akan sangat menguntungkan bagi buku-buku Anda di masa depan. Dan jika Anda cukup sering menulis, koleksi artikel Anda itu bisa Anda jadikan buku di kemudian hari.
11. Saya Tidak Menguasai Aturan Main di Bidang Itu
Mungkin Anda benar. Akan tetapi, dengan sedikit menggali Anda pasti bisa meyakini bahwa Anda adalah satu dari sedikit orang yang memahami aturan mainnya – apapun bidang itu. Artinya, pemikiran Anda tetap dibutuhkan oleh banyak orang yang jauh lebih awam daripada Anda sendiri.
12. Media Itu Tidak Blak-Blakan
Ini adalah kendala yang dihadapi setiap media selama hidupnya. Visi dan misi setiap media mengharuskan mereka berdiri pada posisi yang netral dengan asumsi bahwa posisi ini akan memberi manfaat yang lebih besar bagi semua sistem dan budaya serta bagi semua khalayak yang terlibat di dalamnya. Pada prinsipnya, setiap media harus mengungkapkan apa adanya, namun demikian hal itu harus dilakukan dengan bijaksana tanpa dikotori oleh unsur SARA misalnya. Adalah tanggung jawab mereka untuk mengungkapkan sesuatu yang blak-blakan dalam cara yang lebih konstruktif, Anda tetap bisa berbicara blak-blakan. Namun Anda harus memahami, bicara blak-blakan yang tidak disertai dengan kebijaksanaan akan lebih destruktif sifatnya. Oleh karena itu, banyak media lebih memilih pendekatan yang bijaksana, sistemik dan ilmiah. Ini saatnya rekonsiliasi dan bukan saling menyakiti.
13. Saya Lebih Suka Menulis Fiksi
Ada yang sudah menyediakan tempatnya, dan mereka akan mencoba mentransformasikan ide dan gagasan Anda ke dalam “format mereka”.
14. Tidak Ada Komputer untuk Menulis
Anda tidak bisa beralasan seperti itu. Banyak media juga menerima kontribusi dalam bentuk tulisan tangan. Bahkan, ada juga yang menerima ide dan gagasan dalam bentuk suara atau gambar.
15. Sudah Terlambat bagi Saya untuk Menulis
Tidak. Inilah saatnya di mana Anda bisa menuangkan segala ide dan gagasan Anda demi masa depan diri sendiri dan demi masa depan bangsa ini. Jika Anda sebagai ahlinya tidak mau berbicara, maka segala cita-cita termasuk cita-cita pribadi Anda, akan terkendala.
Kesimpulan
Raihlah tingkatan tertinggi dalam kemampuan profesi. Jadilah orang yang eksak. Bicaralah kepada yang sudah mati, kepada yang tidak hadir dan kepada yang belum lahir. Apapun profesi Anda, Anda harus mulai menulis.
Menulis sesungguhnya tidaklah dapat disamakan seperti proses mengoplos minyak tanah dan solar atau minyak tanah dan oli atau bensin dan air yang bisa saja dianggap ilegal jika diperjualbelikan.
Sebab menulis adalah proses olah pikir dan olah rasa yang dituangkan menjadi satu gagasan yang utuh untuk disampaikan kepada halayak pembaca yang dituju terlepas dari mana pun sumber gagasan tadi diperoleh.
Jadi meskipun menulis itu terkadang merangkum dari berbagai tulisan orang lain dari berbagai sumber atau referensi–yang sebelumnya telah mengalami proses telaah dan pengendapan baru dituliskan—ini tidak lantas menyebabkan seorang penulis disebut bertindak ilegal dan lantas sah disebut sebagai “tukang oplos” atau ”intelektual gadungan” sebagaimana mengacu kepada istilah yang dipakai R. Toto Sugiharto dalam tulisannya “Penulis: Tukang Oplos atau Intektual Gadungan” (Jawa Pos, 15/1) dan mendapatkan tanggapan dari Pradana Boy ZTF dalam tulisannya “Benarkah Semua Penulis Tukang Oplos?” (Jawa Pos, 26/2).
Ada kaidah dalam menulis, terlebih lagi dalam penulisan-penulisan karya ilmiah, sehingga penulis tidak perlu merasa tidak intelelek meskipun tulisannya mengutip pendapat orang lain dan kemudian dikembangkannya sesuai dengan pemahaman dan penalarannya berikut hasil analisanya.
Oleh karena itu bermunculanlah buku-buku panduan yang dapat dijadikan pedoman penulisan tentang bagaimana mengutip/mencuplik dari berbagai sumber berbentuk buku, jurnal, majalah dan bahkan koran serta karya-karya yang tidak dipublikasikan.
"Hanya ada satu jalan untuk meningkatkan kemampuan menulis, yaitu menulis. Apa saja. Dan “Jangan Bunuh Potensi menulismu dengan Berbagai Alasan”."
0 comments:
Post a Comment